37; Bonchap!

136 10 1
                                    

🦋🦋🦋

Happy reading...

.

.

.

"Kak Nathan! Liat kupu-kupunya cantik banget!" Ucap Zea girang.

Jonathan kerkekeh gemas, melihat Zea yang berjalan kesana kemari, Ia bersyukur bisa melihat kekasihnya ini tersenyum bahagia.

"Happy jalan-jalan sama gue?" Tanya Jonathan.

Zea mengangguk antusias, "Happy banget, makasih kakak selalu buat Zea seneng. Zea bersyukur punya kakak."

Jonathan membawa Zea ke dalam dekapannya, "Gue jauh bersyukur punya lo, Arzea."

"Nath, Nathan?"

Hamka menggoyangkan tubuh Jonathan beberapa kali, tapi tidak ada respon dari si empu.

Hamka tersenyum miris, "Pasti susah buat ngikhlasin Zea ya?"

Hamka menghela nafas, mengingat kejadian yang menimpa mereka bulan lalu. Bukan hanya Jonathan yang kehilangan Zea, namun Emil juga kehilangan Latasha.

Mirza dan Yuda ikut tewas dalam kejadian itu, bahkan Edgar masih dalam keadaan koma hingga sekarang.

🦋🦋🦋

Jonathan berjalan ke ruang tamu dengan langkah gontai, suasana rumah juga berubah tidak seberisik dulu.

Tidak ada lagi Yuda yang selalu menasehati Jonathan dan Emil ketika sedang bertengkar. Tidak ada lagi Mirza yang selalu memasak untuk mereka.

Tidak ada lagi suara Edgar yang tertawa keras, ketika Emil di ejek. Semuanya benar-benar berubah.

"Gimana kodisi bang Edgar?" Tanya Jonathan.

Abi menggeleng lemah, "Belum ada perubahan, Nath."

"Lo belum bisa ngikhlasin Zea, Nath?" Tanya Hamka.

"Gue udah coba, tapi gak bisa bang. Gue kangen banget, kenapa tuhan selalu ngambil perempuan yang gue sayang?" Ucap Jonathan.

"Lo gak boleh gitu, skenario tuhan yang terbaik. Begitu juga sama lo, Mil. Lo harus ikhlasin Latasha..." Ucap Vano.

"Gak gampang, bang... Gue bodoh, Gue bukan cowo yang bisa dipercaya, gue udah janji bakal terus jagain dia, bikin dia bahagia, tapi nyatanya? Ngelindungi dia aja gue gak bisa." Ucap Emil.

Nanda menghela nafas lalu merangkul Emil, "Tuhan gak mau kalo Latasha ngerasain sakit lama-lama, tuhan lebih sayang sama Latasha."

"Besok gue mau ke makam, lo pada mau ikut?" Tanya Jonathan.

Mereka mengangguk kompak, "Gue juga kangen sama Yuda sama Mirza." Ucap Sadam.

🦋🦋🦋

Jonathan mengusap lembut batu nisan, yang bertuliskan nama Zea. "Halo Zea, apa kabar? Gue dateng nih, lo... kangen gak sama gue? Rambut gue udah panjang lagi Ze, lo gak mau marahin gue lagi, supaya gue potong rambut?"

"Sekarang lo pasti udah ketemu orang tua kandung lo ya? Bahagia kan disana? Tungguin gue ya, Ze. If not with you, not with anyone else either. I love you, I will always love you.

Emil meletakkan bunga mawar putih, bunga tulip serta bunga matahari di atas makam Latasha. Di usapnya batu nisan itu dengan penuh kasih sayang.

"Sha, hari ini gue dateng. Gue minta maaf, karena belum bisa ngelepasin lo. Gue sayang sama lo, tapi ternyata tuhan jauh lebih sayang sama lo. Sekarang, lo udah ketemu sama mama lo? Beliau pasti kangen banget sama lo."

Setelah mengunjungi makam Zea dan Latasha, mereka menyusul pergi ke makan Mirza dan Yuda.

"Mirza, Yuda, bahkan sampe detik ini gue masih belum percaya kalian bener-bener pergi. Lo berdua selalu bilang, kita bakal sama-sama terus." Ucap Vano.

"Bang Yuda, gue sama Emil kangen dengerin nasehat lo. Lo curang, pasti sekarang lo udah ketemu sama bunda kan? Lagi disuapin makan sama Bunda ya? " Ucap Jonathan.

"Mirza, ayo masakin Ayah lagi. Marahin Edgar, dia tidur belum bangun sampe sekarang. Lo selalu bilang kan, kalo cowo gak boleh kebanyakan tidur? Ayo kasih tau Edgar, kita nungguin dia." Ucap Abi.

Hamka menghela nafas, "You will be missed, In loving memory. Gone but not forgotten, forever in our hearts. Sementara lo jagain Bunda ya, sama Mirza, tungguin kita disana." Ucap Hamka.

"Bang Mirza, sekarang lo ada di tempat yang lebih baik. Lo harus marahin bang Naufal, dia batu banget kalo di suruh nyuci piring. We will treasure the moments we shared with you." Ucap Sadam.

"Bang Mirza, bang Yuda. Ini Nanda, gue gak bisa ngomong banyak, selain terimakasih karena selama ini, kalian punya peran penting di hidup gue. You will forever be a part of us." Ucap Nanda.

"Za, rumah sepi karen gak ada suara cempreng lo. Gak ada yang ngomelin gue, nyuruh gue bersih-bersih. Lo bahagia terus disana, tungguin gue sama yang lain." Ucap Naufal.

"Bang, lo berdua harus bangga, skripsi gue udah mau selesai, gue bisa ngalahin bang Naufal sama bang Hamka. Nanti kasih tau bunda, kalo mereka berdua tuh cupu, suka ngisengin gue, gue sayang kalian bang." Ucap Samuel.

"Bang, gue gak tau mau ngomong apaan, tapi gue kangen banget sama kalian, gue kangen debat sama lo berdua, kangen makan masakan bang Mirza, kangen di ceramahin bang Yuda, nanti kalo ketemu bunda salamin ya?" Ucap Emil.

Abi merangkul Jonathan dan Emil yang dari tadi sudah menangis, "Kita pulang yuk? Udah sore." Ucap Abi.

Jonathan mengangguk, "Bang gue pamit ya."

"Za, yud, sering dateng ke mimpi kita ya?" Ucap Vano.

🦋🦋🦋








Terimakasihhh, buat kalian yang udah mau baca cerita hasil gabut aku...

Pain || So Junghwan - [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang