Pain; 22

102 8 0
                                    

🦋🦋🦋

Happy reading...

.

.

.

Emil duduk di pinggir tempat tidur, tatapannya kosong, fikirannya saat ini hanya tertuju pada Latasha. Entah mengapa Emil jadi memikirkan gadis itu.

Dor!

"Anak anj- astaghfirullah, bisa ketok dulu gak?! Pengen banget keknya Gue sambit pake sendal." Kesal Emil, karena kedatangan Jonathan secara tiba-tiba.

Yang di marahi hanya menunjukan wajah tanpa dosa, "Lo kenapa, bengong aja?" Tanya Jonathan.

"Gak, perasaan Lo doang kali." Elak Emil.

"Yaelah, kita udah lama tinggal bareng, udah tau karakter masing-masing. Sesusah itu Lo jujur?" Ucap Jonathan, dengan wajah dramatis di buat-buat.

"Oh my my sangat menyentuh ginjal ku, drama king Lo sapi, Gue gak kenapa-napa." Ucap Emil.

"Yaudah kalo gak mau cerita." Ngambek ceritanya, "Nih Gue kasih tau ya, kemarin ayam nya Pak Broto kesambet gara-gara kebanyakan bengong." Ucap Jonathan, lalu melenggang pergi dari kamar Emil.

"Gue kan manusia kampret, ngapa Lo samain sama Ayam?!" Ucap Emil, entah Jonathan mendengarnya atau tidak.

.

.

.

"Apa katanya?" Tanya Edgar, yang sedari tadi menunggu di depan kamar Emil.

"Gak ngaku, dia bilang gapapa." Ucap Jonathan.

"Yaudah mungkin dia pengen nyelesain masalahnya sendiri." Ucap Samuel.

"Pantau aja, kecuali kalo pulang kuliah bonyok, Gue orang pertama yang bakal nonjok orang yang ngelakuin itu." Ucap Nanda.

🦋🦋🦋

Latasha pulang ke rumahnya sekitar pukul 8pagi, Ia tidak berangkat sekolah karena hampir seluruh badannya terasa sakit.

"Darimana aja kamu, masih inget pulang?"

Latasha yang hendak naik ke lantai dua, menghela nafas lalu menoleh ke sumber suara. Terlihat Satrio yang menatap tajam ke arahnya sambil bersedekap dada.

Plak!

Tamparan keras Satrio layangkan, bahkan bisa di pastikan sekarang pipi Latasha terasa panas dan sudut bibirnya berdarah.

"ANAK GAK TAU DIRI KAMU!" Bentak Satrio.

Plak!

"DASAR PEMBANGKANG!" Bentak Satrio setelah menampar pipi Latasha yang satunya.

"Coba kamu bersikap seperti Zea! Supaya bikin saya bangga, berprestasi di sekolah, nurut sama orang tua! Sementara sikap kamu? Gak jauh beda sama jalang!" Ucap Satrio.

Latasha mengepal tangannya kuat-kuat, berusaha menahan emosinya. Kalau pria tua di hadapannya ini bukan Papahnya, sudah pasti Latasha akan memukulinya sampai mati.

"Papah jadi menyesal menjodohkan kamu dengan Kaindra. Anak baik seperti dia malah mendapat pasangan buruk seperti kamu!" Ucap Satrio.

Latasha yang sudah tidak dapat menahan emosinya bergegas naik ke kamarnya, tanpa memperdulikan teriakan pak tua yang sesekali menyumpah serapahinya.

.

.

.

Bugh!

Prang!

Cermin di meja rias pecah berkeping-keping dengan sekali pukul. Latasha duduk di bawah tempat tidurnya, cairan bening kembali mengalir dari mata cantiknya.

"Ini gak adil Mah..." isak Latasha.

"Tasha bener-bener capek, Tasha mau ikut Mamah aja."

"Papah sama Kaindra sama-sama jahat, mereka gak pernah mikirin perasaan aku— Kaindra jahat, udah nodain aku, dia ngerusak aku, hati Tasha sakit Mah..."

Disela-sela isakannya, Latasha merasa dibagian bawah perutnya terasa sangat sakit, Ia kembali teringat dengan perkataan Kaindra.

"Gue gak bakal ngakuin anak itu."

"Lo harus gugurin dia."

"Kalo ada yang tau selain kita, Gue bakal habisin Lo, anak Lo, bahkan bokap Lo."

"Perasaan Gue cuma buat Zea, apalagi sekarang Lo sampah, gak pantes buat Gue!"

"GUE BENCI LO KAIDNRA!!!" Teriak Latasha sambil memukul-mukul perutnya berkali-kali, berharap hal itu tidak terjadi.

🦋🦋🦋





















Siapa yang kesel sama Papahnya Latasha? Saya 🖐🏻

Pain || So Junghwan - [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang