Pain; 14

105 10 0
                                    

🦋🦋🦋

Happy reading...

.

.

.

"Panggil Nathan sana, nanti makanannya keburu dingin." Ucap Vano.

Naufal mengangguk mantap, "NATH— babi!" Pekik Naufal karena Yuda menginjak kakinya.

"Jangan teriak, ada Zea, gak enak." Ucap Yuda.

"Ya maap dong sayang." Canda Naufal sambil mencolek dagu Yuda.

Yuda menghela nafas, "Golok mana golok." Ucap Yuda membuat yang lainnya tertawa, jarang-jarang Yuda begini.

"Tuh anaknya." Ucap Emil, ketika Jonathan berjalan mendekat dengan Zea yang mengekor di belakangnya.

"Apa? Kangen?" Ucap Jonathan dengan wajah tengilnya.

"Tengil banget, adek siapa si lu?" Ucap Abi dengan wajah julidnya.

"Adeknya bang Vano

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Adeknya bang Vano." Ucap Jonathan.

"Awas Lu ya minta duit sama Gue." Ucap Abi.

"Udah-udah, duduk makan sini, laperkan kalian?" Ucap Vano.

"Duduk sini Ze, samping Gue." Canda Samuel yang langsung di tatap tajam oleh Jonathan.

"Bercanda posesif amat, kaya udah jadian aja." Sindir Samuel.

"Pas kecil main tembak-tembakan, pas gede gak berani nembak." Ucap Mirza.

"CUAKSS." Sahut Samuel, Emil dan Nanda bersamaan.

"Udah ntar di bogem Lu." Ucap Sadam.

Jonathan meraih tangan Zea, mengajaknya duduk di dekat Vano. Suasana meja makan hening selama beberapa saat, hanya terdengar suara alat makan yang saling berbenturan.

"Buset, bayi makannya udah lahap." Ledek Emil sambil melihat ke arah Jonathan, membuat yang lainnya ikut menoleh termasuk Zea.

"Kemaren-kemaren mah galau, sekarang udah seneng tuh dia." Ledek Nanda.

"Kak Nathan kalo di rumah dipanggil bayi? Lucu banget." Batin Zea menahan senyum.

🦋🦋🦋

Setelah makan, Jonathan mengajak Zea untuk duduk di tepian kolam renang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah makan, Jonathan mengajak Zea untuk duduk di tepian kolam renang. Zea benar-benar dibuat kagum dengan rumah Jonathan.

"Sini duduk." Ucap Jonathan.

Zea mengangguk lalu ikut duduk di samping Jonathan, suasana hening, tiupan angin sore benar-benar membuat tenang.

"Zea iri sama Kakak." Ucap Zea tiba-tiba, membuat Jonathan menatapnya.

"Kenapa?"

"Kakak gak pernah kesepian di rumah, beda sama Zea yang apa-apa sendiri."

Jonathan tersenyum hangat, tangannya terangkat untuk mengusap lembut rambut Zea. "Lo boleh kok sering-sering main kesini, atau kalo Lo mau pergi, bisa kok minta Gue buat temenin, jangan sungkan-sungkan sama Gue."

Zea meraih tangan besar Jonathan untuk di genggam, "Makasih banyak ya Kak."

"Sama-sama, jangan sedih-sedih."

"Okei Kakak bayi." Ledek Zea.

Jonathan menghela nafas, ini semua gara-gara Emil, liat saja nanti. "Sekarang Lo di timnya bang Emil ya, ikut ngeledekin Gue?" Ucap Jonathan.

"Gapapa dong, kan lucu, bayi." Ucap Zea.

"Lo tuh yang bayi, badan Lo aja lebih kecil dari badan Gue." Ucap Jonathan.

"Ih enggak Zea udah gede." Protes Zea.

"Masih kecil." Ucap Jonathan.

"Ih enggak, nyebelin huh." Zea melipat tangannya di depan dada, wajahnya nampak cemberut.

"Kalo ngambek berarti masih kecil." Ledek Jonathan.

"Nyebelin banget si!" Kesal Zea sambil memukul Jonathan, walaupun tidak berasa.

🦋🦋🦋

























Pain || So Junghwan - [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang