Pain; 3

162 13 0
                                    

🦋🦋🦋

Happy reading...

.

.

.

Hari Rabu. Waktunya Zea jaga di depan gerbang untuk merazia anak-anak yang masih melanggar aturan sekolah. Tinggal nurut apa susahnya sih? Bikin repot aja, kira-kira begitu isi pikiran Zea.

Zea memincingkan matanya ketika melihat Jonathan yang muncul dan lewat begitu saja tanpa rasa bersalah, dengan rambut yang masih utuh.

"KAK NATHAN!!!" Teriak Zea, membuat anak-anak lain yang ada disana ikut menoleh.

Zea berlari kecil, menyamakan langkahnya dengan Jonathan, sambil mencoba meraih tangan Jonathan.

"Kak Nathan!" Ucap Zea.

"Please ya, jangan mentang-mentang kakak ini kakak kelas, kakak jadi seenaknya gini. Udah dibilang kakak harus potong rambut, aku capek tau negor kakak terus!" Kesal Zea.

"Salah Lo, kenapa mau aja di suruh." Ucap Jonathan santai.

"KAKAKKKK!!!" Teriak Zea, membuat Jonathan menutup kuat telinganya.

"Ya karena aku ketos anjir! Ah bikin orang emosi aja pagi-pagi juga." Ucap Zea.

"Ya terus?" Ucap Jonathan.

"Potong rambut." Ucap Zea.

"Gak—" Ucap Jonathan.

"Tapi kalo Lo tetep maksa-" Jonathan menghentikan ucapannya, lalu berjalan mendekat ke arah Zea, membuat Zea mundur beberapa langkah. "Mending Lo potongin deh." Sambungnya.

"Apaansih, gak jelas!" Kesal Zea lalu berjalan meninggalkan Jonathan.

Jonathan tersenyum gemas melihat Zea yang berlari kecil entah kemana, "Lucu." Gumamnya pelan.

🦋🦋🦋


Jam istirahat. Zea pergi ke kantin sendirian, karena Latasha sakit dan tidak masuk sekolah. Di tengah perjalanan, langkahnya berhenti karena berpapasan dengan Bu Nias.

"Zea, gimana soal Jonathan?" Tanya Bu Nias.

"Eum, Zea— Zea udah sampein ke Kak Nathan kok." Ucap Zea.

"Tolong sekali ya, Ibu udah gak sanggup buat ngasih tau Jonathan, gak pernah di jawab kalo Ibu ngomong." Ucap Bu Nias.

"Nan-nanti kalo ketemu, Zea bilang lagi ke Kak Nathan." Ucap Zea.

"Makasih banyak ya Zea." Ucap Bu Nias.

"Sama-sama Bu, kalo gitu Zea permisi dulu." Ucap Zea.

Bu Nias mengangguk, kemudian mempersilahkan Zea pergi. Tapi baru beberapa langkah, langkahnya kembali berhenti karena kebetulan manusia yang dicari, muncul di depannya sekarang.

"Kak Nathan." Ucap Zea.

"Hmm." Jonathan menatap Zea.

"Potong rambut ya?" Pinta Zea.

"Kalo Lo maksa mending Lo potongin." Ucap Jonathan.

"Kak, yang bener aja?" Ucap Zea.

"Ya beneran, mau gak? Jarang-jarang Gue minta potongin, apalagi ke cewe." Ucap Jonathan.

"Pergi aja ke barbershop juga banyak, kenapa jadi Aku? Emang Aku pacar kakak?" Ucap Zea.

"Calon." Ucap Jonathan pelan.

"Apa?" Tanya Zea.

"Gue nawarin, atau mau nemenin Gue potong rambut?" Ucap Jonathan.

Zea diam sebentar, "Yaudah oke!"

"Oke apa?" Ucap Jonathan.

"Oke aku temenin Kakak potong rambut." Ucap Zea.

"Balik sekolah sama Gue, Gue tunggu di parkiran." Ucap Jonathan.

"Gak bisa! Aku ada tapat OSIS." Tolak Zea.

"Gue tungguin." Ucap Jonathan.

"Tap—"

"Kalo Lo gak mau, Gue juga enggak." Ucap Jonathan menyela ucapan Zea, lalu pergi meninggalkan Zea.

Zea mengepal kuat tangannya sambil menghentakan kakinya beberapa kali ke lantai. Sebenernya Zea pengen banget mukul Jonathan, tapi dia tahan karena abangnya Jonathan ada sebelas.

"Sabar Zea sabar, orang sabar jodohnya So Junghwan." Gumamnya sambil mengusap dada.

Setelah itu Zea memilih kembali ke kelas, karena bel masuk sebentar lagi berbunyi. Zea gak jadi makan, dan itu semua gara-gara manusia yang bernama Jonathan Keyza Pradipta.

🦋🦋🦋












Pain || So Junghwan - [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang