Pain; 33

85 8 0
                                    

🦋🦋🦋

Happy reading...

.

.

.


"Bi, Lo tembak tuh penjaga yang modelannya kaya tukang urut." Ucap Vano.

Abi terkekeh sebentar, kemudian—

DOR-!

Tubuh penjaga itu ambruk ke tanah. Suara tembakan berhasil memancing penjaga lain, dan sekarang banyak penjaga yang berdiri di gerbang.

"Let's play." Ucap Vano.

DOR-!

DOR-!

DOR-!

Vano, Abi dan Nanda mulai menembaki penjaga-penjaga yang berada di depan, bisa di pastikan halaman depan rumah Kaindra di penuhi oleh darah, sementara Dipta memperhatikan ketiga anaknya dari belakang.

"Sudah sadar ternyata." Batin Dipta, kala melihat Kaindra yang mengintip dari jendela lantai atas.

.

.

.

Sementara itu, Jonathan, Emil dan Zea masih berada di dalam mobil, menunggu kondisi aman. Sibuk memperhatikan Abi, Vano dan Nanda yang sedang menembaki penjaga, mereka tidak sadar kalau dari arah belakang mobil, terdapat mobil lain yang melaju cepat ke arah mobil mereka.

Brakkk-!

Mobil mereka tertabrak hingga kondisi bagian depan mobil rusak parah, akibat menabrak pohon besar yang ada di depan.

Suara tabrakan itu, mengundang perhatian Dipta dan ketiga anaknya. Mereka menoleh ke sumber suara dan sedikit lengah dengan penjaga yang tersisa.

DOR-!

"Anjir! Kaget, untung gak kena." Ucap Nanda, bersyukur tembakan itu meleset.

Detik berikutnya mereka kembali saling tembak dengan penjaga tersebut, walaupun sesekali mereka melirik ke arah mobil.

"Mobil Nathan, Yah." Ucap Abi.

DOR-!

"Sial!" Pekik Vano dalam hati, kala peluru itu berhasil mengenai bahu nya.

"Bang gapapa?" Tanya Nanda.

"Gue gapapa." Ucap Vano.

🦋🦋🦋

Sementara itu Kaindra memperhatikan kejadian itu lewat CCTV yang telah terhubung ke ponselnya, Ia menyeringai.

"Sha, Lo harus liat ini. Mereka bodoh banget ya? Rela mati demi orang kaya Lo." Ucap Kaindra.

"Mmp— mph—" Latasha terus mengoceh, meski mulutnya kini tertutup kain.

"Tapi– ada yang harus Lo liat sebentar lagi." Ucap Kaindra.

"Bunuh Gue Kai, siksa Gue semau Lo! Jangan sakitin orang-orang yang Gue sayang!" Batin Latasha.

🦋🦋🦋

Sementara itu, Yuda, Hamka, Mirza dan Sadam berhasil masuk ke dalam, setelah melewati beberapa penjaga.

"Ini rumah gede banget, nyasar gak lucu anjir." Ucap Hamka.

"Hamka serius anjir, dari tadi Lu bercanda mulu!" Kesal Sadam.

"Siapa kalian?"

"Pangeran majapahit, kenal gak?" Celetuk Mirza.

"Please Mirza, Lo jangan ketularan Hamka." Ucap Yuda, ikutan kesel.

Salah satu penjaga terlihat berbicara melalui Walkie talkie, "Penyusup di ruang tamu."

Beberapa detik selanjutnya, datang segerombol penjaga, lagi-lagi mereka dikepung.

"Duh gusti, di kepung lagi." Batin Yuda.

"Sial, lebih banyak dari yang tadi." Batin Sadam.

.

.

.

"Ini kenapa gak habis-habis si penjaganya." Gerutu Naufal.

"Keknya kedatangan kita udah di prediksi sama mereka." Sahut Edgar.

"Kalo gini terus, kita yang bisa mati." Ucap Samuel.

SRAKKK-!

"EDGAR!!!" Teriak Naufal dan Samuel, ketika seorang penjaga menikam Edgar dari belakang.

Penjaga tersebut menyeringai seraya memutar pisau yang sudah menancap di tubuh Edgar, bersamaan dengan itu darah segar keluar dari mulut Edgar.

🦋🦋🦋






























Pain || So Junghwan - [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang