Pain; 12

104 10 0
                                    

🦋🦋🦋

Happy reading...

.

.

.

Sekitar pukul 4pm, Zea baru selesai rapat. Ia berjalan keluar bersama Latasha dan beberapa temannya yang lain.

"Duluan ya."

"Iya hati-hati." Ucap Zea.

Satu persatu teman-teman Zea pulang, dan sekarang tinggal Zea sendirian yang masih sibuk dengan aplikasi pemesan taxi online.

"Ini kenapa gak mau ngambil orderan si, gak butuh uang apa? Mana mendung banget lagi langitnya." Gerutu Zea.

Jedarrr

Hujan turun bersamaan dengan suara petir yang menggelegar, membuat Zea sedikit takut, apalagi tinggal dia sendirian.

"Yahkan hujan." Keluh nya.

Derasnya hujan membuat hampir seluruh seragam Zea basah, termasuk sepatu dan tasnya. Matanya menyipit karena air hujan yang terus-terusan mengenai wajahnya.

TIN! TIN!

Zea mundur beberapa langkah ketika ada motor besar yang berhenti di dekatnya, pengendara motor itu turun lalu menghampiri Zea.

"Belum di jemput?"

"Belum dapet taxi, Kak Nathan kenapa baru pulang?" Tanya Zea, Yap! Orang itu adalah Jonathan.

"Nanti aja nanya nya, sekarang Gue anterin balik, nanti Lo sakit kelamaan kena hujan."

"Gak usah, nanti ngerepotin."

"Gak nerima penolakan."

Zea merotasikan bola matanya sambil ngedumel pelan, dasar Joanthan!

"Lo pake, seragam Lo udah basah banget, nanti Lo sakit." Ucap Jonathan seraya memasangkan jaketnya ke tubuh Zea.

"Nanti Kakak gimana?"

"Rumah sakit buka 24jam."

"Tengil!" Kesal Zea dalam hati.

Zea naik ke motor Jonathan, "Pegangan." Ucap Joanthan.

"Ini pegangan." Ucap Zea sambil menepuk bahu Jonathan beberapa kali.

"Pegangan apa begitu?"

"Pegangan iman!"

Jonathan tersenyum kecil mendengar nada bicara Zea yang sedang kesal, lalu melajukan motornya dengan kecepatan normal, karena jalanan licin saat hujan, rawan terjadi kecelakaan.

"Cowo Lo emang kemana?" Tanya Jonathan.

"Cowo siapa? Zea gak ada cowo."

"Kasian banget gak di akuin."

"Maksudnya?"

"Tadi siang Lo jadian kan sama Kaindra, kenapa gak dengerin Gue si, Kaindra tuh bukan orang baik."

"Kak Kai emang nembak Zea, tapi Zea tolak, karena Zea gak ada perasaan apa-apa sama dia."

Jonathan mengangguk pelan, entah kenapa hatinya terasa senang, apa benar Jonathan menyukai gadis yang menurutnya cerewet ini?

"Ze, ke rumah Gue dulu gapapa ya, lebih deket. Deres banget hujannya, takut Lo demam."

"Emang gapapa?"

"Gapapa, nanti Gue pinjemin baju ganti."

Zea mengangguk setuju, lagian badannya udah mulai kaku karena dari tadi nahan dingin. Tak sampai 5menit, motor Jonathan sudah memasuki halaman rumahnya.

"Masuk Ze." Ucap Jonathan.

Zea mengangguk, Jonathan berjalan terlebih dahulu sementara Zea mengekor di belakang. Sampai di ruang tamu, Jonathan melihat para abangnya yang sedang ngobrol santai.

"Bang Gue pulang." Ucap Jonathan.

"Si anjir basah-basahan?!" Pekik Edgar.

"Zea kan ya?" Tanya Samuel.

"Iya Kak." Ucap Zea sambil tersenyum sopan.

"Bang, Gue izin bawa Zea ke kamar ya, biar dia ganti baju, kasian basah." Ucap Jonathan.

"Yaudah sana, nanti Gue bikinin teh anget." Ucap Vano.

"Kalo udah turun, abis itu makan." Ucap Abi, Jonathan mengangguk lalu menuntun Zea ke kamarnya yang ada di lantai dua.

.

.

.

"Lo pake baju ini." Ucap Jonathan seraya memberikan dress berwarna coklat.

"K-kak Nathan ngoleksi baju perem—puan?" Tanya Zea heran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"K-kak Nathan ngoleksi baju perem—puan?" Tanya Zea heran.

"Enggak, itu punya Bunda Gue dulu, Lo pake aja." Ucap Jonathan.

"Wah, Bunda Kakak pasti cantik banget ya."

Tatapan Jonathan berubah menjadi sendu, "Iya, Bunda emang cantik, cantik banget."

"Maaf Kak, Zea–"

"Gapapa kok, santai aja." Selak Jonathan.

"Kalo gitu, Zea izin pake kamar mandi kakak ya." Jonathan mengangguk pelan.

Zea melenggang pergi dan masuk ke kamar mandi untuk mengganti seragamnya yang basah.

🦋🦋🦋























Pain || So Junghwan - [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang