Pain; 15

111 10 0
                                    

🦋🦋🦋

Happy reading...

.

.

.

Sekitar pukul 8pm, motor Jonathan tiba di halamam rumah Zea. Jonathan lumayan takut Zea dimarahi, karena pulang telat.

"Makasih ya Kak udah nganterin." Ucap Zea.

"Sorry ya, Gue pulanginnya kemaleman." Ucap Jonathan.

"Gapapa kok." Ucap Zea.

"Atau Gue izin ketemu ortu Lo, minta maaf karena pulangin anak gadisnya kemaleman." Ucap Jonathan.

Zea terkekeh pelan, "Ya ampun, gapapa Kak, lagian orang tua Zea belum pulang, masih di Surabaya."

Jonathan mengangguk beberapa kali, "Gue boleh ngomong sesuatu gak sama Lo?" Tanya Jonathan.

Zea mengangguk mantap, "Boleh dong, Kakak mau ngomong apa?" Tanya Zea.

"Sebenernya Gue—" Ucap Jonathan menggantung membuat Zea menatapnya karena penasaran.

"Gue—" Jonathan terlihat gugup.

"Kakak kenapa?" Tanya Zea.

"Sebenernya Gue— mau bilang kalo Gue seneng Lo tau siapa Kaindra." Ucap Jonathan.

Zea tersenyum, "Iya, makasih karena udah ingetin Zea, kalo gitu Zea masuk ya?" Ucap Zea.

"I-iya, langsung istirahat, Sleep well." Ucap Jonathan.

Zea tersenyum lalu mendekat ke arah Jonathan, "Mimpi indah ya Kak, makasih buat hari ini, Zea sayang Kakak." Bisik Zea tepat di telinga Jonathan, setelah itu Zea langsung masuk ke dalam rumahnya.

Setelah mendengar penuturan Zea, jantung Jonathan berdetak cepat. Sayang? Zea sayang Jonathan? Tolong tahan Jonathan agar tidak pingsan disini.

"Nathan Lo kenapa pengecut banget sih? Nembak doang gak berani." Kesal Jonathan pada dirinya sendiri.

🦋🦋🦋

Jonathan merebahkan dirinya di tempat tidur, menatap langit kamarnya yang bertema luar angkasa, wajah Zea selalu keluar masuk di fikirannya.

"Apa Gue chat Zea aja kali ya?"

"Ah tapi gak keren banget, masa nembak lewat chat?"

"Besok kan libur, apa Gue ajak jalan aja ya?"

"Hmm, Gue ajak jogging aja kalo gitu."

Jonathan bangun, lalu mengambil ponselnya yang ada di nakas. Tangannya bergerak mencari nomor Zea, tapi Jonathan baru ingat sesuatu—

"Lah Gue kan gak punya nomornya?!"

"Bego banget si Nathan, ya Allah, capek sama diri sendiri." Ucap Jonathan sambil mengusap kasar wajahnya.

"Kenapa Lo?"

Jonathan terperanjat kaget ketika mendengar suara Yuda, walaupun Jonathan tidak melihat wajahnya, tapi Ia hafak betul kalo itu suara Yuda.

"Gak kenapa-napa, abang ngapain?"

"Mau pinjem charger."

"Di bawah TV."

Jonathan menenggelamkan kepalanya di bantal, beberapa detik setelahnya Ia merasakan seseorang yang duduk di kasurnya.

"Kenapa sih Lo, Zea lagi ya?"

"Dibilang gak kenapa-napa."

"Yaelah, Gue itu abang Lo, Gue tau gimana Lo, cerita ada apa?"

Jonathan mengubah posisinya menghadap Yuda, "Lo pernah suka sama cewe, bang?"

Yuda mengangguk, "Pernah, bahkan Lo tau itu."

"Rasanya gimana?"

"Susah di jelasin, tapi intinya— Lo bakal selalu ngerasa seneng, nyaman kalo deket sama dia."

"Berarti Gue suka sama Zea ya?"

"I don't know, Tapi kalo emang Lo beneran suka, perjuangin, jujur sama yang Lo rasain, jangan sampe nyesel kaya Gue."

Jonathan mengangguk paham, Ia tau bagaimana kisah percintaan Yuda yang tidak berakhir bahagia.

"Kalo gitu Gue keluar ya, Lo istirahat, tadi abis ujan-ujanan."

Jonathan mengangguk, lalu merebahkan dirinya. Setelahnya Yuda melenggang keluar dari kamar Jonathan.

🦋🦋🦋



















Coba sebutin sifat Jonathan yang bikin kalian gregetan pas baca :)




Pain || So Junghwan - [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang