00.09 - Sorry

42 30 0
                                    

00.09 - Sorry

-

happy reading🐙🧚


╰⁠(⁠⸝⁠⸝⁠⸝⁠´⁠꒳⁠'⁠⸝⁠⸝⁠⸝⁠)⁠╯

Pukulan demi pukulan sudah gadis itu dapatkan. Rema meringkuk di pojok ruangan kamar mandi yang ada di rumahnya. Gadis dengan seragam putih abu-abu itu menggigil kedinginan sejak tiga jam yang lalu.
Wajahnya yang pucat juga matanya yang memerah dan sembab membuat Rema terlihat sangat-sangat menyedihkan.

Ia menangis tersedu-sedu, menyalahkan takdir yang kerap kali mempermainkannya. Rambut gadis itu basah. Ia merasakan sakit yang mendera di seluruh tubuh. Wajahnya terdapat sekali banyak luka yang ia dapati dari perbuatan Aditya terhadapnya. Rema menepuk dadanya dengan keras, sesak.

Pintu kamar mandi tiba-tiba saja terbuka. Di sana terdapat Aditya yang tengah berdiri menjulang tinggi, pria itu kemudian menyeret Rema keluar dari kamar mandi dan menuju halaman belakang rumah. Di sana terdapat kolam renang keluarga yang sering kakaknya gunakan.

Aditya menjambak rambut Rema tanpa perasaan, marah mengetahui Rema telah mempermalukannya. Aditya sangat marah pada Rema ketika mengetahui anak sialannya membuat masalah di sekolah. Aditya merasa sangat malu.

“PAPAH! LEPASIN SAKIT!” Rema menangis. Ia menjerit-jerit agar Aditya melepaskan cengkraman tangannya dari rambutnya. Kepalanya sangat sakit. Rema berhenti memberontak, sebab tubuhnya sudah sangat lemas. Tenggorokannya pun sudah terasa sangat kering. Belum lagi luka-luka kebiruan yang ada sekujur tubuhnya, membuatnya menjadi lemas.

“Ini biar kamu sadar anak sialan!” ucapnya sambil terus menyeret Rema.

Kemudian pria itu mengambil balok kayu yang tergelatak di samping kolam renang. Pria itu kembali mendekat ke arah Rema, kemudian mulai memukuli gadis menyedihkan itu dengan penuh emosi.

Rema menangis, kesakitan. Gadis itu mengusap-usap punggung yang terkena cambukan kayu yang ayahnya layangkan.

Aditya emosi, hingga tak sadar bahwa perbuatannya itu menyakiti sang anak. Aditya tidak memperdulikan tangisan Rema yang sangat menyayat hati, hingga membuat beberapa asisten rumah tangga menangis. Ingin sekali mereka menolong Rema, tetapi tuannya sangat mengerikan, bisa-bisa mereka di pecat jika membantu menolong Rema yang sudah terkulai lemas tak berdaya.

Aditya lagi-lagi memukul Rema dengan kesetanan sampai membuat kayu yang ada di tangannya terbelah dua, tak terbayangkan betapa besar tenaga pria itu sampai membuat kayu saja patah. Tak cukup sampai di situ, Aditya kini menyeret Rema ke kolam renang dan mencelupkan gadis itu sampai membuat Rema kehabisan napas.

Lengan gadis itu mencoba meraih tangan kekar ayahnya, ia menjerit tak tertahankan. Ia memberontak, Rema tak ingin mati. Masih ada kebahagiaan yang menunggunya di esok hari. Rema tidak ingin mati mengenaskan di tangan Aditya.

Namun tiba-tiba saja lengannya di cekal oleh Reynaldo yang baru saja pulang setelah di telepon oleh salah satu asisten rumah tangganya. Reynaldo mendengar bahwa adiknya sedang di pukuli oleh sang ayah.

Aditya menengok, kemudian menarik Rema sampai membuat gadis itu terjungkal di tanah. Dengan wajah pucat dan juga di penuhi luka, gadis itu menatap kakak laki-lakinya sebelum kesadarannya menghilang. Rema pingsan, gadis itu tergeletak tak berdaya di bawah kaki Reynaldo.

“Papah apa-apaan sih?!” sentak Reynaldo. Aditya menatap anak laki-lakinya sekilas, kemudian pria itu pergi meninggalkan tempatnya berdiri.

Reynaldo mengangkat tubuh Rema yang sudah terkulai lemas. Walaupun perasaan benci terhadap Rema sudah membuatnya menjadi seorang kakak yang kejam terhadap adiknya sendiri, Reynaldo tetap membawa Rema dalam gendongannya.

Perfect person Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang