00.18 - Unconditionally missing you

57 31 6
                                    

00.18 - Unconditionally missing you.

-

happy reading!!

-

Seorang gadis tengah terdiam menatap sendu foto yang ia pegang. Potretnya bersama sang kakek. Ia mengusap foto itu dengan air mata yang bercucuran. Hatinya teriris karena merasa kehilangan atas kepergian kakeknya.

“Kakek... Rere bingung sekarang mau cerita ke siapa lagi selain kakek.” Gadis itu tersenyum menatap poto yang ada di tangannya. “Rere capek Kek, Rere ga kuat buat nahan semua perkataan jahat orang-orang yang mereka ucapin ke Rere.”

Rema duduk di meja yang ada di kamarnya. Gadis itu menangis dalam diam tatkala hatinya terasa di remas saat mengingat kepergian kakeknya untuk terakhir kali.

“Rema kangen kek...” ia menyimpan kembali foto itu di meja nakasnya. Gadis itu menatap kosong jendela yang ada di kamarnya.

Hingga akhirnya ketukan pintu menyadarkan Rema dari lamunannya. Ia pun langsung berdiri dan berjalan ke arah pintu kemudian membuka pintu kamarnya.

“Ada apa Bi?” tanyanya, saat menyadari salah satu asisten rumah tangganya sedang berdiri dan menatap Rema dengan seksama.

“Itu non ada cowok di depan.”
Darmi menatap Rema yang mengerutkan keningnya bingung.

“Siapa ya Bi?” ia pun berjalan keluar, sebab ia ingin tahu siapa yang datang kerumahnya saat ini.

Ia menuruni satu persatu anak tangga, di ikuti dengan Darmi di belakangnya.

“Kak Aska?” Rema menatap kebingungan Aska yang tengah duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Pemuda itu tersenyum sekilas menatap Rema yang tengah mengerenyitkan dahi bingung.

“Hai,” sapa Aska. Pemuda itupun berdiri dari duduknya dan menyapa Rema yang tengah berjalan menghampirinya.

“Kakak ngapain ke sini?” Rema menatap Aska dengan sorot ngeri. Kalau ayah atau kakaknya tau jika rumahnya di datangi oleh seorang lelaki yang menurut mereka asing,  mungkin nasibnya dan Aska akan mampus di tangan mereka berdua. Rema menggelengkan kepala, saat ia memikirkan hal yang tidak-tidak tentang nasibnya. Lagipula ayah dan kakaknya sedang di luar kota untuk beberapa Minggu ke depan.

Aska memutar bola mata. “Ada tamu bukannya di tanyain mau minum apa, ini langsung nanya yang lain-lain. Ya gak bi?” Aska melirik Darmi yang tengah berdiri di samping Rema.

Perempuan paruh baya itu melirik Rema dengan tidak enak. Sebab ia tahu, jika saja pemuda di hadapannya ini datang saat ada Dean, mungkin nasib Rema akan sangat mengenaskan.

Perempuan itu tersenyum canggung. “Tau nih non Rere. Mau minum apa Den?”

Rema menatap Aska dengan skeptis. Ia tidak menyangka bahwa Aska berani datang kerumahnya setelah mengantarnya pulang kemarin. Tahu begitu, mungkin ia akan menolak ajakan Aska untuk mengantarkannya pulang.

Aska tersenyum kecil menatap Darmi. “Oh gak usah bi. Cuma becanda kok.”

Selain pintar ternyata Aska memiliki sikap ramah yang membuat orang lain akan nyaman jika berbincang dengannya. Namun, jika Aska berbicara dengan Rema, kenapa pemuda itu mendadak bersikap aneh. Dan sekarang, sikap yang sedang Aska tunjukkan itu berbeda saat sedang bersamanya.

Darmi menggelengkan kepalanya, wanita paruh baya itu tersenyum kemudian pamit pergi dari hadapan Rema dan Aska yang kin tengah bertatapan.

Rema terdiam, begitu juga dengan Aska. Mereka saling tatap satu sama lain, kemudian membuang pandangan.

Perfect person Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang