00.10 - Stuck in the puzzle

45 30 2
                                    

00.10 - stuck in the puzzle.

-

happy reading bae😝🦋

-_+

Rema terbangun dari tidurnya. Seluruh tubuhnya terasa sakit, ia melihat sekitarnya. Di sana, ada kakaknya sedang berdiri menatapnya dengan tajam. Rema menunduk takut, tak berani menatap Reynaldo yang sedang memandangnya dengan benci.

"Emang pantes sih lo di perlakuin begini. Cewek-cewek kok ngerokok, mau jadi cewek ga bener?" cibir Reynaldo pedas tak berperasaan. Lelaki berperawakan gagah itu bersidekap dada, menatap adiknya dengan sorot tajam.

Diam-diam ia merutuki ucapannya sendiri yang tidak sejalan dengan hatinya.

Rema bungkam, pikirannya mendadak kosong. Ia membuang pandang, tidak ingin netranya bertemu sorot mata tajam yang bisa saja menembus netranya yang gelap.

"Aku ga ngerokok! buang pikiran buruk bang Aldo itu jauh-jauh," ujar Rema dengan pelan. Reynaldo tidak pernah tahu, bahwa ucapannya barusan berhasil membuat si gadis rapuh itu sakit hati.

"Kenapa bukan lo aja sih yang ikut sama Mama?" ucap Reynaldo dengan tiba-tiba, tak mau meladeni perkataan adiknya itu. Kemudian Aldo berjalan meninggalkan Rema yang tengah menatapnya dengan raut sedih.

Gadis itu mengusap kasar air matanya yang tiba-tiba menetes. Ia memandang punggung Reynaldo yang perlahan menghilang selepas pintu di tutup dengan kencang. Rema terdiam, gadis itu turun dari ranjang tidurnya. Ia berdiri dan berjalan dengan sedikit terseok-seok.

Banyak sekali luka lebam di wajah cantiknya. Rema keluar dari kamarnya itu kemudian berjalan ke halaman belakang, tempat dimana ia di pukuli ayahnya tadi.
Ia berjalan dengan terpincang-pincang, kaki nya sakit akibat kena pukul oleh Aditya.

Setelah sampai di halaman belakang rumahnya, Rema memandang langit yang mulai berwarna jingga, tampak indah tetapi tak membuat rasa sakit di sekujur tubuhnya membaik.  Kemudian pandangannya teralihkan pada balok kayu yang sudah terbelah dua tergeletak di pinggir kolam.

Rema pun berjalan perlahan dan mengambil kayu yang tergeletak itu. Rema menatap balok di tangannya dengan perasaan sedih. Ia jadi teringat kejadian siang tadi, kejadian dimana ayahnya memukulinya tanpa ampun.

Sebenarnya Rema ingin sekali pergi dari rumah ini, namun ia selalu teringat ayahnya yang pasti akan menemukannya di manapun ia berada. Mengingat Aditya adalah salah satu orang penting yang mempunyai banyak sekali koneksi. Pasti laki-laki tua itu akan menemukannya dengan cepat. Lalu menghukumnya tanpa ampun.

Lagipula Rema juga akan sangat berat hati jika meninggalkan rumah ini, rumah dengan banyak kenangan indah keluarga kecilnya. Rema jadi mengingat pesan Kamliya sebelum pergi jauh. Ibunya itu meminta Rema untuk tetap  tinggal di sini, karena Kamliya sudah berjanji bahwa ia akan pulang dan ikut membawa Rema pergi.

"Mama mau kemana?"
Gadis dengan rambut pendek itu bertanya pada ibunya yang sedang terlihat buru-buru.

Kamaliya tersenyum menatap anaknya. "Mama pergi dulu ya sayang, kamu jangan jadi anak nakal, nurut apa kata papah ya nak," ucapnya sambil mengelus rambut anaknya yang tak lain adalah Rema.

Saat itu umurnya masih berusia lima tahun. Rema yang tak mengerti pun hanya mengangguk mendengarkan perkataan ibunya.

"Terus mama mau kemana? Rere mah ikut sama mama." Rema menatap ibunya dengan penuh harap.

"Kakak. Mama cuma pergi sebentar kok. Nanti juga mama pulang. Jagain kak Nana ya sayang." Kamliya mengecup kening anaknya dengan penuh kasih sayang.

Perfect person Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang