00.06 - A story of the day.
-
happy reading bae 💐🌞
~(つˆДˆ)つ。☆
"Mau enggak?"
Rema menawari Jenan telur gulung, jajanan legendaris yang sering dia beli saat ia masih duduk di bangku sekolah dasar.
Kini keduanya sedang berada di lapangan dekat sekolah. Lapangan yang sering di jadikan tempat bermain bagi semua kalangan itu di penuhi oleh pedagang kaki lima.
Rema mengajak Jenan untuk singgah di lapangan yang sering ia kunjungi untuk menunggu pulang sekolah tiba. Sebab keduanya bingung harus pergi kemana setelah meninggalkan sekolah. Jam masih menunjukkan pukul setengah dua belas, keadaan lapangan masih sepi. Pedagang-pedagang pun masih bersiap-siap menyiapkan jajanan yang ingin mereka dagang kan.
Pemuda itu terdiam memperhatikan jajanan di depannya dengan dahi mengernyit, merasa aneh, sebab ini baru pertama kalinya Jenan melihat makanan seperti itu. Jajanan ber gerobak biru dengan tulisan 'telur gulung' itu sejak tadi menarik perhatian gadis di sampingnya.
"Oh. Pasti kamu ga pernah jajan begini kan?"
Rema melirik Jenan sekilas. Kini keduanya tengah berdiri di depan gerobak hendak membeli. Rema menatap tidak sabar jajanan di depannya.
"Iya. Soalnya di Ausy gak ada." Ia membasahi bibirnya. "Gue kira telor itu cuma di ceplok atau di dadar doang, ternyata ada juga yang di gulung."
Rema terkekeh mendengar perkataan Jenan barusan. Gadis itu mengangguk-angguk mengerti.
"Mas, aku beli sepuluh ribu ya," ucapnya. Gadis itu hendak mengeluarkan uang dari sakunya yang langsung di cegah oleh Jenan.
"Biar gue aja yang bayar.”
Jenan mengeluarkan uang seratus ribuan dari saku celana sekolah yang ia pakai. Jenan tersenyum tipis.
"Ih ga usah."
Rema menahan lengan Jenan yang hendak membayar jajanan yang sedang gadis itu pesan.
"Udah gapapa." Jenan menarik lengannya. Lelaki itu menatap Rema sekilas sebelum mengarahkan pandangannya pada penjual telur gulung yang sedari tadi memperhatikan keduanya.
"Gentle banget mbak pacarnya," celetuk penjual telur gulung itu hingga membuat Rema meringis mendengarnya.
"Bisa aja mas." Jenan tertawa menimpali. Rema tersenyum canggung sambil melirik Jenan.
"Ini mas uangnya." Jenan memberikan selembar uang kertas berwarna merah yang langsung di terima oleh penjual itu. "Ambil aja kembaliannya mas."
Rema pasrah saja saat laki-laki itu membayar makanan yang ia beli. Niat hati ingin mentraktir Jenan ia urungkan.
Mas-mas penjual di depannya tampak kaget. Ia terus-menerus mengucapkan syukur dan terimakasih pada kedua Remaja di depannya, bahkan mas-mas itu sampai mendoakan Rema dan Jenan berjodoh. Sampai membuat kedua remaja itu kaget. Tak ayal mereka mengaminkan doa mas-mas penjual tadi. Terkecuali doa agar mereka berjodoh.
Kini keduanya sedang duduk di bangku yang berada di sekitaran lapangan, tepatnya di bawah pohon rindang. Rema mengeluarkan telur gulung dari plastik, sedangkan Jenan hanya menatap sebungkus telur gulung di depannya dengan penasaran. Bagaimana sih rasanya sampai membuat gadi di sampingnya itu jingkrak-jingkrak bahagia?
"Emang enak banget, ya?"
Jenan menatap Rema dengan wajah penasaran setelah melihat ekspresi Rema yang terlihat sangat bahagia ketika mengunyah telor gulung yang baru saja keduanya beli. Belum lagi cewek disampingnya sedari tadi mengoceh kalau makanan yang sedang ia makan adalah makanan yang paling enak di dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect person
Teen FictionRemayu Kamaliya Atmaja, selalu bertanya pada dirinya sendiri, tentang mengapa orang-orang di sekitarnya selalu memperlakukannya seperti binatang, memandangnya dengan tatapan jijik juga benci, dan mengolok-olok nya seakan-akan ia adalah makhluk palin...