00.03 - The person I met

53 33 2
                                    

00.03 - The person i met.

-

happy reading bae🧚✨

ʕ⁠ ⁠º⁠ ⁠ᴥ⁠ ⁠º⁠ʔ

Rema berlari menuju UKS untuk mengobati luka yang berada di telapak tangannya yang terasa perih.

Gadis itu terus saja berlari menuju UKS, dan tidak memperdulikan orang-orang yang tengah memandangnya dengan tatapan aneh. Ia berlari sambil sesekali mengusap air mata yang mengalir di wajahnya dengan kasar, tak peduli dengan luka lecet yang terasa perih.

Pikirannya di penuhi dengan perlakuan Albi dan saudari kembarnya yang berbuat jahat padanya. Belum lagi, Albi yang tiba-tiba saja bersikap kurang ajar membuat air mata gadis itu menetes. Rema sakit hati di perlakukan layaknya sampah dan di pandang rendah oleh orang lain.

Dengan rambut yang berantakan, gadis itu berjalan memasuki ruangan yang letaknya dekat dengan taman sekolah. Ia memasuki ruangan berbau obat-obatan tersebut, Rema menyadari bahwa disini hanya ada dirinya dan tidak ada penjaga. Rema bernapas lega, kemudian berjalan menuju kamar mandi di ruangan ber cat putih itu.

Gadis itu menyalakan keran wastafel dan membasuh luka gores yang ada di telapak tangan juga dengkul kakinya. Ia meringis ketika merasakan perih saat air mengenai luka yang ada di lengannya. Kemudian Rema menatap dirinya di cermin, air mata masih terus saja mengalir. Sialan, ini tidak bisa berhenti. Sudah ia coba untuk menyeka pun, air matanya tetap saja mengalir.

Gadis itu memejamkan mata dan menghirup udara dengan sekali tarikan napas. Ia harap, menarik napas sedalam-dalamnya dapat menghilangkan sesak yang sedari tadi menghimpit dada. Kemudian gadis itu menghembuskan napasnya dengan perlahan. Kini jantungnya sudah tidak lagi berdegup kencang seperti saat ia berhadapan dengan Albi, juga perasaan sesak yang mengganggunya sudah sedikit longgar setelah ia menghembuskan nafas dengan kencang. 

“Bodoh banget, kenapa tadi aku malah lawan kak Albi sih?” Ia merutuki kebodohannya karena telah melawan Albi saat tadi. “Tolol,” lanjutnya sembari menatap bayangan wajahnya yang terpampang jelas di depan cermin. Gadis itupun kembali merapikan rambutnya yang berantakan.

“Huh. Untung aja aku ga di apa-apain."

Bicara sendiri adalah hobinya sedari kecil. Sebut saja Rema perempuan gila. Hidupnya terlalu sepi, berbicara sendiri adalah caranya menghibur diri.

Setelah merapikan diri, Rema keluar dari toilet yang ada di UKS, kemudian gadis itu mengobati luka yang berada di telapak tangan juga dengkulnya, yang sudah ia basuh dengan air. Rema merasa beruntung karena,  dengkulnya hanya tergores sedikit saja dan itu tidak sakit-sakit sekali. Berbeda dengan tangan kirinya yang sehabis di injak Rena.

“Akh.” Rema meringis menahan sakit saat menyemprotkan alkohol pada luka di telapak tangan. Kemudian ia meneteskan obat merah dan menutupi lukanya dengan kapas dan membalutnya dengan perban. Setelah selesai, Rema pun memilih untuk tidur di brankar berwarna oranye yang ada di UKS, kemudian gadis itu menutup gorden yang menjadi sekat antara brankar-brankar lain.

Diam-diam ia menangis sambil menutupi bibirnya agar tidak mengeluarkan suara yang memilukan. Gadis itu memukuli kepalanya sendiri. Merasa kesal kenapa ia terlalu lemah. 

Hatinya sangat sesak ketika mengingat saat mereka menginjak-injak harga dirinya dan menghinanya dengan kata-kata yang sangat menyakiti hati. Juga perlakuan Albi yang sangat kurang aja membuatnya merasa tidak memiliki harga diri. Rema merasa di lecehkan. Mau di laporkan pun, mungkin disini ia yang akan menjadi pelakunya.
Mengingat keluarga Albi adalah termasuk orang penting.

Perfect person Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang