00.16 - Missing you?

50 30 6
                                    

00.16 - Missing you?

-
happy reading bae!!
-

Sudah tiga hari Jenan tidak sekolah dan sudah tiga hari itu pula Rema kembali menjadi bahan perundungan oleh Albi juga temannya yang lain. Rema khawatir pada Jenan yang sudah beberapa hari ini tidak masuk sekolah. Rema bergerak tak nyaman dari tempat duduknya, diam-diam ia menatap kursi kosong yang biasa Jenan tempati.

Yuda sudah kembali masuk sekolah, sikapnya kini semakin menjadi-jadi. Yuda telah berubah menjadi sosok yang lebih kejam dari sebelumnya.

Yuda mengeluarkan permen karet dari mulutnya. Kemudian lelaki itu berjalan menghampiri Rema yang tengah menelungkupkan wajah di lipatan kedua tangannya. Yuda tersenyum miring dan menempelkan permen karet bekas pada rambut panjang Rema.

Gelak tawa terdengar dari beberapa anak kelas MIPA 3 yang menyaksikan aksi Yuda pada Rema tadi.

“Parah lo Yud. Padahal kalo di liat-liat dia cantik loh. Mayan kalo buat bacol,” ucap salah satu anak di kelasnya, kurang ajar.

Rema yang tadi merasakan tangan seseorang di kepalanya pun mendongak, kemudian menatap Yuda yang kini tengah menatapnya datar. Jemari lentiknya kini meraba rambutnya, terasa lengket saat menyentuh benda kenyal yang menempel di rambutnya.

“Gara-gara lo gue jadi si skors,” desis Yuda dengan sorot tajam.

Rema menggeleng. Ini bukan kesalahannya, ini salah Yuda sendiri karena telah membuat keributan di sekolah. Tetapi Yuda malah menyalahkannya atas kesalahan yang tidak masuk akal.

“Jangan nyangkal. Kalo Jenan ga belain lo, gue sama dia ga bakal ribut! Ini semua salah lo!” bentak Yuda sambil menunjuk Rema dengan jari telunjuknya kasar. Suasana kelas menjadi hening saat Yuda membentak Rema dengan kasar.

Rema lagi-lagi menggeleng. Yuda menggebrak meja, kemudian berlalu menghampiri teman-temannya yang lain. Mereka semua memandang Rema dengan tatapan jijik dan benci. Kini tak ada Jenan dan Dea yang membelanya. Dea sendiri sudah di pindahkan ke kelas unggulan karena permintaan Dea sendiri.

Rema kembali menelungkup kan wajahnya, tidak peduli dengan rambut hitam legamnya yang terkena permen karet akibat ulah Yuda barusan.

Para siswa-siswi di kelas saling berbisik-bisik menggunjing Rema kemudian menertawakan Rema dengan hina. Diam-diam Rema meremas lengannya sendiri, berharap rasa sakitnya hilang saat ia meremas kencang kulit tangannya.

Guru sudah memasuki kelas, dan Rema tak henti-hentinya di ganggu oleh teman sekelasnya yang lain. Terlebih lagi Julia yang kini sedang menempelkan kertas bertuliskan ‘Aku anak pelakorr lonte’ pada punggung Rema. Tempat duduknya kini sudah di penuhi oleh banyaknya sampah gulungan kertas yang anak-anak kelasnya lemparkan padanya.

Rema sudah tidak kuat lagi saat mendengar Julia tertawa geli di belakang kursinya. Dengan mata memerah karena menahan amarah yang sudah tidak bisa ia bendung, Rema menggebrak meja hingga membuat guru perempuan yang sedang mengajar itupun memusatkan perhatiannya pada Rema. Seluruh anak kelas menatapnya kaget saat Rema tiba-tiba saja menggebrak meja.

“Ada apa Rema?” tanya Nurhasanah, guru perempuan yang saat ini tengah mengajar mata pelajaran biologi.

Dengan deru napas yang tak beraturan, Rema menunjuk Julia dan menarik kertas yang ada di belakang punggungnya. “Julia ganggu aku terus Bu!" Ia menunjukkan kertas itu dan menunjukkannya pada Nur yang tengah menatapnya. “Dia juga ngatain orang tua aku," ucapnya lagi.

Namun, guru itu hanya menggelengkan kepala, kemudian berucap, “Julia cuma bercanda Rema, kamu jangan serius-serius amat.” ucap Nurhasanah, tidak ingin ambil pusing.

Perfect person Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang