0.1 Kulawarga

795 59 20
                                    

"Langit pulang!"

Baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, Langit dikejutkan dengan  keberadaan kedua orangtuanya. Langit meneguk ludahnya sendiri terus langsung senyum kuda sambil menatap orang tuanya yang juga sedang menatap kearahnya dengan berbeda ekspresi. Daddy Jeno dengan ekspresi datarnya sementara Buna Yoshi dengan senyumannya sambil sesekali geleng-geleng kepala.

"Baru inget rumah?" Tanya Jeno dengan tangan yang bergerak untuk merangkul pinggang ramping Yoshi.

Langit yang semula tersenyum kuda langsung mengatupkan mulutnya karena merasa aura sang daddy lagi nggak main-main. "Maaf.."

"Kalo kamu main itu minimal inget waktu, jangan dari pagi sampe sore kamu main terus!"

"Maaf daddy."

Langit menunduk, tidak berani untuk menatap kearah daddy nya itu.

Yoshi langsung mengusap punggung tegap sang suami- mengingatkan untuk tidak terlalu meluapkan emosi ke anaknya. "Jeno, sabar.."

Mendengar itu, Jeno yang semula merasa kesal sedikit demi sedikit langsung mereda karena usapan lembut di punggung dari suami bawah tercintanya. Jeno menghela nafas lalu dia menatap ke anaknya yang masih setia menunduk.

"Liat daddy." Suruhnya ke Langit.

Langit langsung menurut. Lelaki yang baru aja berusia lima belas tahun itu menatap Jeno dengan takut-takut.

"Jangan kamu ulangi lagi kaya gitu, Langit. Buna kamu khawatir, daddy juga. Kalo kamu mau main sampe sore itu, setidaknya pulang dulu ke rumah, ngabarin kami disini, jangan seakan-akan lupa sama orang rumah. Kamu ngerti?"

Langit mengangguk pelan. "Maaf."

Jeno menghela nafas lagi lantas menatap Yoshi di sebelahnya. "Aku tunggu di luar." Tanpa menunggu jawaban, lelaki itu berjalan keluar rumah meninggalkan istri dan anaknya di dalam.

"Buna.."

Langit yang melihat Jeno keluar rumah itu langsung berjalan mendekat kearah Yoshi dan langsung di peluknya tubuh itu. Dia sedih, Tidak biasanya daddy Jeno kayak gini ke dia. Huhu.

"Udah gapapa, lain kali kamu harus berkabar dulu ya sama buna? Jangan kaya tadi."

"Huum."

Yoshi membalas pelukan sambil sesekali mengusap punggung anaknya yang dia yakini sekarang Langit lagi merasa sedih karena kejadian tadi.

"Daddy marah ya sama aku?"

"Daddy ngga marah, daddy cuma khawatir."

"Aku takut.."

"No, jangan gitu.." Yoshi melepaskan pelukan dan menangkup kedua pipi tirus Langit. "Daddy ngga pernah marah sama anaknya, seperti yang buna bilang tadi, daddy cuma khawatir takut kamu kenapa-napa di luar sana. Jangan berpikiran kaya gitu ke daddy, okey?"

Langit mengangguk pelan.

"Udah jangan sedih-sedih, anak buna 'kan kuat." Kata Yoshi sambil senyum.

Melihat senyuman buna nya itu membuat Langit ikutan senyum. Tatapannya jatuh ke pakaian Yoshi yang terlihat rapih sekarang. "Omong-omong, buna mau kemana?"

"Buna mau ke rumahnya om Haruto sama daddy, kamu mau ikut?"

"Sama yang lainnya juga?"

"Iya."

"Aku ikut!"

"Ganti baju dulu sana, buna tunggu di luar."

"Okeee!"

Kulawarga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang