3.3 Kulawarga

110 13 5
                                    

Di hari terakhir libur ini, sekarang Reyhan sedang berada di rumah Mahen untuk sekadar bermain. Tadinya, Mahen menawarkan diri untuk menjemputnya tapi langsung ia tolak begitu saja, lagi pula kan jarak rumahnya dan rumah Mahen tidak terlalu jauh— Mahen nya saja yang terkadang suka lebay.

Posisi Reyhan sekarang berada di halaman depan rumah ditemani oleh Lily, keduanya sedang berjongkok didepan kolam ikan yang tempatnya tak jauh dari gazebo. Mereka berdua sedang asik memberikan ikan-ikan kecil itu makan sembari menunggu Mahen membuat minuman di dalam. Reyhan memang sudah dekat dengan Lily bahkan ia juga menganggap perempuan kecil itu sebagai adiknya sendiri. 

Omong-omong tentang hubungannya dengan Mahen, sekarang mereka menjadi lebih dekat dari sebelumnya. Mungkin faktor utama nya adalah selama liburan mereka lebih banyak menghabiskan waktu berdua, jadi membuat mereka lebih dekat dan merasakan kenyamanan satu sama lain.

Reyhan mengulurkan tangannya yang sedang memegang setoples pelet ikan ke hadapan Lily— sedari tadi fokus si kecil tak teralihkan pada apapun, masih tetap asik memberikan makan ikan piaraan milik daddy nya sambil terus memekik senang.

"Lily seneng?"

Perempuan kecil itu mengangguk antusias sampai poni jadi berantakan saking senangnya dengan kegiatan sekarang. Biasanya Lily tidak diberikan izin untuk memberikan makanan pada ikan tanpa pengawasan orang dewasa, Mark dan Mahen yang kadang sibuk dengan kegiatannya masing-masing membuat Lily jadi jarang sekali memberikan ikan kecil itu pelet— kalau Yeri, justru perempuan itu lebih memilih untuk memberikan makanan pada ikan di waktu Lily tertidur.

"Lily seneng banget!" pekik si kecil dengan suara yang terdengar lucu, Lily pun lantas menoleh pada Reyhan dengan mata berbinar. "Apa kakak juga seneng?"

Reyhan tersenyum manis melihat tingkah laku adik dari temannya itu, "Seneng dong."

Setelah itu mereka pun menyelesaikan kegiatan memberikan makanan pada ikan. Lalu keduanya berpindah tempat ke area keran air yang dimana di sana ada ember yang sudah di isi oleh air. Reyhan pun mengajak Lily untuk mencuci tangan setelah memegang pelet ikan tadi.

"Kakak Rey punya sulap, kamu mau liat gak?"

Karena penasaran dengan sulap yang di maksud oleh Reyhan, Lily pun langsung mengangguk. "Mau!"

Lelaki itu tersenyum kemudian ia berdiri— setelah menyuruh Lily untuk tetap pada tempatnya dan berjalan menuju ke kolam ikan lagi yang dimana di samping kiri kolam tersebut ada tanaman, dengan tidak berdosa nya Reyhan pun memetik satu daun dari tanaman itu lantas kembali menghampiri Lily yang terlihat sudah tidak sabar menunggu.

Reyhan pun berjongkok di depan ember di ikuti oleh Lily dengan wajah penasarannya. Lantas lelaki itu mengeluarkan pulpen yang berada di saku celananya— omong-omong ia memang sudah berniat untuk menunjukkan sulap ini pada Lily, makanya ia sampai menyiapkan barang yang di perlukan dari rumah.

Tangannya mengeluarkan isi pulpen dan lanjut mengambil ujung pulpennya sampai isi dari pulpen tersebut merembes keluar, buru-buru Reyhan langsung menaruh isi tinta itu pada ujung daun. Kemudian, Reyhan menempatkan daun yang sudah diberi tinta di ujungnya ke dalam air, lantas tinta pada ujung daun itu pun mulai menyebar ke permukaan air.

Lily terperangah kagum melihat itu, tatapannya pun berbinar dengan bibir yang sedikit terbuka. Di saat Lily yang fokus terhadap daun itu, Reyhan malah fokus pada wajah Lily yang menurutnya sangat menggemaskan.

Tanpa mereka berdua sadari, ternyata sedari tadi kegiatan mereka itu di pantau oleh Mahen. Lelaki yang lebih tua itu tersenyum melihat kedekatan adiknya dengan seseorang yang ia sayangi, apalagi tidak ada suasana canggung yang ia rasakan yang ada hanya aura kebahagiaan yang menguar sampai ia ikut merasakannya.

Kaki Mahen perlahan berjalan menuju ke gazebo dan menaruh minuman yang di bawanya di gazebo itu, lalu menghampiri keduanya dan ikut melihat sulap yang dimaksud oleh Reyhan tadi.

"Itu ada penjelasan sains nya lho Rey, kamu mau denger gak?"

Sontak saja keduanya langsung menoleh kearah Mahen.

"Boleh. Jelasin aja, biar aku juga bisa belajar."

Mahen tersenyum lalu ikut berjongkok juga di samping kanan Lily. Jadi, Lily diapit oleh dua pemuda itu. "Gini.. kenapa hal itu bisa terjadi karena disebabkan oleh fenomena ilmiah yang disebut efek Marangoni. Jadi pas tinta itu menyebar, tinta nyiptain semacam dorongan terhadap air, ngehasilin gaya kecil. Dan gaya inilah yang menyebabkan daun bergerak maju."

Reyhan mengangguk-angguk, penjelasan Mahen sangat lugas dan mudah di mengerti walaupun masih ada istilah yang terdengar asing di telinga. Mungkin, ia bisa langsung searching setelah sampai di rumah.

"Kamu ngerti sayang?"

"Sedikit." jawab Reyhan.

Mahen terkejut sebentar, lantas lelaki itu tertawa melihat Reyhan yang juga sama-sama terkejut. Ia mengulurkan tangannya untuk mengacak surai hitam Reyhan yang mulai lebat. "Jangan kepedean, aku ke Lily bukan ke kamu."

Reyhan langsung mengatupkan bibirnya, wajahnya seketika memerah menahan malu karena dengan gamblangnya ia menjawab kalimat Mahen. Karena merasa malu, Reyhan pun berdiri dan berjalan menuju ke gazebo meninggalkan Lily dan Mahen yang kini masih asik tertawa. 

Mahen pun berdiri dan mengajak Lily untuk ke gazebo juga, lelaki itu mengangkat tubuh adiknya dan mendudukkannya di dalam gazebo. Pun si lelaki keturunan Canda itu ikut duduk di samping Lily yang dimana berhadapan dengan Reyhan yang terus menunduk— tidak mau melihat kearahnya.

"Rey," panggilnya sambil mengulum bibir menahan senyuman. Kenapa Reyhan terlihat manis dengan acara malu-malu nya itu?

Reyhan hanya melirik sekilas, ia lebih milih untuk menyibukkan diri dengan minumannya.

"Kamu mau aku panggil sayang juga?"

"Diem aja lah bang."

"Yaudah, sayang."

"Bang, diem!"

"Oke baby."

"..."

—— tbc

bau-bau ada yang mau jadian kayaknya 🙊

penjelasan mengenai daun yang diberi tinta itu aku dapat dari @/sainsmenarik

bye sengku!

Kulawarga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang