Saat ini, waktu sudah memasuki pukul 9 pagi, ini adalah pertama kali Yudhis kesiangan. Mungkin efek karena terlalu lelah juga. Yudhis keluar dari kamarnya dengan wajah yang masih mengantuk, ia menguap lebar tak lupa menutup mulutnya menggunakan tangan. Ia mengedarkan pandangannya ke penjuru rumah yang terlihat sepi, kemana abi dan umi nya? Kemana juga adiknya yang sering merecoki ketika ia masih berada di dalam kamar?
Rumah Yudhis ini bukan rumah yang bertingkat seperti teman-temannya yang lain, walaupun begitu rumah Yudhis termasuk rumah yang besar dan luas, hanya saja tidak di buat bertingkat seperti yang lain. Ini juga atas kesepakatan antara Yedam dan Yuri yang sama-sama tidak mau memiliki rumah lantai dua.
Karena tak melihat keberadaan keluarganya, lelaki itu lantas berjalan keluar rumah— yang siapa tau keluarganya ada di luar, mungkin sedang mengobrol dengan tetangga gitu?
Yudhis menyipitkan matanya menatap kearah sebrang rumahnya, ternyata di sana ada keluarganya sedang mengobrol di rumah Doyoung. Yudhis mengelus perutnya yang terasa keroncongan, ia meringis pelan ketika perutnya terasa perih— ia baru ingat, ia belum makan dari malam!
Karena mencium aroma masakan dari rumah Doyoung apalagi ia sempat melihat Yuri— umi nya, itu membawa bakul nasi yang membuat Yudhis langsung menghampiri mereka. Pemuda itu berjalan menuju ke teras rumah Doyoung, ternyata mereka sedang makan bersama dengan menu makan— nasi liwet, ikan bandeng, tahu, tempe, sambal terasi, sayur asam dan lalapan. Sungguh, melihat menu tersebut mampu membuat perut Yudhis keroncongan.
"Abang, ayo makan."
Yuri keluar dari dalam rumah Doyoung sambil membawa buah semangka untuk cuci mulut dan diikuti oleh Yujin yang membawa air mineral.
Yujin tersenyum melihat kedatangan Yudhis. Ia menduduki dirinya di samping Doyoung dan di sebelahnya juga ada Dio sedang mengobrol dengan Yara. "Abang Yudhis, ayo sini kita makan bareng."
Yudhis menyengir. "Iya tante, terimakasih."
Kemudian Yudhis duduk di samping Yedam. Lelaki itu terus menatap menu makanan yang ada di hadapannya ini.
"Kita tunggu Mashiho dulu, dia lagi manggil istri sama anaknya di rumah."
Mereka mengangguk mendengar perkataan dari Yedam. Yudhis yang terasa lapar pun mau tidak mau harus menunggu sampai kedatangan Mashiho dan keluarga.
"Liburan nanti ada rencana buat berlibur kemana, bang Yud?" Tanya Yujin.
Mendapat pertanyaan itu, Yudhis yang awalnya ingin mengambil satu potong timun langsung terhenti. Ia langsung menatap Yujin dan menggeleng.
"Kurang tau, tante."
"Loh gak ada rencana mau jalan-jalan sama temen kamu emang?"
"Julia ngajak sih, katanya mau ke Bandung. Tapi gak tau juga jadi apa engga." Jawabnya.
Yujin mengangguk, sedetik kemudian ia langsung menatap Yudhis dengan tatapan tidak percaya. "Eh berdua aja?"
"Eh enggak!" Yudhis panik. Ia tau ucapannya itu mampu membuat orang lain salah paham apalagi melihat tatapan orangtuanya yang seakan meminta penjelasan. "Barengan sama yang lain, bukan aku sama Julia aja. Suer!"
Mendengar itu Yuri menghela nafas lega. "Umi kira mau berdua aja sama Julia."
"Ya emang kenapa kalo cuma berdua aja?"
"Pake nanya!" Yedam yang merasa gemas dengan pertanyaan sang anak langsung mencubit pelan lengan anaknya. "Belum boleh, masih kecil!"
Yudhis tertawa. "Bercanda aja atuh aku mah."
Para orang tua hanya mampu menggelengkan kepalanya mendengar jawaban dari Yudhis. Kemudian mereka lanjut mengobrol sampai tiba-tiba datang Mashiho yang membawa sepiring kue bolu dan Rei yang menggandeng tangan Ryuka.
Ketiganya langsung menduduki diri di tempat yang masih kosong, Mashiho menaruh kue bolu yang sudah dibuat oleh Rei dihadapannya. Tak lupa ia pun menutup kue bolu tersebut agar tak dihinggapi lalat.
Karena mereka sudah berkumpul semua, Yedam langsung memimpin doa. Setelah selesai mereka pun lantas menyantap makanan. Mereka makan dengan sangat khidmat. Sungguh, makan bersama seperti ini mampu membuat nafsu makan bertambah apalagi makan bersama dengan orang yang tersayang.
Waktu semakin berlalu. Mereka semua sudah selesai dengan makan bersama dan sekarang sedang mengobrol tentang apapun itu, random. Sementara untuk Yara, Dio dan Ryuka kini lanjut menggambar lagi.
"Lu ada niatan buat liburan ke Jepang gak bang?" Tanya Doyoung ke Mashiho.
Mendengar kata Jepang membuat Ryuka yang tadinya sibuk menggambar langsung berhenti dan ikut menimbrung pembicaraan para orang tua. "Aku mau ke Jepang!" katanya dengan semangat.
Mashiho menoleh. "Mau tinggal di sana lagi?"
"Bukan tinggal di sana, ayah!" Ryuka menggeleng. "Tapi liburan kesana bareng sama kakak Ochi juga!"
"Emang bang Jeno mau ke Jepang ya?" Doyoung bertanya pada Mashiho yang dibalas dengan gelengan termasuk Yedam juga. Ia malah tidak tahu apa-apa tentang hal itu.
"Bukan om Jeno!"
"Lah terus siapa?"
"Di bilang kak Ochi juga."
"Ya kan berarti kalo kak Ochi liburan, berarti bareng sama om Jeno dan abang Langit dong?"
"Ih ayah itu gak ngerti ya!" Ryuka menatap wajah ayahnya dengan cemberut, membuat Mashiho bingung. Begitupun dengan mereka semua yang mendengarkan. "Aku itu sebel tau sama om Jeno karena udah bikin aku nangis, makanya aku gak mau ngajak-ngajak om Jeno ke Jepang cukup kakak Ochi aja!"
"Terus kenapa abang Langit gak di ajak?" Tanya Yudhis penasaran.
"Gak tau."
Yudhis menatap Ryuka tak paham. Selain adiknya yang rada-rada ternyata ada yang lebih rada-rada daripada adiknya itu. Ngerti 'kan? Masa gak ngerti.
"Ryuka ... gak boleh gitu tau, mau gimanapun 'kan kak Ochi udah punya keluarganya sendiri, kak Ochi mau pergi kemanapun pasti bareng sama keluarganya juga. Masa om Jeno sama abang Langit ditinggal? Kan gak mungkin." Kata Rei memberi pengertian pada anaknya sambil mengelus rambut sang anak dengan lembut.
Yara yang mendengar itu mengangguk-angguk. "Bener! Kata umi aku juga, gak baik tau marahan lebih dari tiga hari mana marahnya sama orang yang lebih tua."
Yuri tersenyum.
"Emang kamu udah marahan berapa hari sama om Jeno?" Tanya Dio penasaran.
Ryuka terdiam sebentar, tangannya terangkat— menghitung berapa lama ia marah pada Jeno. Lalu ia menunjukkan sepuluh jari mungilnya pada Yara dan juga Dio. "Segini."
"Ih lebih dari seminggu!" Dio terkejut. "Hayo lho, kelamaan marahnya, nanti dosa!"
"Sssst! Gak baik gitu." Ujar Yujin menegur anaknya yang dibalas cengiran oleh Dio.
Para bapak-bapak hanya diam menyimak mendengar obrolan dari anak-anaknya, begitupun dengan Yudhis. Sebenarnya ia ingin sekali pulang ke rumahnya tapi merasa tak enak, masa sudah makan pulang?
Rei tertawa kecil lantas ia menepuk pelan kepala Ryuka. "Jangan seperti itu, om Jeno kan baik, mungkin om Jeno cuma pengen bercanda aja sama kamu, secara anak mama ini lucu."
"Tapi om Jeno bilang aku jelek."
"..."
——
helo
setelah di pikir-pikir aku mau bikin jadwal untuk update cerita kulawarga enih. jadi nanti aku bakal up nya di hari kamis dan sabtu yaw! dan.. untuk cerita jenshi aku bakal usahain untuk update setelah lebaran.udah itu aja sih, hehe
tp sebentar..
untuk teman-teman semua, selamat menunaikan ibadah puasa! ♥️tertanda,
syethereal
(pacar lee jeno)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kulawarga
HumorKulawarga; Hubungan cinta antara suami dan istri dan hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak. Warn! Area Bxb -- [ NCT Dream ft Treasure ] ©® Syethereal, 2023 Cover by pinterest.