Jeno menatap suami bawahnya dan Langit yang mengobrol seru dengan Ryuka tanpa menghiraukan keberadaannya yang terlihat menyedihkan. Lelaki itu cemberut, menatap cemburu Ryuka yang mendapatkan ciuman di pipi dari Yoshi. Apalagi Langit juga ikut-ikutan. Disini Jeno beneran merasa terasingkan oleh mereka semua.
"Kak Ochi, tadi Yuka denger om Jaemin nyebut boti. Boti itu apa sih kak?"
Mendapat pertanyaan itu sontak Yoshi langsung menatap suaminya dengan tajam. Jeno terdiam dan bingung. Kenapa dia yang jadi di tatap seperti itu? Padahal bukan dirinya yang berbicara bota boti tersebut, kan si Jaemin yang duluan!
"Apa sayang?"
"Kenapa sih kalian harus bahas itu di depan anak kecil?"
"Loh orang si Jemin yang duluan kok!"
"Aku kalo dapet pertanyaan gini bingung harus jawab kayak gimana."
"Ya jawab aja, boti itu adalah—"
"Macam kak Ochi?"
"Hah?"
Yoshi melongo, Jeno tertawa— padahal tidak ada yang lucu. Langit mengusak rambut Ryuka dengan gemas. Sebenarnya Langit ingin menjelaskan panjang kali lebar tentang perbotian ini, tapi ia takut penjelasannya tidak masuk ke dalam otak Ryuka, belum lagi kalau ditanyai hal yang aneh-aneh, macam bagaimana Langit lahir? Bagaimana cara Yoshi mengeluarkan Langit dari perutnya? Dan bagaimana caranya membuat anak? Ah mungkin masih banyak lagi. Tentu pula Langit tidak tahu harus menjawab apa.
Jeno mengangkat kedua jempolnya. "Iya betul!"
"Jadi ... Boti itu adalah lelaki yang bisa hamil?"
Lagi-lagi pertanyaan dari Ryuka membuat Yoshi melongo sampai-sampai ia terbatuk. Ingin menjelaskan kalau di dunia orange ini tidak semua boti bisa hamil. Hanya saja ia termasuk ke dalam lelaki istimewa, bisa memiliki anak tanpa harus adopsi seperti pasangan humu di luar sana.
Yoshi berdehem. Lalu mengusap lembut rambut Ryuka yang di cepol dua.
"Mou hirugohan wo tabemashita ka?"
Lebih baik Yoshi menanyakan sudah makan apa belum kepada Ryuka sebelum pertanyaannya makin absurd. Lelaki itu menatap sebentar kearah suami dan anaknya yang terlihat bingung dengan ucapannya lalu kembali menatap Ryuka. Lagian salah siapa tidak belajar bahasa Jepang, kan jadi planga-plongo kayak orang goblok gini.
Ryuka tersenyum. "Hai, mou tabemashita."
"Apa Yuka kesini ngga di cariin Ayah sama Mama, sayang?"
"Nggak tau." Ryuka mengangkat bahunya. "Kalo gitu, Yuka minta tolong ke kakak untuk telpon ke mama, kasih tau kalo Yuka ada disini."
Jeno mengerenyitkan dahi. "Jadi kamu kesini gak izin?"
"Tadi izin buat beli eskrim doang."
"Lain kali jangan gitu ya. Nanti mama sama ayah kamu khawatir kalo kamu gini." Yoshi tersenyum teduh yang dibalas anggukan dan cengiran lucu khas anak kecil. Lalu tangannya bergerak cepat mengambil ponselnya yang berada diatas meja. Ia tau bagaimana rasanya ketika anak meminta izin untuk membeli jajanan tetapi malah melipir dulu ke suatu tempat yang membuatnya lupa waktu. Setelah selesai memberi tau kepada Rei bahwa Ryuka ada di rumahnya. Yoshi kembali menaruh ponselnya di atas meja. "Yuka mau donat? Kebetulan stok donat karamel kakak masih banyak."
Sontak Ryuka mengangguk antusias. Membuat keluarga kecil itu tersenyum melihatnya. Walaupun Jeno rada sensi ke Ryuka perihal nama panggilan tak ayal kalau Jeno juga menyayangi perempuan kecil itu seperti anaknya sendiri. Yah Jeno berdoa, semoga bayi yang dikandung Yoshi berkelamin perempuan. Jeno benar-benar mendambakan seorang anak perempuan, soalnya. Tapi ia juga tak bisa banyak berharap, sih. Sedikasihnya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kulawarga
HumorKulawarga; Hubungan cinta antara suami dan istri dan hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak. Warn! Area Bxb -- [ NCT Dream ft Treasure ] ©® Syethereal, 2023 Cover by pinterest.