1.9 Kulawarga

122 19 1
                                    

Hari ini adalah hari terakhir ulangan. Dan senin nanti sudah memasuki free class— yang artinya sudah tidak ada pembelajaran lagi.

Seorang lelaki berjalan menyusuri koridor kelas sendirian, jika di lihat suasana sekolah yang masih tentram— sepertinya ia lebih dulu menyelesaikan ulangannya dibandingkan dengan siswa yang lain. Lagipula jadwal ulangan sekarang itu terlampau mudah, ia jadi merasa seperti seorang siswa pintar juara satu paralel.

Lelaki itu adalah Pamungkas, kali ini ia berjalan memiliki satu tujuan yaitu pergi ke kelas Langit, bukan bermaksud mau caper, cari muka, lenjeh, dan apalah-apalah itu. Berhubung saat ini adalah jadwal ekskul renang, jadi ia berniat menghampiri Langit untuk pergi ke kolam renang bersama yang berada di belakang sekolah.

Pamungkas sudah sampai di depan kelas Langit, ia melihat-lihat ke dalam kelas Langit yang ternyata masih fokus mengerjakan ulangan. Sembari menunggu Langit selesai mengerjakan ulangannya Pamungkas pun duduk di depan kelas, ia menaruh tasnya di samping lalu menopang dagu sambil menatap murid-murid yang mulai keluar kelas.

Banyak para murid lelaki yang menyapanya bahkan ada yang mengajak ia untuk nongkrong terlebih dahulu. Jelas Pamungkas langsung menolak, kalau tidak ada jadwal ekskul sekarang pasti dengan senang hati menerima.

Tak terasa bel pulang sekolah pun berbunyi yang menandakan waktu ulangan sudah habis. Pamungkas langsung mengambil tas nya dan berdiri, satu persatu siswa di kelas Langit perlahan keluar sampai ia menemukan Langit yang sedang mengobrol bersama Ziel.

Langit yang tahu keberadaannya langsung menghampiri. "Loh Pam, ngapain disini? Enggak langsung ke belakang?"

"Gue sengaja kesini dulu jemput lu, biar barengan. Gue males duluan soalnya gak ada temen."

"Yaudah ayo," ajak Langit ke Pamungkas.

Keduanya lantas berjalan beriringan, tak lupa Langit pun memberi tahu kepada teman sekelasnya yang juga mengikuti ekskul renang ini termasuk Reyhan. Lelaki itu berjalan di belakang mereka tanpa suara, Reyhan hanya menatap mereka berdua malas tanpa berniat mengobrol.

"Pulang sama siapa nanti, Lang? Di jemput sama daddy?"

Langit menggeleng. "Daddy lembur, paling mesen ojek online sih."

Pamungkas menyengir. Dirinya langsung merangkul pundak Langit. "Lah bocah kan ada gue, kenapa harus mesen ojol?"

"Gak enak Pam nebeng lu mulu."

"Santai, apa sih yang enggak buat lu."

Langit mengangguk dan tersenyum, lagipula ia malas juga untuk memakai jasa ojek online kalau tidak ada yang menjemputnya seperti ini. Keduanya kembali mengobrol ringan di sela-sela perjalanan menuju ke belakang sekolah, sesekali Pamungkas juga mengacak rambut Langit yang mampu membuat si empunya kesal karena rambutnya yang acak-acakan. Tentu rasa kesal itu tak berlangsung lama, karena Langit langsung bersenda gurau lagi bersama dengan Pamungkas.

Tak terasa mereka sudah sampai di tempat yang dituju. Tas mereka di taruh di loker yang sudah di sediakan di tempat renang tersebut, loker Langit berada di tengah-tengah antara loker Reyhan dan Pamungkas.

Sebelum berganti pakaian, Langit membalas pesan dari sang buna yang menawarkan mau di jemput atau tidak, langsung saja Langit membalasnya bahwa ia akan pulang bersama dengan Pamungkas. Setelah itu, ia kembali menaruh handphonenya di dalam loker lalu mengambil pakaian ganti lantas mengunci loker tersebut dan pergi berganti pakaian.

Reyhan dan Pamungkas yang sudah mengambil pakaian ganti pun langsung mengikuti langkah Langit, keduanya berjalan di belakang Langit, tidak ada percakapan diantara mereka berdua. Reyhan yang notabenenya tidak terlalu banyak omong tentu akan diam jika tidak di tanya, sementara Pamungkas entahlah ia hanya malas saja untuk membuka mulut.

Mereka bertiga pun sudah sampai di tempat berganti pakaian, lagi dan lagi keduanya mengikuti langkah Langit yang kini berjalan menuju ke kamar ganti paling pojok. Sebelum memasuki kamar ganti itu, Langit menahan keduanya dan menyuruh mereka untuk mundur.

"Stop, gak boleh ada yang masuk! Ganti-gantian!"

"Biar cepet, Lang."

Langit langsung menatap tajam Pamungkas yang baru saja bilang seperti itu. "Matamu! Tunggu bentar buset gak akan lama ini."

"Iya udah sana masuk," Reyhan langsung mendorong Langit masuk ke kamar ganti, setelahnya ia menutup pintu tersebut. Reyhan kembali melangkah mundur dan tersenyum kepada Pamungkas. "Ternyata, otak lu mesum juga ya. Hal ginian aja langsung gerak cepat."

"Shut up man."

——

Selain Reyhan dan Langit yang ada jadwal ekskul hari ini, ada Mahen juga yang ternyata memiliki jadwal ekskul basket sekarang. Mahen berjalan menuju lapangan bersama dengan Harsa, mereka sudah berganti pakaian dengan jersey basket sekolah mereka.

Harsa mengikat rambut depannya yang sudah panjang menggunakan karet Jepang yang ia ambil di meja teman ceweknya di kelas Sementara Mahen sedang membalas chat dari Reyhan dari beberapa menit yang lalu.

Reyhan

[Reyhan]
Bang Mahen, abang kalo mau pulang duluan, pulang aja. Aku ada ekskul renang sekarang.

[Me]
abang jg ada ekskul skrg
km pulang jam brp? biar abang tunggu

Tak ada balasan dari Reyhan, Mahen pun langsung memasuki handphonenya ke dalam tas. Lalu kembali fokus berjalan yang kini sudah dekat dengan lapangan, ternyata di lapangan sudah ramai oleh siswa yang juga ikut ekskul basket ini. Bahkan ada beberapa yang sudah latihan sendiri sembari menunggu coach yang memimpin datang, Mahen dan Harsa langsung menaruh tas nya di pinggir lapangan. Mereka juga ingin latihan seperti yang lain, apalagi ada turnamen antar sekolah yang akan di laksanakan di sekolah tetangga hari rabu nanti. Makanya sekarang mereka sedang giat-giatnya berlatih.

Selagi menunggu kedatangan coach, Mahen berlatih sendirian begitupun dengan Harsa. Di mulai dari lay up,  under ring, free throw, dribble crossover dan between the leg. Fokus mereka tak teralihkan pada apapun, tetap berlatih satu sama lain. Keringat membasahi tubuh mereka sampai jersey yang mereka pakai pun terlihat sedikit basah oleh.

Setelah 3 menit mereka latihan, coach pun datang menghampiri mereka. Menginstruksi untuk pemanasan terlebih dahulu sebelum latihan seperti biasa dan menunjuk sang ketua basket untuk memimpin pemanasan itu. Mahen dan Harsa mengikuti setiap pergerakan dari ketua mereka, dari mulai kepala sampai kaki, tak mereka lewatkan sedikitpun.

Pemanasan pun akhirnya sudah selesai, kini mereka beristirahat sejenak sebelum benar-benar berlatih basket seperti biasa. Sembari beristirahat ini, coach mereka memberitahu bahwa mereka harus benar-benar fokus untuk menjaga kesehatan fisik agar tidak tumbang ketika mereka giat akan latihan ini. Para siswa ekskul tersebut langsung mengangguk, tentu mereka tidak akan mengecewakan coach mereka yang sudah bersusah payah memimpin pelatihan ini sampai mereka bisa mengikuti turnamen di minggu depan.

Setelah selesai istirahat dan memberi wejangan terhadap para siswanya, coach pun langsung menyuruh mereka untuk ke lapangan kembali, karena ekskul akan di mulai. Mendengar instruksi itu membuat mereka langsung berlari ke lapangan terkecuali Mahen yang memutuskan untuk membalas pesan masuk terlebih dahulu.

Mahen langsung mengambil handphonenya yang terdapat notif pesan dari Reyhan. Buru-buru lelaki itu membalas pesan tersebut.

Reyhan

[Reyhan]
Aku pulang jam 1

[Me]
sama
tunggu ya, nanti abang jemput

[Reyhan]
Kalo abang udah nyampe duluan, bisa langsung ke belakang sekolah, tempat renang aku disitu. Soalnya hape aku di silent dan bakal di masukin ke loker.

Mahen tersenyum membaca balasan tersebut. Ia pun membalas dengan emoticon tersenyum dan jempol, kemudian ia langsung mematikan handphone nya dan memasukannya kembali ke dalam tas. Lelaki itu pun langsung bergabung dengan teman-temannya sebelum mendapatkan omelan dari coach ataupun ketua basketnya.

——

Kulawarga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang