0.2 Kulawarga

429 45 10
                                    

Haruto menatap sekumpulan manusia yang baru saja datang ke rumahnya. Siapa lagi kalo bukan Jeno and the gank beserta bini dan para anaknya. Bayangkan saja bagaimana ramai nya halaman rumah Haruto sekarang, udah kayak bubaran pabrik.

"Gue kira dateng nya bakalan di cicil, ternyata kagak." Kata Haruto sambil membuka lebar pintu rumahnya. "Ayo masuk, keburu pak erte lewat, takutnya beliau ngira ada dukun santet disini."

"Lu dong dukun santetnya kalo gitu."

Haruto menarik tangan Jeongwoo yang baru saja berbicara seperti itu ke dalam rumahnya. "Cepet masuk lu jangan banyak cincong."

"Pengen ngomong kasar tapi banyak anak-anak."

Setelah Jeongwoo masuk, mereka yang masih diluar pun ikut masuk. Ada juga yang menyerobot duluan ke dalam seperti Jaemin. Lelaki itu menarik-narik tangan Windy sebelum Asahi datang. Setakut itu emang ayah anak satu ini.

"Aduh, ayah! Kenapa aku di tarik sih?"

"Diem dulu dek, ini ayah mau umpetin kamu sebelum om Asa dateng."

"Jaemin ih itu anaknya kasian!" Winter langsung teriak panik melihat anaknya yang terseok-seok gara-gara di tarik sama Jaemin. "Kamu tuh apa-apaan sih!"

"Diem dulu yang! Pokonya aman!" Katanya sambil masuk ke dalam kamar yang berdekatan sama dapur. Entah kamar apa itu, Jaemin juga tidak tau. Pokoknya tujuan sekarang ialah, umpetin Windy sebelum Asahi datang.

"Kurang asem tu laki lu, Win." Komentar Haechan yang di balas dengusan sebal oleh Winter. "Jangan di kekang gitu anaknya, ntar malah ngga suka lagi Windy di gituin."

"Alasannya cuma karena ada Asahi doang, A."

"Yaelah, si Sahoy ngga usah di tanggepin. Lagian lebay amat tu pentol korek."

"Aku nyusul mereka dulu." Pamit Winter ke Haechan terus langsung berjalan menghampiri anak dan suaminya.

Melihat keposesifan Jaemin kepada anaknya hanya perihal Asahi yang ingin mendekati Windy, Haechan cuman bisa geleng-geleng kepala saja. Heran. Tidak tau harus berkata apa lagi.

"Itu ayah Jaemin sama mama Winter mau ngapain, Pap? Bikin anak?"

"Astaghfirullah!"

Chaewon yang mendengar celetukan anak bungsunya sontak melotot tidak percaya. Terus tatapannya jatuh ke Haechan yang keliatan panik. "Bukan aku yang, beneran!"

Rega pun begitu. Dia langsung angkat suara sebelum sang mama menuduhnya yang tidak-tidak. "Aku juga ngga pernah ngajarin Tika begitu, aku kan anak baik! Percaya sama aku!"

Sedangkan Regi berdecih.

"Tah paling si Regi. Dia mah akhlaknya emang ketinggalan di rahim mama."

"Kurang ajar."

"Chantika, sini!" Panggil Chaewon ke anaknya yang malah asik main boneka-bonekaan di samping Haechan.

Chantika langsung menurut. Pas berhadapan dengan keluarga Jenshi, perempuan kecil itu mengerlingkan matanya genit ke Langit. Mendapat tatapan itu membuat Langit syok.

"Ay yop yu, abang Langit."

"Ih bunaaa, aku di genitin bokem."

Yoshi ketawa. Begitu juga sama Jeno. Sementara orang tua dari bocah kecil itu cuman bisa menepuk dahinya tidak habis pikir.

"Heh bokem, yang lu genitin itu pacarnya Reyhan!"

"Hah?"

Semua orang yang disitu pada melongo mendengar omongan dari Rega. Termasuk Langit. Kek, lah gue? Emang iya? Gue? Serius? Gitu.. 😀

Kulawarga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang