2.2 Kulawarga

116 20 0
                                    

kalo ada typo tolong tandai ya sayang ya

"BUNAAAA, HELPPP MEEE PLEASEEE!!"

Yoshi yang sedang bermesraan di ruang keluarga bersama Jeno sontak langsung menjauhkan diri membuat Jeno menggerutu sebal. Keduanya menoleh kearah Langit yang berlari menuju ruang keluarga sambil memegang ponsel, setelah sampai di ruang keluarga Langit langsung duduk di tengah-tengah antara orang tuanya dan tentu membuat Jeno semakin sebal.

Jeno menatap sang anak dengan ekspresi wajah yang masam. Gini nih kalau punya anak laki-laki, kayak bikin saingan sendiri!

"Ada apa bang?" Tanya Yoshi bingung.

"Tolongin aku bunaaa," katanya sedikit merengek. Langit memperlihatkan ponselnya yang menampilkan video gaya renang yang menurutnya susah. Gaya kupu-kupu. "Di bagian ini aku masih noob, tadi aja sampe di omelin sama pelatih gara-gara aku nggak bisa."

"Belajar makanya."

Langit menatap tajam daddy nya. "Ini juga lagi belajar, daddy!"

Jeno menye-menye, meledek sang anak yang kini berbalik menatapnya dengan sebal. Tanpa menjawab dan menggubris Jeno, Langit melanjutkan obrolannya dengan Yoshi.

Kedua lelaki berbeda umur itu fokus menonton video menghiraukan Jeno yang hanya terdiam menatap keduanya. Setelah video itu selesai, Yoshi langsung menggeleng pelan dan menyuruh Langit untuk memperlihatkannya kepada Jeno.

"Buna gak bisa, mungkin daddy yang bisa."

"Apa?!" sewot Jeno.

"Ih daddy sewot amat sih!" Langit berkomentar. "Males ah aku sama daddy, marah-marah mulu, ntar keriputan tau rasa."

Yoshi lagi-lagi menggeleng, bukan karena tak tau dengan video gaya renang tadi melainkan heran melihat suami dan anaknya yang selalu ribut hal-hal sepele— sudah seperti anjing dan kucing. Kemudian ia melerai keduanya, menyuruh Jeno untuk tidak ribut lagi dengan sang anak.

Langit langsung tersenyum lebar menatap daddy nya yang mulai terdiam tidak membalas ucapannya.

"Video apa sih bang?" tanyanya dengan nada lembut.

Lantas Langit langsung memberikan handphonenya yang masih menampilkan video tersebut kepada Jeno.

Jeno memperhatikannya dengan seksama.

"Ini mah easy, daddy jagonya." Ujar Jeno dengan sombong. Ia memberikan handphone itu kepada Langit. "Yuk kita ke kolam renang, daddy yang ajarin."

"Yuks!" Balas Langit dengan semangat, kemudian ia menatap buna Yoshi dengan berbinar. "Buna juga ikut ya!"

"Ngaco kamu, buna lagi hamil masa ikut renang." Kata Jeno.

Langit langsung tersadar, dirinya menyengir sambil menatap sang Buna yang tersenyum. Lantas ia mengusap perut buna nya yang sudah sedikit membuncit.

"Maaf ya, abang lupaa."

"Gapapaa abangg," Yoshi mengelus rambut Langit dengan sayang. "Buna enggak ikut renang dulu ya, kamu sama daddy dulu aja."

"Okeyyy! Yaudah kalo gitu aku ke kolam renang duluan yaaa!"

Setelahnya Langit langsung berlari ke kolam renang yang berada di belakang rumah meninggalkan kedua orangtuanya dan juga handphonenya yang ia taruh di atas sofa. Biarlah di sana, pun enggak ada rahasia apa-apa juga di handphone.

"CEPETAN DADDY, JANGAN LAMA!"

Mendengar teriakkan dari Langit membuat Jeno yang tadinya masih terduduk di sofa langsung berdiri, ia menggelengkan kepala mendengar teriakkan menggelegar dari anaknya yang mungkin terdengar sampai keluar rumah. Ajaib sekali memang Langit ini.

Kulawarga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang