2.0 Kulawarga

126 20 3
                                    

"Bunda, lagi ngapain?"

Ziel menghampiri sang bunda yang sedang memotong daging sapi. Lelaki itu memerhatikan bunda Yuna yang terlihat sangat lihai memotong daging. Ziel menyentuh satu potong daging sapi itu dengan jari telunjuknya sembari menyeruput susu kotak yang ia ambil di kulkas.

Hari ini adalah hari sabtu. Jadi sekarang Ziel tidak ada agenda pergi kemana-mana selain di rumah, menemani sang bunda yang di tinggal suaminya pergi bekerja.

"Nanti tangan kamu bau amis, Ziel."

Ziel langsung menyudahinya, ia membaui jari telunjuknya yang terkena darah daging sapi. "Huekkk."

Sontak bunda Yuna langsung tertawa. Lantas ia menyuruh anak lelakinya itu untuk mencuci tangan dan tanpa pertimbangan lagi, Ziel langsung mencuci tangannya menggunakan air mengalir dan juga sabun guna menghilangkan bau amis di tangannya.

Setelah selesai mencuci tangan, Ziel kembali mendekati bunda Yuna lalu mengambil susu kotak yang ia taruh di samping baskom yang berisi potongan daging sapi. Sambil menyeruput susu nya lagi, Ziel menatap potongan-potongan daging sapi yang ada di baskom tersebut. Seketika tatapannya berfokus pada daging yang berada di tengah, daging sapi itu terlihat berkedut-kedut membuat Ziel merinding.

"Ih bunda kok dagingnya kedut-kedut gitu?" Katanya sambil menunjuk ke daging sapi. Ziel syok, baru pertama kali ia melihat hal itu.

"Itu udah hal biasa, nak."

"Kenapa begitu sih, Bun?"

Bunda Yuna tersenyum mendengar pertanyaan dari anaknya. Sambil terus memotong daging, bunda Yuna pun membalas. "Ini tuh karena gak ada lagi aliran darah, Ziel, daging mulai kehilangan suplai oksigennya. Lalu sel-sel otot di dalam daging akan memakai cadangan energi atau bisa juga di sebut (glikogen) sebagai penggantinya."

"Wah.."

"Terus setelah glikogen ini habis, otot-otot akan terkonsentrasi karena defisiensi energi, sehingga berkedut," jedanya. Yuna tersenyum menatap anaknya yang masih berusaha untuk menyerna semua penjelasannya. Perempuan itu sudah selesai memotong daging sapi dan membawanya ke sisi wastafel. Bunda Yuna pun langsung mencuci tangannya sampai bersih. "Kontraksi otot ini juga bisa dipicu oleh saraf yang terekspos langsung oleh garam, sentuhan, dan udara lho Ziel." lanjutnya sambil mengelap tangan yang basah menggunakan lap bersih.

"Jadi artinya sel-sel itu masih hidup ya, bun?"

"Betul. Udah paham sekarang sayang?"

Ziel mengangguk antusias. Ia mengangkat kedua jempolnya dan menatap bunda Yuna dengan bangga.

"Makasih bunda penjelasannya, aku jadi tambah pinter. Bunda emang is the best!!"

——

Julia berjalan menghampiri ibunya yang berada di ruang keluarga, tatapannya fokus terhadap handphone yang ia pegang, ia sedang melihat-lihat barang lucu yang berada di aplikasi orange. Setelah sampai di ruang keluarga, Julia langsung menduduki dirinya di samping sang ibu yang ternyata sedang memakai kutek.

Lia yang melihat kedatangan anaknya hanya melirik sekilas kemudian kembali fokus memakaikan kutek. "Gak main kamu?"

"Males ah, gak punya temen."

"Kasian banget ya Windy gak di anggap temen sama kamu."

Julia cekikikan. "Maksud aku gak ada temen cewek lagi selain Windy, lagipula sekarang aku lagi males kemana-mana begitupun sama Windy."

Lia menaruh kutek nya di atas meja lalu meniup kutek-kutek yang sudah diaplikasikan kepada kuku nya. Lia tersenyum ketika melihat hasil karyanya yang tidak mengecewakan, setelah puas melihat hasil kutek nya lantas perempuan itu menatap anaknya yang masih saja terfokus kepada handphone.

Kulawarga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang