1.8 Kulawarga

138 18 3
                                    

Hari ini para istri sedang berkumpul di rumah Chaeryoung, enggak ada alasan khusus sih sebenarnya untuk kumpul seperti ini, hanya ingin sekedar healing tipis-tipis dengan berkumpul bersama. Ini pun mereka tanpa di dampingi oleh suami serta anak bujang dan anak gadis— kecuali ibu-ibu yang masih memiliki anak kecil, tentu mereka bawa.

Chaeryoung si tuan rumah sedang sibuk menata makanan di meja makan di bantu oleh Winter, Lia, Yuna, Chaewon dan Somi. Sementara Minji, Yeri, Yujin, Rei dan Yuri menata minuman yang sudah mereka buat. Sedangkan untuk Yoshi, Renjun, Ryujin menata kue-kue yang mereka pesan via online di piring. Kalau untuk Wonyoung dan Zoa, yang notabenenya memiliki bayi  sedang duduk di sofa ruang tamu— bukan karena tak mau membantu tapi ini juga karena suruhan Chaeryoung sebab takut jika ditinggal oleh ibunya si bayi akan menangis.

Sementara untuk anak-anak, mereka semua sedang asik bermain di halaman belakang yang memang ada taman kecil di sana.

Di ruang tamu, Zoa dan Wonyoung sedang mengobrol ringan sembari menimang sang anak. Obrolan nya tidak jauh tentang perkembangan anak dan suami mereka.

"Suka rewel gak sih, Zo, si adek?" Tanya Wonyoung sambil menepuk-nepuk pantat anaknya lembut. "Kadang anak gue kalo malem selalu rewel, mungkin karena keausan aja kali ya atau mungkin lapar."

Zoa tersenyum tipis. "Kalo sekarang Yesa gak terlalu rewel sih, kemungkinan kalo dia rewel di tengah malem ya aus kalo gak laper sih seperti yang lu bilang tadi."

"Huum." Wonyoung menunduk menatap anaknya— Hiro, jika di lihat anak lelakinya ini persis seperti Haruto. Ia yang mengandung 9 bulan cuman dapat hikmahnya doang. "Bersyukurnya gue, Ruto selalu bantu waktu si adek nangis. Kasian sih sebenernya karena besok pagi dia harus pergi kerja, tapi mau gimana lagi, di omongin untuk gak bantu gue kalo si adek rewel pas malem juga gapapa, cuman doi kekeuh mau bantu."

"Sama kayak Wawan. Dia bilang, dia gak mau kalo gue kecapean karena ngurus Yesa, belum lagi paginya bakal ngurus ini itu." Kata Zoa sambil tertawa kecil mengingat perlakuan Junghwan padanya. "Padahal Yesa kalo malem rewelnya gak terlalu berisik, di kasih susu juga dia udah anteng."

Wonyoung menatap anak Zoa yang kini sedang memainkan teether. Perempuan itu menjulurkan tangannya mengelus rambut Yesa yang sudah tumbuh tipis.

"Eh iya omong-omong, Yesa udah masuk ke fase mpasi 'kan? Awalnya susah enggak buat dia mau makan?"

Zoa mengangguk. "Awalnya emang susah, bahkan dia nolak bubur bikinan emaknya. Mungkin masih kerasa asing sama teksturnya atau gimana gitu ya."

"Cara lu ngatasinnya gimana?"

"Tentunya gue gak akan maksa Yesa untuk makan sih, gue bakal nunggu nafsu makan Yesa balik lagi atau mungkin gue bakal muter otak untuk ngolah makanan yang menarik, biar dia ada ketertarikan untuk nyoba makanan yang gue bikin itu."

Wonyoung mendengarkan dengan seksama ucapan dari Zoa, hitung-hitung ia belajar hal tersebut untuk kedepannya nanti. Tentu, anaknya pun akan memasuki masa mpasi beberapa bulan lagi.

Sedang asyik-asyiknya mengobrol ringan, mereka dikejutkan dengan suara melengking dari halaman belakang. Suara tersebut membuat Yesa dan Hiro juga ikut terkejut, untung tidak sampai menangis. Omong-omong yang teriak tadi itu adalah Chantika yang kini berlari diikuti oleh Jihan. Muka keduanya panik, bahkan Jihan terlihat seperti ingin menangis.

"Tanteeee! Tanteee Reiiii, tolonggggg, Ryuka nyangkut di pohonnnnnn!!"

——

Setelah insiden dimana Ryuka yang tersangkut di pohon, kini anak-anak sudah aman berada di tangan ibunya. Ucapan Chantika memang tidak bohong, Ryuka benar tersangkut di pohon ketika bocah kecil itu iseng ingin memanjat ke atas, untungnya posisi Ryuka tadi masih terbilang rendah, jadi Rei langsung buru-buru mengamankan Ryuka sebelum anaknya itu terjatuh.

Kulawarga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang