2.5 Kulawarga

122 23 4
                                    

Hari libur pun tiba. Hasil nilai ulangan mereka tidak ada yang mengecewakan, turnamen basket Mahen dan Harsa pun berjalan dengan lancar bahkan lolos dan akan melanjutkan ke final nanti di bulan April.

Saat-saat seperti ini lah yang mampu membuat anak-anak muda berkumpul lagi setelah mereka di sibukkan ulangan, jadwal ekskul dan turnamen. Seperti biasanya, para anak komplek berkumpul di pos ronda sambil membicarakan liburan bersama seperti halnya yang sudah di katakan oleh Julia di grup tempo lalu.

Banyak yang setuju untuk usulan Julia yang pergi berlibur ke Bandung, bahkan Harsa yang notabenenya adalah orang Bandung dan ada rumahnya di sana merekomendasikan ke mereka agar untuk tinggal di rumahnya sementara mereka liburan daripada menyewa villa yang harus mengeluarkan biaya lagi.

Tentu mereka tak akan menyia-nyiakan hal tersebut. Selagi ada yang gratis kenapa harus bayar?

"Setuju 'kan kalian?" Tanya Julia antusias. Akhirnya setelah pusing dengan hidupnya— tidak, maksudnya dengan soal-soal ulangan, ia bisa liburan juga.

Langit mengangguk semangat. "Setuju!"

"Izin dulu sama orang tua."

"Lah kenapa harus izin? Kan di ajak."

"Heh bayi besar, ya kita-kita doangan lah masa orang tua juga di ajak. Yang bener aja."

Mendengar itu membuat Langit terdiam sebentar tapi tak lama ia pun mengangguk lagi. Lagipula ia juga sudah besar 'kan? Tak pergi bersama orang tuanya juga tak apa, apalagi keadaan Yoshi yang tengah hamil— dan saat ini usia kehamilannya sudah memasuki 1 bulan. Ia juga tak mau membuat buna nya itu kecapekan, jadi biar lah nanti ketika adiknya sudah lahir ke dunia ia akan mengajak keluarganya itu jalan-jalan .

Sebenarnya mendengar penuturan dari Julia, Windy merasa berat hati— ia ingin ikut tetapi takut tidak diberi izin oleh orangtuanya apalagi disini yang perempuan hanya berdua saja, selebihnya lelaki.

"Gue takut gak dapet izin.."

Julia menoleh kearah Windy, lantas merangkulnya. "Santai ada gue, nanti gue izinin lu ke ayah."

"Gak segampang itu ayah ngelepasin gue, Juy."

"Percaya ama gue, gue pasti bisa dapetin izin dari ayah lu."

Di saat mereka sedang asik mengobrol tentang liburan, berbeda dengan Mahen dan Reyhan yang hanya diam di dalam pos ronda. Keduanya hanya menyimak dan tak ikut menimbrung pembicaraan mereka, jika ditanya apakah ikut? Tentu jawabannya adalah iya.

"Malam ini lu ada acara?"

Reyhan yang sedang melamun sambil menatap Langit yang asik bersenda gurau bersama Raden juga Yudhis seketika menoleh kearah Mahen. "Apa bang, maaf? Aku gak denger jelas."

Mahen tersenyum tipis kemudian mengulang lagi pertanyaannya. "Malam ini lu ada acara enggak?"

"Oh, enggak ada. Kenapa emangnya?"

"Mau keluar sama gue?"

Reyhan terdiam, menimbang ajakan Mahen terlebih dahulu. Saat ini perasaannya sedang gundah gulana dan ia butuh untuk refreshing walau hanya sekedar jalan-jalan mencari angin. Kemudian ia pun mengangguk, mengiyakan ajakan dari Mahen.

Mendapat jawaban itu membuat Mahen tersenyum manis. Ia mengusap surai hitam Reyhan dengan lembut. "Nanti gue jemput jam 7 ya."

"Iya."

Mereka terus mengobrol tentang liburan, kapan akan berangkat, perlengkapan apa aja yang harus di bawa, harus bawa uang berapa dan lain-lain. Mereka semua sangat antusias membicarakan liburan ini, sampai tiba-tiba datang dua orang anak muda— laki dan perempuan, yang mampu membuat mereka langsung terdiam. Berbeda dengan Langit yang tersenyum menatap kedatangan mereka.

Kulawarga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang