16. Sahabat Kecil

311 42 1
                                        

Segenggam permen yang dibelinya di warung itu dijejalkan ke dalam saku samping tasnya. Dengan puas ditepuknya saku yang sudah penuh isinya lalu berangkat ke sekolah. Tidak ada hal yang Bara takuti di sekolah selain ulangan matematika. Temannya banyak dan mereka semua menyukainya. Namun hal itu tak melulu sama untuk setiap orang. Ada yang selalu merasa was-was untuk pergi ke sekolah. Permen yang Bara simpan di tasnya adalah milik anak itu.

Bara pertama kali menemukan anak itu di gudang sekolah. Sengaja dikunci oleh beberapa anak yang usil ketika mereka sedang bermain petak umpet. Namanya Rendra, murid pindahan baru. Bara memberinya permen setelah anak itu berhenti menangis. Dan sejak saat itu ia tak pernah berhenti memberi.

Sejak kecil Bara sudah belajar sedikit banyak tentang kasih sayang. Semua yang datang dari orangtua, terlebih ibunya itu adalah hal-hal yang akan selalu ia jaga dan bagikan pula pada sekitarnya. Ibu adalah segalanya untuk Bara. Ibu mengajari Bara untuk menjadi pengasih, penyayang, pemberi, peduli, dan berani. Itu sebabnya orang-orang di sekitar Bara selalu merasa aman. Tak terkecuali Rendra.

Masa-masa di bangku sekolah dasar adalah kenangan paling indah untuk Bara. Teman-teman yang menyenangkan, curahan cinta dari keluarga, dan Rendra. Anak itu tiba-tiba sudah menjadi sahabatnya. Selama ini Bara tak benar-benar memiliki teman yang begitu dekat meski banyak yang mau bermain dengannya. Ada sesuatu dalam diri Rendra yang membuat Bara harus melindunginya, harus selalu berada di dekatnya.

"Bar, bagi permennya, dong!"

"Jangan. Itu khusus buat si anak cengeng, tau."

"Hahaha, anak cengeng! Kok kamu mau temenan sama dia sih, Bar?"

"Sekarang Bara ke mana-mana sama dia mulu. Jadi pengawal."

"Jangan-jangan Bara naksir, lagi?"

"Hahaha!"

Biasanya Bara tak menanggapi. Hanya menempeleng kepala mereka kemudian berlalu dengan santai. Tapi ada kalanya Bara khawatir komentar-komentar itu akan membuat Rendra sedih.

Seperti hari itu, ketika beberapa anak menyembunyikan topi sekolah Rendra sebelum upacara dimulai. Hingga akhirnya Bara memberikan topinya untuk Rendra dan membiarkan dirinya dijemur di lapangan bersama anak lain yang atributnya tidak lengkap. Padahal yang dihukum Bara, tetapi Rendra yang menangis. Anak-anak jahil itu mengoloknya lagi.

"Ketemu."

Rendra mendongakkan kepalanya dan mendapati Bara dengan cengiran lebar di wajah. Peluh menetes dari ujung-ujung rambutnya, hasil dijemur di bawah terik matahari.

"Ngapain, sih, ngumpet di sini?"

Bara bergabung di sebelah Rendra yang berjongkok di area belakang toilet. Padahal di situ aromanya tidak enak, tapi kata Rendra tidak ada yang pergi ke sana. Jadi tempat itu aman untuknya.

"Bar, ada permen?" Rendra membuka telapak tangannya.

"Ada, dong." Dengan bangga Bara merogoh saku seragamnya lalu meletakkan sebutir permen ke atas telapak tangan Rendra. "Tinggal satu aja."

"Makasih," ucap Rendra sebelum membuka bungkusnya dan mengulum permen itu.

Aneh. Padahal tempat itu bau. Tapi Bara rela berlama-lama menemani Rendra di sana sampai anak itu merasa baikan. Hingga permen terhisap habis dalam mulutnya. Hingga aroma tak sedap di sekitarnya tergantikan oleh aroma manis dari mulut Rendra tiap anak itu berbicara.

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang