Suara bola membentur ring kemudian jatuh memantul beberapa kali di lantai lapangan basket. Seruan seseorang membuat Aksa tersadar dari lamunan singkatnya.
"Woi, niat main basket nggak sih?"
Aksa meringis malu. Dihampirinya cowok yang lebih tua darinya itu.
"Balik nih gue kalo main sama patung," tambahnya.
"Eh, bentar bentar. Jangan pulang dulu," tahan Aksa. "Ngobrol dulu, lah."
Cowok itu akhirnya menuruti permintaan Aksa. Keduanya duduk di pinggiran lapangan sambil meluruskan kaki. Malam sudah begitu pekat membawa angin yang mulai menusuk tulang.
"Gas, lo ngapain sih ngajakin gue main basket malem-malem begini?"
Aksa melirik cowok di sebelahnya itu sekilas. Semenjak ia tahu bahwa kakak kelasnya semasa SMP itu ternyata juga mengenal Bara dan Rendra, Aksa jadi penasaran.
"Bang, lo kenal Rendra sama Bara dari mana?" tanya Aksa.
"Oh, mereka?" Hanan bergumam sejenak. "Dari temen gue, Biru. Mereka adek kelasnya Biru waktu SMA."
"Terus pertama ketemunya di mana?"
"Di lapangan futsal." Hanan tertawa. "Persis kayak kemaren."
"Lo yang ngajakin main?"
"Bukannn. Temen gue, si Biru."
"Temen lo deket juga sama mereka?"
Aksa menangkap perubahan ekspresi di wajah Hanan. Meskipun segera dinetralkan, tapi Aksa tak melewatkannya.
"Gas, lo mau nanya apa sih sebenernya?" Hanan mengambil alih percakapan. "To the point aja."
Aksa pura-pura bersikap acuh tak acuh. Ia mengedikkan bahunya enteng.
"Enggakk, gue cuma pengen tau aja kok lo bisa kenal sama dua anak itu. Kenal deket apa biasa aja, gitu."
"Guenya sih biasa. Nggak akrab-akrab banget, lah. Nah, kalo temen gue tuh-"
Aksa menoleh ketika ia mendapati Hanan tiba-tiba menghentikan ucapannya.
"Apa?" desak Aksa.
"Gimana jelasinnya, ya? Pokoknya ada deh kejadian waktu dulu gitu."
Aksa semakin menajamkan telinganya. Ia membutuhkan informasi yang hendak meluncur dari bibir cowok itu. Sebab beberapa saat yang lalu ketika ia datang ke rumah Rendra untuk mengambil ponselnya, Rendra terlihat resah. Aksa bertanya pada Rendra, tetapi cowok itu enggan menjawab. Ia harus membujuknya beberapa kali hingga akhirnya Rendra mengatakan kalau Bara baru saja pergi dari rumahnya tanpa bicara apapun. Rendra takut kalau ia tidak sengaja melakukan sesuatu yang membuat Bara kesal. Selama ini Aksa tidak pernah benar-benar tahu latar belakang Bara dan Rendra, ia hanya tahu dari cerita Rendra bahwa cowok itu memiliki perasaan lebih dari sekedar sahabat kepada Bara. Tetapi ia tidak bisa mengungkapkannya.
Maka dari itu Aksa berusaha keras untuk mengorek segala jenis informasi tentang Bara maupun Rendra dari Hanan.
"Kejadian yang nggak ngenakin, Bang?"
Hanan mengangguk. "Ruwet banget lah pokoknya dulu. Makanya sekarang hubungan temen gue sama Bara masih nggak baik."
"Temen lo si Biru itu? Mereka berdua kenapa? Pernah saling suka?" tebak Aksa.
Hanan melebarkan matanya. "Hah? Bukan, bukan! Bukan mereka."
Aksa seketika kecewa karena dugaannya salah. Ia kira Bara ada sesuatu dengan Biru sehingga Rendra tak bisa mengungkapkan perasaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang
Fanfiction- Pulang. Jika rumah adalah tempat untuk kita berpulang, maka ke manakah Bara harus melangkah? [part of Jejak di Antara Semesta series]