•Bab°°22

5.8K 723 21
                                    

~Happy Reading~
.

.

.

"Maafkan Abang.." Melvin mengusap kening panas Vino. setelah tadi adiknya itu mengeluh pusing, ternyata Vino demam. Jadilah dia ikut di rawat di ruangan yang sama dengan Melvin atas permintaan Melvin sendiri.

Melvin juga merasa bersalah sudah mengerjai adiknya hingga Vino kembali menangis dan berkahir demam. Memang Melvin tak pernah lupa dengan Vino, hanya saja dia ingin mengerjai adiknya itu sesekali, tapi yang terjadi malah hal yang tidak diinginkan.

Melvin seperti nya akan kapok mengerjai Adiknya itu..

"Abang.." lirih Vino dalam tidurnya.

"Abang disini dek.." Melvin memeluk Vino yang memang ada disisinya. Ya mereka satu ranjang, setelah Melvin di pindah ke ruang rawat VIP yang di fasilitasi ranjang yang luasnya muat untuk dua orang dengan tubuh ideal seperti Melvino.

Di ruangan itu juga sudah ada keluarga nya yang lain, termasuk Alvin yang menatap pemandangan itu tak suka.

Sementara Vin sudah pulang bersama Jeo. Sebenarnya anak itu belum mau pulang, tapi Atas usaha Jeo untuk membawa nya bak karung beras, akhirnya Vin bisa pulang untuk beristirahat dulu.

"Vino gak suka lihat Abang Deket sama dia.." Mereka menatap Alvin yang berucap, kecuali Melvin karena anak itu masih fokus memandangi wajah Vino.

"Kenapa Papa izinin dia di rawat disini sama Abang?" Alvin kini menatap Xander bertanya..

"Dia demam karena kurang istirahat dan makan selama menunggu Melvin disini."

"Terus kenapa? Lagian itu kan salahnya sendiri, kenapa Harus repot-repot nunggu bang Melvin. Kan ada suster sama dokter yang nungguin.." enteng Alvin membuat semua menatap nya tak percaya. Tapi anak itu tak sadar dan malah menunjukkan raut wajah tak mengenakan nya.

'dia terlihat tidak peduli, padahal menurut cerita Davin dan Selyn Vino sangat menyayangi Melvin meskipun Melvin tak pernah balik menyayangi nya..'

'sepertinya memang aku harus mencari tau..'

.

.

.

"Makan dulu ya.." Vino menggeleng pelan, dia malah menduselkan kepalanya di dada Melvin. Kepalanya masih terasa pusing, lidahnya juga pahit. Vino tak mau makan, lebih baik dia memeluk Abang nya itu.

"Vino ayo makan dulu biar cepat sembuh.."

"Nggak mau.." Melvin menghela nafas nya, dia menatap keluarga nya yang hanya diam memperhatikan.

"Tolong gendong Vino dan suapi dia.." Melvin meminta bukan tanpa alasan, dia tau jika sedang sakit Vino akan bersikap seperti bayi. Dia akan makan jika gendong dan di suapi, seperti oleh ayah ibu mereka dulu.

"Jika tidak mau biar aku saja.." Melvin hendak menyingkap selimutnya tapi suara Refry lebih dulu mengitrupsi.

"Tetap di tempat mu Melvin!" Ucap Refry seraya bangkit dan mendekati Brankar, dia membawa Vino ke gendongan nya dengan hati-hati.
Kenapa harus Refry? Karena Xander sedang menyuapi Alvin makan. Dan sang kakek Austine sedang memakan makanan nya.

Hanya Refry yang sudah makan dan menyuapi Melvin tadi.

Vino yang merasakan tubuhnya terangkat membuka matanya, dia menatap Refry dengan tatapan sayunya.

"Abang.." setelah itu Vino menyenderkan kepalanya di ceruk leher Refry. Pemuda berusia 23 tahun itu sempat terdiam sebelum membawa Vino duduk di sofa yang kosong.

MELVINO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang