Chăptĕr fïvĕ

59 21 6
                                    

Ardan membiarkan zaisha tertawa sepuasnya dan untung nya terlintas ide jahil di otak nya. Ia melepaskan sebelah sepatunya dan ingin melemparkan nya ke arah zaisha. Dan parah nya, pukulan sepatunya itu tepat mendarat sempurna di atas kepala zaisha. Zaisha yang merasakan pukulan mematikan itu meringis sakit dan menahan malu karena semua murid yang melihat nya menertawakan nya.

"ARDAAANNN!!!!"

Di seberang sana ardan tertawa tak henti-henti nya melihat ekspresi zaisha.

"Sorry sha sengaja."

Zaisha menggeleng pelan, mengelus dadanya sabar. Ia berjalan menghampiri ardan.

"Sakit gak sha? Itu tuh karma karena kamu gak mau balikan sama aku."

Zaisha mengulum bibir nya sabar mencoba tenang dengan kelakuan ardan.

"Oke"

"Oke apa sha? Kamu mau nerima laki-laki ganteng di depan kamu ini?" Tanya nya percaya diri sembari memamerkan deretan gigi putih nya.

Zaisha tersenyum tipis. Sangat tipis. "Oke karena kamu berhasil ngebikin aku ilfeel sama kamu." Ucapnya melenggang pergi meninggal kan ardan yang melongo kaget.

🐻🐻🐻

Begitu sampai di kelas, zaisha tak henti-henti nya menghentakkan kaki pada lantai. Semua orang yang ada di kelas merasa terganggu dengan zaisha. Termasuk reina.

"Kenapa sih zaisha?" Tanya nya menatap heran.
Dyara yang baru memasuki kelas pun kaget melihat zaisha yang terlihat kesal.

"Si garasi random kan bilang katanya dia udah nyerah terus-terusan ngajak gue balikan. Tapi dia ngelempar sepatu nya ke kepala gue. Gila kan. Mana sakit lagi. Dan parah nya semua orang yang ada di situ ngetawain gue. Malu gue" ucap nya lirih bercampur kesal membayangkan kejadian tadi.

Rasa nya ia ingin mengeluarkan air mata nya. Tapi ia sadar. Ia harus keliatan tegar di depan semua orang. Termasuk sahabat nya. Naureen yang menyadarinya menghampiri zaisha dan menepuk pelan bahu seolah olah ia merasakan apa yang zaisha sedang alami.

"Lo kalo mau nangis, nangis aja. Gak usah di tahan."

Kemudian ia memeluk erat naureen, ia ingin menangis untuk saat ini.

Naureen pun membiarkan zaisha mengeluarkan air mata nya agar kembali tenang.

Dyara dan reina yang melihat nya pun ikut merasakan sakit dengan apa yang di alami zaisha. Disisi lain, reina yakin kalau zaisha sebenernya gak mau pergi dari ardan. Tapi disisi lain juga, ia gak ada hak buat ngatur perasaan zaisha.

"Yang sabar ya sha"

Detik berikutnya, zaisha melepaskan pelukan nya dan ia merasa sudah tenang seperti biasa nya. Naureen melihat nya tersenyum senang.

"Lo udah tenang an sha?" Tanya naureen memastikan.

Zaisha mengangguk cepat
"Makasih ya kalian selalu ada buat gue."
Mereka pun terharu mendengarnya dan ketiga nya memeluk zaisha bersamaan. Ia bersyukur memiliki sahabat sebaik dan se pengertian mereka. Ia boleh kehilangan ardan. Tapi ia harus semangat menjalankan aktivitas tanpa ardan.

'Maafin aku ardan. Sejujurnya aku sayang sama kamu. Aku gak mau jauh dari kamu. Tapi, aku gak mau ngulangin satu kesalahan yang sama lagi. Aku gak mau itu terjadi lagi.'

Tanpa zaisha sadari, satu tetes air mata keluar dari matanya. Ia buru buru mengelap nya sebelum mereka melihat nya.

"Pak miko bakalan masuk gak sih? Udah bel padahal tapi belum ada kesini." Ucapnya mengembalikan suasana.

ARZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang