Chăptĕr fïftĕĕn

5 1 2
                                    

Chăptĕr fïftĕĕn

Zaisha membereskan semua buku pelajaran nya ke dalam tas untuk bersiap pulang. Sesekali dia melihat ke luar jendela memastikan orang yang di carinya sudah keluar dari kelasnya atau belum.

Tanpa sengaja zaisha bertemu dengan sepasang mata yang dia rindukan.
Ya! Orang itu adalah Ardan. Sama halnya Ardan pun menatap balik zaisha dengan lengkungan senyum di bibir nya.

Zaisha yang menyadari itu langsung memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Reen udah belum? Yuk pulang" ajak zaisha dengan terburu-buru.

"Yuk, bentar sha gue kesana dulu. Ada yang mau Ardan omongin." Naureen bergegas menuju ke luar kelas.

Zaisha yang melihatnya terdiam dengan raut wajah kesal.
' Naureen ngomongin apa ya sama ardan ' batinnya bingung.
Ia menghela nafas pelan menenangkan diri berharap tak terjadi apa-apa antara Ardan dengan sahabatnya- naureen.

"Rei mau pulang bareng gak?" Tanyanya menghampiri Reina.

Reina menoleh, "iya mau tapi bentar gue belum beres nulis ini".
Memang saat ini Reina sedang berkutik dengan alat tulisnya menulis materi matematika hari ini.

Zaisha pun mengangguk paham dan berniat ke luar kelas mencari udara segar.

"Yaudah gue tunggu di luar. "

"Oke".

Zaisha mulai berjalan keluar, namun tiba-tiba langkahnya terhenti oleh Reina yang memanggilnya kembali.

"Naureen kemana sha?". Tanyanya dengan mata tak lepas dari papan tulis.

Zaisha memejamkan matanya kemudian menatap Reina kembali.

"Katanya tadi ada yang mau di omongin sama Ardan. Cuma gue gak tau mereka ngobrol nya dimana" ucapnya menghembuskan nafas dengan pelan.

"Apa Ardan suka sama naureen ya?"

Seketika Reina yang sedang menulis pun terhenti dan matanya melebar melihat raut wajah zaisha antara sedih dan kesal.

"Tapi kalo pun iya, kenapa harus naureen? Kenapa Ardan harus suka sama naureen- sahabat gue sendiri. Kenapa harus-"

"Enggak sha, gak gitu. Itu semua salah. Naureen itu gak suka sama Ardan." Dengan cepat dyara memotong ucapannya.

Zaisha terdiam mencerna ucapan dyara tadi.
Dyara berharap zaisha percaya sama ucapannya. Begitupun Reina.
Ia takut pertemanannya rusak karena kesalahpahaman ini.

Suasana saat ini menjadi tegang karena ketiganya terdiam saling tatap. Kelas pun menjadi hening karena beberapa murid pulang ke rumahnya masing-masing.

"Kalian gak nyembunyiin sesuatu yang gue gak tau kan?" Tanya zaisha tiba-tiba mencairkan suasana.

"Enggak sha. Gue sama dyara berani sumpah kalo naureen tuh gak ada apa-apa sama Ardan."

Reina berusaha menjelaskan agar zaisha percaya. Tapi zaisha malah semakin berpikiran kemana mana.

Matanya menelusuri halaman sekolah mencari keberadaan naureen di ambang pintu. Reina dan dyara pun bingung harus gimana, hingga zaisha pun terdiam. Dyara yang melihat nya panik takut terjadi apa-apa.

"Sha?" Panggil dyara.

Zaisha menoleh dengan tatapan lemas.

"Lo gak papa kan?" Tanyanya lagi.

Zaisha mengangguk cepat dan buru buru mengelap air mata yang hampir keluar dari kelopak matanya.

"Beres kan Rei nulisnya? Pulang yuk kita samperin naureen. Takut nya keburu hujan. Soalnya mendung"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang