Chăptĕr twĕlvĕ

57 4 2
                                    

Naureen saat ini tengah makan malam bersama kedua orang tuanya. Ia sangat menikmati masakan mamah nya.

"Sekolah kamu gimana reen?" Tanya pa arfan.

"Baik pa gak ada masalah apapun". Jawab nya ringan karena dirinya tak merasa punya masalah apapun selama ia sekolah. Dan itu terbilang baik.

Bu Nisa tersenyum senang melihat interaksi suami dan anaknya baik.

"Nambah reen makan nya. Abisin aja itu ayam nya."

Naureen menggeleng, "enggak mah, udah kenyang. Nih ini aja belum abis ayam nya." Ujarnya sembari menyodorkan piring yang tersisa beberapa potongan ayam cincang.

Bu Nisa mengangguk kemudian melanjutkan kembali makan nya.

Setelah selesai menyantap makan malam nya, naureen kembali ke kamar dan terlebih dahulu melakukan kegiatan rutin nya yaitu mencuci muka, tangan dan kaki sebelum tidur.

Kemudian, ia menyenderkan kepalanya pada headboard kasurnya sembari menonton drama kesukaannya.

"Ahh omaygatt gue baper banget sama mereka."

"Wuhh gemes gemes banget sih mas guwon sama sarang. Gue iri tau sama kalian."

Seperti inilah seorang naureen ketika sedang menonton drakor.

Disaat naureen sedang asyik-asyiknya nonton, tiba-tiba hp nya berbunyi ada panggilan masuk.

"Siapa sih yang nelpon, ganggu gue aja." Ia pun meng-klik pause terlebih dahulu. Kemudian melihat siapa yang menelepon nya dan mengangkat nya.

"Apa sih dyaraaa gue lagi ketar ketir tau gak? Lo ganggu gue." Kesal nya sembari mengucek bantal di pangkuannya.

"Hah? Siapa yang minta nomor gue? Awas ya kalo Lo kasih." Karena untuk saat ini ia sedang dalam mode males dekat dengan lelaki manapun.

"Bodo amat mau dia ganteng pinter gue gak peduli. Gue lagi males Deket sama cowok. Dan gue juga sekarang lagi fokus sama mereka para pemilik wajah ganteng a.k.a ayang-ayang gue."

"Aduhh Dyara udah ya gue lagi baper nih. Bayy gue tutup telepon nya."

Tap!!
Ia mematikan telepon nya sepihak. Kemudian ia kembali melanjutkan menonton drama tersebut.

🐰🐰🐰

"Sha"

Zaisha menoleh.
"Lo beneran gak kenapa Napa kan pas malem?"

Zaisha menghela nafas berat. " gue gapapa reen. Gue baik-baik aja."
Naureen pun mengangguk paham membiarkan zaisha tenang dan bergulat dengan pikirannya sendiri.

Tak butuh waktu lama, mereka pun sampai di area lapangan sekolah.
Dari arah belakang, dyara melihat zaisha dan naureen yang sedang berjalan menuju ke kelas. Ia pun berlari menghampirinya.

"Hai guyss."Sapa nya.

"Tumben Lo udah nyampe jam segini."

"Bosen deh perasaan gue jawab nya." Ketus dyara mensejajarkan langkahnya.

"Perasaan gue gak sering deh bilang gitu." Ucap naureen mengingat-ingat.

"Lo sering kalau Lo lupa. Gue inget soalnya." Jawab dyara dengan nada mengancam.

"Eh btw kalo gue boleh tau, Lo pas malem yang katanya Lo lagi ketar ketir itu nonton apaan sih?" Tanya nya dengan sengaja menekankan kata 'ketar ketir'.

Naureen berpikir sebentar,"oh itu. Pokonya Lo kalo nonton pasti baper pasti senyam senyum tuh mulut."

Dyara memutar bola matanya malas.
"Emang ada ya drakor yang kayak gitu." Bukannya tak percaya, ia takut naureen hanya melebih-lebihkan jalan ceritanya.

"Yaudah kalo gak percaya makanya nonton sendiri." Suruh nya.

Dyara menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "gue gak punya kuota. Jadi gue harus nebeng nonton dirumah Lo sekarang pulang sekolah." Ucapnya seenak jidat.

"Enak banget sih ngomong nya mbak. Ya gue udah jauh lah nontonnya terus juga gue gak mau ulangi la..."

"Aduhh udah deh. Ini kita gak nyampe nyampe ke kelas kalo kalian jalan nya sambil ngobrol gak jelas kayak gini." Cibir zaisha memotong ucapan naureen.

Dyara dan naureen saling tatap dan menertawakan raut wajah zaisha yang sepertinya kesal.

"Iya sorry deh sha gak usah cemberut gitu ah" ucap naureen menyentil pelan mulut zaisha.

"Maaf ya zaisha si paling lagi galau" tambah dyara.

"Hem yaudah yu ke kelas."
Baru saja mereka berjalan beberapa langkah, Davin memanggil dyara dari arah belakang.

"Dyara tunggu bentar".

Dyara dan yang lainnya menghentikan langkahnya menunggu Davin.

Dengan cepat, Davin berlari dan tiba dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Gak usah lari juga Vin. Belum juga masuk udah basah tuh baju." Tunjuk dyara ke arah beberapa bagian baju Davin yang basah karena keringat.

"Gapapalah" jawab nya masih dengan nafas yang tersengal-sengal.

Dyara tertawa lebar dan merogoh tas nya yang kebetulan ada air putih dalam kemasan gelas.

"Nih." Ia menyodorkan air tersebut.

Dengan cepat, Davin membukanya dan meneguknya sampai habis.

"Hahhh thanks Ra. Peka kek dari tadi gue kehausan."

Dyara memutar bola matanya malas, kemudian ia teringat pada Davin yang tiba-tiba memanggil nya. Ada sesuatu kah?

"Ada apa Lo dari sana manggil gue terus lari sampe ngos-ngosan gini? Cuma mau minta air doang?" Tanya dyara sekenanya.

Tiba-tiba Davin ingat tujuan ia seperti ini.

"Oh iya, gimana berhasil gak?" Tanyanya dengan kode mata menunjuk naureen.

Karena paham apa maksud nya Davin, ia pun menyuruh Davin segera pergi menuju ke kelas.

Davin pun menurut dan memberi isyarat seolah olah itu ucapan 'jangan lupa pokonya' .

Dyara mengangguk dan menoleh pada naureen dan zaisha yang sedari tadi menatap penuh tanya antara dyara dan Davin.

"Apa sih natap nya horor gitu. Udh yu ah ke kelas bentar lagi bel." Ajaknya menuntut mereka berdua.

Selagi jalan, naureen masih penasaran apa maksudnya yang di omongin dyara dan Davin. Berhasil? Berhasil apanya? Ia benar-benar tak mengerti apa maksud mereka.

"Maksud Davin berhasil gak itu apa sih Ra? Gak ngerti sumpah."

"Sama gue juga. Dari tadi cuma pelanga pelongo kek peran figuran jadinya."

Dyara tak berniat menjawab, membiarkan mereka penasaran dengan dirinya. Toh ia juga udah bilang langsung ke naureen kemarin di telpon. Salah naureen nya aja yang tiba-tiba matiin telpon nya sepihak.

🐰🐰🐰






Tbc

ARZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang