Chăptĕr főûrtĕĕn

145 2 0
                                    

Selama Jam istirahat berlangsung, sedari tadi cowo di hadapan dyara terus menatap dirinya horor. Dyara pun yang merasa di tatap seperti itu membuat bulu kuduk nya berdiri.

"Vin, udah dong natap gitu nya. Serem tau gak? Lo lebih ke mirip zombie daripada manusia." Ucap dyara mendengus kesal.

"Lagian ya gue tuh tadi di kelas ngobrolin masalah zaisha dulu. Pliss ya Lo harus sabar dulu. Pasti bakal gue proses kok official Lo sama naureen. Jadi Lo tenang aj..."

Dengan segera Davin memotong ucapannya, "enak aja tenang tenang. Kalo keburu di ambil orang gimana". Menaikan volume suaranya.

"Ya Lo buruan tembak dia sekarang kalo takut di tikung orang" tak kalah tinggi sembari meledek.

Davin melongo tak percaya melihat dyara yang berani mengatakan kata kata yang seharusnya tidak dikatakan.

Setelah itu, ia membisikkan sesuatu pada dyara.
"Pokonya Lo harus bantu comblangin gue sama dia. Harus ya inget." Bisik Davin
Dyara pun hanya bisa menghela nafas menyetujui perintah cowo rese di sampingnya.

"Siap pak bos"

Setelah dirasa urusan dengannya selesai, Davin pun pergi ke arah kantin untuk mengisi perut nya yang lapar. Dyara membulatkan matanya tak percaya melihat Davin yang dengan enak nya pergi begitu saja tanpa mengucapkan terimakasih sebelumnya atau hal yang lain nya.

"Beneran aneh tuh cowo".

"Mending gue cari mereka, daripada di sini yang ada nanti gue stress lagi" dengan cepat ia melangkahkan kakinya mencari naureen zaisha dan Reina.

Sepanjang lorong yang ia lewati sedari tadi, ia belum menemukan batang hidup teman-temannya. Ia menghembuskan nafasnya kasar berniat duduk sebentar.

"Mereka kemana sih. Di kelas gak ada. Di kantin juga ga ada."

Dyara terus mengedarkan pandangannya siapa tahu teman-temannya lewat.
"Ke kelas aja lah cape nunggu yang ga pasti"
Ujarnya berjalan pelan menuju kelas.

🐰🐰🐰

"Bener kan dugaan gue, zaisha masih ada rasa sama gue" ucap Ardan senang setelah mendengar detail_l cerita dari naureen dan Reina.

Memang saat ini naureen dan Reina sedang berada di kelas Ardan dan menceritakan apa yang tadi zaisha ceritakan pada naureen. Bukan mereka memihak Ardan, mereka cuma gak mau ngeliat zaisha sedih. Mereka juga bisa aja setuju zaisha putus dengan Ardan. Cuma semenjak ia putus dengan Ardan, ia lebih suka menyendiri dan sedih sesekali.

"Kalian bisa gak bantu gue abis pulang sekolah ini buat ajak zaisha ke kantin?" Pinta Ardan serius.

"Ngapain?" Ujar keduanya.

"Gue mau tembak lagi zaisha. Mau ajak balikan lagi zaisha". Ia berharap Reina dan naureen mau membantunya untuk kali ini.

"Mau ya guys! Gue mohon bantu gue" ucapnya memohon.

Naureen dan Reina terdiam dan saling tatap satu sama lain.

Reina berdehem, "yaudah kita bantu. Tapi kita juga harus ngobrol dulu sama dyara. Karena dia belum tau apa-apa."
Naureen mengangguk membenarkan ucapan Reina.

"Soalnya tadi zaisha cerita ke gue doang. Nah gue ke Reina. Reina langsung deh ke Lo. Tapi nanti kita kabarin gimana jadinya"

Ardan mengangguk paham dan mengangkat kedua tangannya mengajak high five.

"Oke gue tunggu kabarnya. Btw thanks udah bantu gue buat merjuangin lagi zaisha"

Naureen dan Reina pun menerima ajakan high five Ardan.

"Sama sama dan. Yaudah kita balik ke kelas dulu. Takut keburu bel"

"Oke. Bilangin dyara juga thanks udah bantu"

"Siap!"

Ardan tersenyum senang bisa kembali memperjuangkan hubungannya dengan zaisha.

"Semoga aja kamu terima aku lagi sha" lirihnya.

Dari bangku belakang, farel melihat Ardan yang sedari tadi senyum senyum sendiri. Ia kaget takutnya Ardan kena sesuatu sampe dia senyum sendiri. Padahal tidak ada hal  lucu di dalam kelasnya. Karena takut brostie satu-satunya kenapa napa, ia menghampiri Ardan dengan mendorongnya hingga menabrak meja di depannya.

Ardan meringis kesakitan, "ahh siapa sih yang dorong gue gitu aja."

Ia melihat sekitar dan menemukan curut satu yang tiada lain tiada bukan dia pelakunya.

"Ngapain sih Lo tiba tiba dorong gue. Mana kena meja lagi."

Farel terkekeh, " sorry Dan. Abisnya gue liat loh senyum senyum terus. Mana sendiri lagi. Kan gue takut Lo ketempelan itu" ucapnya tak berdosa.

Ardan menatapnya sinis, "ketempelan apa?"

Farel kesal sendiri karena seorang Ardan gracio ini tak paham paham maksud yang ia bicarakan sedari tadi.

"Pusing ah gue ngomong sama Lo. Aneh Lo tiap gue ngomong pasti Lo nanya balik"

"Gue emang ga ngerti rel kereta api siapa hendak turut. Lagian Lo salah ngomong kali bukan gue yang aneh. Tapi Lo"

Farel menghela nafas pelan, "sabar farel. Orang sabar gantengnya nambah".

"Iya nambah aneh nya" ujar Ardan dengan entengnya sembari berjalan duduk di bangkunya.

Farel menatap tajam Ardan yang berjalan enteng di depannya.

Tiba tiba!
"Farel, ngapain kamu berdiri terus di sini? Mau gantiin bapak ngajar?"

Farel terkejut dan menatap teman teman di depan nya yang sedang menertawakan dirinya.

"Eh bapak. Emang udah bel ya pak, bapak langsung masuk ke kelas gitu aja." Ucapnya polos tak berdosa.

Pak Miftah sudah biasa di suguhkan dengan sikap farel yang kadang kadang suka menyuruhnya untuk sabar.

"Kamu mau gantiin bapa jelasin pelajaran di depan, atau duduk ke bangku kamu?" Tanya pak Miftah tenang.

Farel tersenyum tak bersalah, "ya jelas duduk lah pak. Saya ga mau kaki saya pegel kalo harus terus berdiri menggantikan bapak jelasin pelajaran"

"Kalo gitu saya permisi duduk dulu pak" ucapnya sembari berjalan sopan melewati pak Miftah yang sedang berdiri di depannya.

"Baik. Untuk pembelajaran hari ini buka halaman 141. Silahkan kalian baca dan nanti bapak akan jelaskan jiga ada yang tidak dimengerti"

"Baik pak" ucap semua murid.

🐰🐰🐰



Tbc

ARZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang