POV Kumala
Tepat setelah melaksanakan sholat Asar berjamaah di mersjid untuk laki-laki dan para perempuan melaksanakan sholah berjamaah di ruman keluarga Mas Nehan memutuskan untuk pulang karena ingin mengejar penerbangan malam ini juga.
Setelah kepergian Mas Nehan dan keluarganya Kumala memutuskan untuk menuju ke kabar dan akan memberi tahu kabar gembira ini kepada Adik-adiknya.
Kumala mulai menghubungi Mingke terlebih dahulu tapi setelah mencoba hingga tiga kali tak satu pun yang di angkat. Jadi ia memutuskan untuk menghubungi adik laki-lakinya.
“Assalamualaikum Dek?”
“ Waalaikumsalam Kak. Tumben nelpon sore-sore gini emang ada apa Kak?”
“Ihhhh orang Kakaknya nelpon juga. Kamu apa gak kangen sama Kakak kan udah lama Kakak gak nelpon kamu sekalinya di telpon malah gitu jawabannya.”
“Apaan sih kak sensi amat pada halkan aku nanyaknya baik-baik gak ada tuh nada julid kayak Kakak.”
“Ya udah deh kalau kamu sibuk gak usah Kakak kasih tau aja. Udah Kakak matiin aja biasanyakan kamu jam segini mau lari sore. Kalau Kakak mah sekarang urusan kesekian, terus pendidikan udah jadi topik utama dalam hidup kamu. Kakak udah gak penting lagi.”
“Apaan sihhh Kak Ngomongnya ngelantur deh. Ada masalah apasihhh Kakakku sayang sini cerita. Aku dengeri dahhhh. Mulai ceritanya.”
“Yaudah kalau kamu maksa Kakak cerita. Tapi kamu bener dengerin jangan potong dulu apa yang mau Kakak kasih tau.”
“Iya udah buruan.”
“Tadikan----“ Kumala berhenti berbicara karna mendengar teriakan dari seberang sana yang memanggil sang Adik.
“GEMAAAA BURUAN KELAPANGAN. KEBURU KEHUKUMAN NANTI RIBET.Di lanjut nanti aja telponnya.” Ujar pria di ujung sana dan terdengar suara orang berlari.
Kumala sudah tahu pasti itu teman adiknya yang menarik dan menyeretnya untuk keluar melakukan apel sore. Kumala pun hanya menghembuskan napas dan kembali menunda memberi tahu kabar gembira ini kepada kedua adiknya. Setelah dirasa sudah tidak ada lagi yang bisa di hubungi Kumala bergegas keluar kamar untuk membantu sang Ibu menyiapkan makan malam.
“Kok cepet kali telponan sama Adik-adikmu. Biasanya betah sampai berjam-jam kalau telponan.” Ujar sang ayah yang sedang membantu ibu mengupasi bawang.
“Mingke telponnya gak di angkat kalau Gema biasa Yah. Jam segini dia mau apel sore jadi tadi waktu di telpon ada suara temennya yang manggil dia untuk cepet ke lapangan.” Ujar Kumala.
“Udah gak papa tadi kan Ibu udah bilang nanti malam aja ngubungi Adik-adikmu lagi. Mungkin jam segini mereka pada sibuk. Mending sekarang Kakak angkat kain baru di lipetin sama sekalian packing barang-barang Kakak, ini biar Ibu sama Ayah aja yang masak.”Kumala hanya menganggukkan kepala sebangai balasan.
Kalau melihat Ayahnya yang masih mau membantu pekerjaan rumah Kumala selalu membayangkan punya keluarga seharmonis Ayah dan Ibu nya yang mau bekerja sama dalam hal apapun tanpa ada gengsi satu sama lain.
-oOo-
Setelah melaksanakan sholat isya dan makan malam bersama Kumala pergi menuju kamarnya dan mulai menghubungi Adik-adiknya sekali lagi. Kali ini harus berhasil, karna kalau tidak bisa juga bisa di pastikan kabar ini akan datang terakhir kepada Adik-adiknya. Karena besok Kumala akan pulang ke Bandung dan di pastikan pekerjaannya yang ditinggal dua hari itu akan sudah menumpuk kemungkinan ia akan tak ada waktu untuk berbicara pada sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Kita -END-
ChickLitKumala bukan terlahir dari keluarga kaya atau miskin. Ayahnya seorang petani dan juga mempunyai beberapa ternak yang di jadikan tabungan untuk sekolah anak-anaknya, sedangkan sang ibu menjadi ibu rumah tangga setelah menikah. Sedari kecil kumala ha...