25. Kamu Banguni Singa yang tenang

1.1K 41 0
                                    

Nehan Pov

Setelah menuntaskan memeriksa CV yang masuk ke emailku dan memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Aku berharap Kumala sudah berada di rumah saat aku pulang. Entah sudah menjadi kebiasaaan yang bisa membuatku sendiri candu untuk merasakan kasih sayang dari seorang wanita setelah Mama.

Aku senang ketika sampai rumah ada yang menyambut, membuatkan teh, menyiapkan baju tidur, dan juga yang paling penting adalah pelukan hangat dari kumala ketika tidur. Bisa di bilang aku bukan anak yang kekurangan perhatian dari sosok ibu, tapi entah mengapa kehangatan yang di suguhkan Kumala itu rasanya beda ketika kita di perhatikan dengan Ibu sendiri yang notabenya sudah mengurus kita dari kecil.

"Assalamualaikum." Ujarku ketika masuk kamar.

"Walaikumsalam." Jawab Kumala.

Setelah menutup pintu aku berbalik badan dan melihat tampilan Kumala yang sangat jauh berbeda dari biasanya. Kumala yang tebiasa dengan gamis longgar dan juga hijab yang menutupi dadanya, kini tampak jauh berbeda dengan busana yang di gunakan sekarang.

 Kumala yang tebiasa dengan gamis longgar dan juga hijab yang menutupi dadanya, kini tampak jauh berbeda dengan busana yang di gunakan sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gimana Mas suka?" Ujarnya sambil berjalan ke arahku.

Respon pertama yang aku tunjukkan saat Kumala mulai mendekati yaitu mundur.

"Mas gak suka ya? Pasti Mas ilfil ya liat aku pakek baju ini. Maaf ya Mas, aku ganti aja ini bajunya." Ujarnya dengan wajah yang di tekuk.

Aku pun menarik pelan tangan agar kembali ke posisi semula yaitu berapa di depanku.

"Apaan sih. Orang Mas belum ada bicara, kamu udah ngambil kesimpulan aja. Emang ada Mas bilang kalau Mas gak suka sama dandanan kamu. Coba Mas tanya, emang ada Mas bilang begitu?" Ujarku sambil manarik dagu Kumala yang masih tertunduk.

Kumala hanya membalas gelengan kepala tapi dengan panjangan yang masih melihat ke arah bawah.

"Mas ada di depan kamu lohh. Apa lantai lebih ganteng dari pada Mas?" Kumala pun mulai mengarahkan pandangannya ke arahku.

Kami berdua pun saling beradu pandang seolah-olah sedang berbicara melalui pandangan. Perlahan dari matanya aku mulai turun ke arah bibirnya yang terdapat lipstick merah menyala dipadukan dengan lingerie senada. Perlahan dan pasti mulai ku arahkan bibirku untuk menyentuh benda kenyal yang sedari tadi hanya ku tatap saja.

Setelah hampir lima menit saling bercumbu Kumala mulai kehabisan nafas dan memukul-mukul lengan kananku. Aku pun melepaskan tautan di bibirnya dan dapat kulihat Kumala menghirup udara dengan sangat rakusnya.

"Kamu mau buat aku mati ya Mas?"

"Maaf habisnya bibir kamu manis. Kita lanjut di kasur yuk?"

"Kalau aku gak mau gimana?" Ujarnya sambil mulai menjauh dari arahku.

"Kamu gak ada akan aku biari kabur, setelah udah bangunin singa yang selama ini tenang. Sini sayang kamu harus tanggung jawab." Ujarku sambil berjalan ke arahnya dengan santai. Tak lupa sambil mengunci pintu dan tak lupa mencabut kuncinya.

Rumah Kita -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang