Kumala POV
Hari yang berat ini pun akhirnya tiba, dimana salah satu alasanku tetap bertahan hidup di ambil oleh sang pemilik yang sebenarnya. Apa yang bisa ku lakukan, sekarang untuk sekedar menguatkan diriku bahwa semuanya akan baik-baik saja tidak bisa kulakukan. Semua rasanya seperti ilusi, yang membawaku kepada gambaran akan datang di masa depan, namun setiap kali aku ingin bangun dari ilusi tersebut semua orang yang berada di dekatku selalu berkata bahwa ini nyata adanya. Ketik aku dengan sekuat kesadaran yang aku punya, menentang semua kenyataan yang pada akhirnya pasti akan gagal.
"Makan dulu sayang, sedikit aja, biar ada yang masuk" ujar Mas Nehan yang sedari tadi membujukku.
"Pait Mas, makanannya pait."
"Ya udah, kamu mau makan apa biar Mas buatin. Mas buatin bubur sumsum mau? itu 'kan ada siraman gula merahnya jadinya manis. Mau yaaaaa" bujuk Mas Nehan dengan wajah yang terlihat memelas, aku yang sudah tidak tega melihat itu pun hanya bisa mengangguk sebagai jawaban.
"Kamu di sini aja" ujarku menahan Mas Nehan yang ingin beranjak dari tempat tidur.
"Kalau aku ada di sini, siapa yang buatin buburnya sayang?" ujar Mas Nehan sambil mengusap surai rambutku yang saat ini sedang tidak pakai hijab.
"Biar Gema aja yang buatin buburnya, Mas di sini aja boleh ya?" tanyaku sambil memperlihatkan wajah memelas.
Tak lama dari itu kulihat senyum Mas Nehan yang tadi terbit tak lupa sambil menarikku kedalam pelukan Mas Nehan yang tak lupa memberikanan kecupan di ubun-ubunku.
"Tapi Mas balikin nasi ini dulu ke dapur, sekalian minta tolong Gema buat bubur untuk kamu."
"Jangan lama ya Mas" ujarku yang di balas anggukan oleh Mas Nehan.
Setelah kepergihan Mas Nehan aku pun mengambil ponselku yang sudah terbengkalai dari semalam. Untuk sekedar memegang ponsel pun rasa sudah tidak ada waktu, aku hanya menghidupkan ponsel untuk menghubungi ibu mertuaku dan juga Mas Nehan memeberi tahu tentang berita duka. Mengenai Ibu mertuaku yang tidak bisa hadir di acara pemekaman Ayah, itu karena salah satu sepupu Mas Nehan ada yang meninggal juga.
Aku pun menghidupkan dataku yang membuat banyak pesan masuk dari terutama telpon masuk dari beberapa teman kantor dan juga dari Mas Nehan yang terlihat paling banyak menelponku. Terlihat notif telpon dari Mas nehan sendiri mencapai 35 kali panggilan. Aku pun melihat isi pesan yang di kirim dari Mas Nehan terdapat 11 notif.
'Assalamualailaikum Sayang.'
'Maaf ya, Mas baru aktifin data Mas. Tadi soalnya pas di penerbangan Mas sengaja silent ponsel Mas dan keterusan sampai di rumah, pas udah sampai rumah Mas malah lupa aktifkan ponsel Mas, jadi pesan kamu gak ke baca sama Mas.'
'Ini Mas mau otw ke Banda ya sayang.'
'kira-kira jam 7 'an nanti Mas baru sampai Bandanya.'
'Kamu jangan lupa makan ya, jangan sampai sakit juga.'
Send 02:45'Mala.'
'Kok pesan Mas, gak di balas?'
'Kamu juga gak aktif. Ini dari tadi centang satu doang.'
'Ohhhh iya. Kamu masih tidur ya.'
Send 02:59
'Ini Mas udah landing. Tapi ini Mas masih mau sholat subuh dulu.'
'Kamu jangan lupa sholat subuh ya sayang.'
send 05:05
"Lagi liat apa sih?" tanya Mas Nehan yang menghampiriku.
"Lagi baca chat dari kamu. Maaf ya Mas, tadi aku gak sempat hidupin kuota atau pegang ponsel."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Kita -END-
ChickLitKumala bukan terlahir dari keluarga kaya atau miskin. Ayahnya seorang petani dan juga mempunyai beberapa ternak yang di jadikan tabungan untuk sekolah anak-anaknya, sedangkan sang ibu menjadi ibu rumah tangga setelah menikah. Sedari kecil kumala ha...