POV Nehan
Tepat pukul 10 malam Nehan baru tiba di apartment. Kali ini ia memutuskan tidak pulang kerumah, lagi pula orang rumah sudah pada tidur semua jam segini. Sebelum mandi Nehan memutuskan untuk memasak mie instan dengan cabe yang lumayan bayak untuk sedikit mengganjal rasa lapar. Bisa di bilang Nehan adalah penikmat pedas sejati.
Setelah dirasa Kenyang ia mulai memutuskan untuk membersihkan badannya. Rasa kantuk yang di rasa sewaktu pulang tadi sudah hilang karna ia baru saja mengisi perutnya di tambah lagi baru saja mandi yang membuat badannya kembali segar. Pemuda 28 tahun itu pun mengambil benda pipih yang sedari tadi tergeletak di atas nangkas. Ada saatu notif yang masuk dari nomor yang tak di kenal.
‘Assalamualaikum Mas Nehan ini saya adiknya Kak Kumala.’‘Saya mau bicara sama Mas, bisa?’
‘Kalau ada waktu Masnya bisa telpon saya.’
‘Saya mau telpon Mas duluan tapi ini aja pesan saya masih centang satu.’
Nehan mengerutkan dahinya banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya mulai dari ‘kenapa Kumala memberikan nomornya kedapada adiknya’ ‘ada urusan apa adik tunangannya menghubunginya malam-malam seperti tidak ada hari esok saja.’ Dari pada memunculkan spekulasi yang belum tentu benar lebih baik menelopon langsung bukan?“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam Mas Nehan. Ehhh ini benerkan nomor Mas Nehan nanti Kak Kumala ngerjain aku lagi.”
“Iya ini bener kok nomor saya Nehan.”
“Kirain tadi bakal di balas besok pagi, karna Masnya saya kira udah tidur.”
“Belum kok saya baru pulang kerja tadi. Emang ada apa malam-malam begini chat saya ada hal yang penting ya?”
“Gak penting-penting amat kok Mas. Cuma mau kenalan aja sama calon Kakak Ipar.”
“Ohhh kirain ada urusan penting apa gitu.”
“Enggak kok Mas. Semalam kata Kak Kumala Mas datang ke rumah ngelamar Kak Kumala. Mas kok mau sih sama Kak Kumala, pada hal orangnya gak betahan di rumah, maunya di luar terus, jarang di rumah paling gak betah.” Nehan hanya membalas dengan kekehan.
“Kakakmu kan kalau di luar juga kerja gak kelayapan main-main gak jelas. Nanti, kalau nikah sama Mas kamu tenang aja, bakal Mas taklukan Kakakmu itu biar betah tinggal di rumah lama-lama.”
“Mas bisa aja. Tapi kalau bisa idenya tadi beneran di realistiskan ya Mas. Nanti kalau udah nikah Kak Kumala paksa aja suruh berhenti kerja. Gak usah ada drama lembur lah sampai malem, Kehujananlah, apa lagi kalau malam dia sering tuh Mas, dia luar sampai jam 11 malem. Kan gak boleh ya, anak perempuan pulang malam-malam malah gak ada yang jemput lagi.” Ujar Gema yang terdengan seperti orang yang mengomel.
Sejauh ini, Nehan sudah dapat menebak kalau Gema tipekal orang yang posessif terhadap Kakak-kakaknya. Dari cara dia berbicara sampai topik apa yang di bahas dapat terlihat jelas. Nehan yang sedari tadi mendengan keluhan Gema hanya tersenyum ternyata Kumala sangat di jaga dan di sayangi dengan baik oleh keluarganya.
Ahhh iya, jadi teringan akan perkataannya di hadapan calon mertuanya semalam tentang ia yang akan membahagiakan Kumala. Mulai dari sekarang ia harus memikirkan langka kedepannya dengan baik agar tidak menyesal di kemudian hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Kita -END-
ChickLitKumala bukan terlahir dari keluarga kaya atau miskin. Ayahnya seorang petani dan juga mempunyai beberapa ternak yang di jadikan tabungan untuk sekolah anak-anaknya, sedangkan sang ibu menjadi ibu rumah tangga setelah menikah. Sedari kecil kumala ha...