21. Kakak Niat Bantu Gak Sih

926 40 0
                                    

Nehan POV

“Ke Jakarta?” Ujarku kepada Gio.

“Iya Han. Gue dapet rekomendasi dari temen gue yang hobi koleksi mobil-mobil branded. Katanya sih di sana ada produksi mobil terbaik. Terus kabar bahagianya adalah, CEO dari perusahan itu temen bokap gue sewaktu kuliah. Jadi sebelum kesana kita bisa atur janji dulu, biar sampai di sana gak zonk hasilnya.” Ujar Gio panjang lebar.

“Tapi sama perusahaan yang ada di bali gimana Yoo. Gak bisakan kita tiba-tiba batalin pertemuan gitu aja. Nanti di kira gak profesional lagi.”

“Ya gak di batalin juga dugong. Kan tadi gue bilang kita atur jadwal dulu sama yang di Jakarta. Kita duluanin yang di bali soalnya kita kan gak ada orang dalem, kemungkinan bisa undur jadwal juga kecilkan. Sedangkan yang di Jakarta itu, kalau memang jadwalnya tabrakan nanti, bisa di bicarain sama bokap gue.” Ujarnya sambil mengambil segelas kopi yang sedari tadi kami anggurkan.

“Oke kalau gitu. yang klien dari Bali bisanya bulan depan, sibuk dia katanya.”

“Emang gitu Han, kalau buat jadwal ketemuan sama orang penting. Berasa mau ketemu presiden. Tapi nikmati aja dulu prosesnya, sambil kita mulai rekrut pegawai.”

“Iya. Lo yang buat postingan lowongannya. Nanti pakai email gue aja biar bisa gue seleksi dulu. Kalau di rasa cocok baru tuh kita wawancara sama yang lain.”

“Aman itu mah, gampang. Ehhh btw, lo gak ada acara honeymoon gitu. Baru nikah langsung ngurusi proyek.”

“Gue sama Kumala lagi sibuk-sibuknya Yo. Gue sibuk bangun showroom sama ngurus bengkel lagi rame-ramenya. Terus bini gue juga lagi trening jadi sekertaris, jadi ya gitu kita tunda dulu honeymoon-nya.”

“Lo sihhh nikah di tengah-tengah proyek gini. Gak bisa di tinggal.”

“Biarin aja, timbang lo gak nikah-nikah.” Ujarku sambil memakan kentang goreng yang ada di meja.

“Ehhh ngeulti dia. Sabar aja lo, taun depan gue nikah.”

“Banyak bacot lo bambang.”


-oOo-


Kumala POV

Lega. Satu kata yang menggambarkanku saat ini. Bagaimana tidak, rasa gugup sedari tadi pagi dapat hilang dengan begitu saja saat aku selesai presentasi. Untuk hasilnya aku sudah pasrah gimana pun keputusannya nanti.

“Saya cukup puas dengan presentasi kamu. Cukup baik untuk pemula. Tapi, ada beberapa yang perlu di koreksi serta di diskusikan lebih lanjut. Setelah ini kamu bisa kirim materinya langsung ke email saya. Dan nanti, bagian mananya yang kurang akan saya beritahu. Seperti biasa sebelum kamu sah menjadi sekertaris saya dalam waktu 8 bulan kedepan, kamu bisa tanda tangani kontrak kerja.” Ujar Pak Dion sambil menyerahkan kontra kerja yang isinya peraturan selama bekerja dan juga jumlah pinalti yang akan aku bayar ketika berhenti sebelum waktu kontrak kerja selesai.

Aku membaca sejenak kontra kerja tersebut dan langsung mengambil pulpenku untuk menandatangani kontra kerja tersebut.

“Oke. Mulai besok kamu sudah mulai kerja sebagai sekertaris pribadi saya. Dan ingat segala perjanjian kontrak yang ada di surat tersebut harus kamu taati. Semua jadwal saya akan di kirim Patric ke kamu. Untuk hari ini kita selesaikan rapat kali ini. Semua yang ada di ruangan ini boleh pulang cepat.” Ujar Pak Dion panjang lebar. yang membuat semua karyawan di dalam ruangan itu bersorak bahagia.

“Tapi bessok, sebelum makan siang saya mau progress dari presentasi Kumala harus ada di meja saya. Jangan sampai telat. Saya akhiri rapat sore ini. Selamat sore” Ujar Pak Dion yang mendapatkan helahan nafas dari rekan kerjaku.

Rumah Kita -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang