14. Alhamdulillah Sah

1.4K 53 0
                                    

POV Nehan

“Bismillahirrohmannirrohim. Nehan Cakara Lingga lelaki yang mendatangi saya beberapa waktu lalu dengan membawa keluarga untuk sebuah maksud yang baik, yaitu meminang putri sulung saya.  Saya tak begitu kenal akan dirimu karna kamu adalah lelaki pilihan putriku yang beberapa menit lagi akan kuserahkan sepenuhnya tugasku sebagai seorang Ayah kepadamu. Putriku adalah gadis yang kudidik sejak ia lahir hingga dia bisa bertanggung jawab akan dirinya sendiri. Tugasku sebentar lagi akan berakhir dan pindah kepadamu, jadi seperti apa putriku kedepan adalah tanggung jawabmu. Dengar baik-baik kata-kataku----

Jeda Om Lesmana sejenak sambil menghapus air matanya dengan tisu.

“Jangan kau sakiti dia, karna setiap rasa sakit yang kau torehkan padanya sama saja kau sedang menyakitiku. Dan beri dia rasa bahagia, karna bahagianya adalah bahagiaku. Didiklah ia sebagai mana kamu mendidik anak-anakmu di masa depan serta bimbinglah ia ke jannanya Allah. Serta nafkanilah putriku dengan uang yang halal, sebagaimana aku menafkahai ia. Kalau suatu saat nanti ia berbuat salah cukup beritahu secara baik-baik dan jika kau sudah tidak bisa membimbingnya jangan sakiti dia tapi pulangkan putriku sebagai mana kau mengambilnya hari ini dengan baik-baik kepadaku.”

Kata-kata dari Om Lesmana seakan menambah desiran di setiap darah yang mengalir di tubuhku. Jujur dari setiap kata-kata yang di ucapkan Om Lesmana dapat tergambar jelas seberapa berjuanya seorang ayah mendidik dan membesarkan putri sulungnya.

“Bismillahirohmanirohim. Saya bukan seorang lelaki yang sempurna dalam hal apa pun di dunia ini. Dan juga saya bukan seseorang yang sanggup mengucapkan seribu janji manis di hadapan banyak orang. Tapi, dengan datangnya saya kehadapan Om untuk meminta restu, merupan wujud keseriusan saya dengan putri Om.”

“Saya tidak berjanji membahagian Kumala, saya tidak berjanji membimbingnya ke surganya Allah, saya juga tidak berjanji akan membimbingnya sebagaimana Om mendidik Kumala. Tapi, saya akan berusaha semampu saya mengemban semua tanggung jawab saya kedepannya menjadi seorang suami dan juga Ayah. Terimah kasih telah mendidik Kumala dengan baik dan terimakasih juga akan restu Om saya akan berusaha semampu saya.”

-oOo-


Kumala POV

Aku yang sedari tadi mendengar semua kata yang di ucapkan Ayah dan juga Mas Nehan. Setiap kata-kata mereka selalu mebuatku tersadar seberapa beruntungnya aku mempunyai ayah yang begitu sayang kepadaku, diluar dari sikap mendidiknya yang dahulu mungkin terlihat kasar dimataku. Namun, dengan didikan Ayahlah aku bisa berada di titik ini.

Sedangkan untuk Mas Nehan sediri, dengan setiap kata-kata yang di ucapkannya membuatku tersipuh dan terharuh di waktu yang bersamaan. Apa lagi saat mendengar kata ‘Suami dan Ayah’ membuat aku seakan melayang tanpa tahu di mana terpat untuk mendarap. Dengan lirih aku berkata di dalam hati.

“Nehan Cakara Lingga, lelaki yang datang kerumahku dengan tiba-tiba membawa orang tuanya tanpa sepengetahuanku dengan maksud melamarku bulan lalu. Hari ini, surgaku akan berpindah kepadamu seperti apa yang kau katakan tadi, 'jadi apa aku kedepannya adalah tanggung jawabmu'. Aku tak berjanji akan selalu ada di sisimu tapi yang ku harapkan agar kita tetap bisa berkumpul di jannahnya Allah, untuk kehidupan yang lebih kekal. Berada di sisimu merupakan anugrah terindah yang tuhan berikan serta menyambut paginya mentari dengan adanya kamu di sisiku hinggal terbenamnya sang fajar disambut dengan pelukanmu yang hangat. Mari kita membangun rumah ini dengan aku, kamu, dan anak-anak kita dimasa depan.”

Tak lama terdengar kata “SAH” yang membuatku tersadar dari lamunanku tadi. Aku pun mengangkat kepalalu dan menatap Anggi, sahabatku yang matanya sudah berkaca-kaca. Ku peluk erat anggi dengan suara tangisan halus yang terdengar jelas di telingahku. Entahlah, rasa bahagia dan sedih mencampur menjadi satu tapi rasa bahagialah yang lebih mendominasi diriku saat ini. Tak lama pintu kamar ini pun terbuka dan memperlihatkat adikku Mada yang terlihat gagah dengan setelan putih tak lupa kain songket pada pinggangnya.

Rumah Kita -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang