23. Kumala-kan?

697 35 0
                                    

Kumala POV

Setelah acara makan bersama tadi malam yang selesai sampai jam 10, tapi namanya tuan rumah pasti akan selalu repot di akhir. Jadinya aku dan Mas Nehan baru siap berberes-beseh hingga pukul 11:30. Untung saja tadi pagi kami tidak bangun kesiangan, tapi kami berdua tidak bisa melaksanakan sholat tahajud seperti biasanya karna jam sudah menunjukkan pukul setengah lima.

"Yang, nanti kamu gak usah masak. Biar aku aja yang masak. Aku lagi pengen makan spageti buatanku sendiri. Kamu tinggal nyobain nanti gimana rasanya." Ujar Mas Nehan yang sudah lengkap dengan setelan ke masjid.

"Ya udah, terserah kamu aja Mas." uajarku.

Tak lama terdengar suara azan yang membuat Mas Nehan keluar dari rumah dengan terburu-buru, karena jarak apartemen kami ke mesjid lumayan jauh. Tapi kalau bawa mobil juga ribet ngeluarkan mobil dari parkiran apartemen. Dan biasanya Mas Nehan akan pergi sholat bersama dengan tetangga sebelah yang sudah menjadi teman lama Mas Nehan.

Aku pun bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Setelah itu aku mengelar sajadah dan mulai memulai rutinitas ibadah pagi. Tak lupa setelah sholat subuh aku menyempatkan untuk membaca Al-Quran dan mulai membaca dengan sangat hikmat. Hampir 15 menit aku membaca Al-Quran terdengar suara pintu terbukan yang menandakan Mas Nehan sudah pulang.

Aku pun bergegas keluar untuk menyambut Mas Nehan dan langsung menyalim tangan. Mas Nehan yang selalu melakukan kebisaannya ketika pulang dari masjid untuk mencium keningku.

"Mas mau mandi dulu atau langsung massk spagetinya?"

"Mandi dulu. Baru buat spagetinya. Biar nanti langsung makan dan pergi kerja."

"Ya udah kamu mandi duluan. Biar aku siapkan baju kamu."

Mas Nehan pun meletakkan sarung dan sajadah  diatas tempat tidur. Aku yang seperti biasa hanya menghelahkan nafas dan mulai mengutipin sarung dan sajadah lalu meletakkan ke tempatnya. Tak lupa aku mengambil celana panjang berwarna hitam dan juga di padukan dengan kaus putih polos seperti kebayakan kaus Mas Nehan, tak lupa dengan jaket kulit berwarna senada dengan celana Mas Nehan.

Dalam waktu 15 Menit Mas Nehan sudah keluar dengen lilitan handuk yang ada di pinggangnya. Aku pun bergegas menuju kamar mandi. Seperti pertama kali melihat Mas Nehan bertelanjang dada , aku tetap merasakan getaran di dalam dadaku.

Hamper 15 menit aku selesai ritual mandiku. Di tambah 20 menit aku merias wajahku tak lupa aku mengambil baju yang sudah di cuci di dalam mesin cuci yang selanjutnya akan aku jemur. Mas Nehan yang sudah rapi dengan makanan yang ditata di meja makan. Aku pun menghampirinya untuk sarapan pagi dengan spageti kesukaannya.

"Gimana, enak gak?"

"Enak, kayak spageti biasanya." Ujarku. Aku sengaja mengarai Mas Nehan untuk melihat ekspresi selanjutnya. Tapi yang ada hanya Mas Nehan terdiam tanpa berkomentar dengan apa yang aku bilang.

"Enak bangett kok Mas, spageti buatan kamu itu yang pertama kali di masakin sama laki-laki buat aku. selain masakan ayah yang bisanya buat telur dadar doang, aku gak pernah ada laki-laki yang buatin masakan untukku. Jadi kalau di retting ini 9/10." Ujarku panjang lebar sambil memberikan senyum terbaikku agar Mas Nehan tidak ngambek.

Ya, walau pum Mas Nehan tidak pernah ngambek sih sebenarnya.

"Hemm." Jawaban Mas Nehan yang ngebuat aku ketar-ketir sendirian.

Tak mau memperpanjang masalah aku pun makan dengan hikmat seperti biasanya. Ya, karna Mas Nehan sangat membenci perbincangan saat di meja makan. Setelah menghabiskan 15 menit untuk makan, Mas Nehan mulai beranjak menuju kamar untuk bersiap-siap sedangkan aku membereskan sisa memasak dan piring yang kami gunakan tadi.

Rumah Kita -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang