Nehan POV
Setelah sampai di rumah sekitar jam 8 malam kami pun memutuskan untuk bersih-bersih dan lekas naik ke tempat tidur. Sejak menerima telpon dari Gio yang memberi tahu kalau hari kamis adalah jadwal keberangkatan keluar kota untuk menemui klien.
Banyak hal yang aku pikirkan saat ini mulai dari menghandle bengkel apa lagi ini akhir bulan di mana biasanya banyak dari para pelanggan bengkel yang mau memeriksa mobil. Biasanya aku yang mengecek langsung mobil para rekan-rekan petinggi kalau ada tugas keluar kota secara mendadak seperti ini aku jadi kerepotan sendiri.
Tentang pekerjaan yang padat dan juga pertanyan Kumala saat di pantai mengenai punya anak. Jujur aku ingub punya anak dalam waktu dekat dan gak ke pikiran sama sekali untuk nunda momongan. Yang awalnya aku punya planning saat nanti nikah, punya istri yang mau mengabdi menjadi ibu rumah tangga belum bisa kesampaian.
Karna mendapatkan Kumala yang notabenya mempunyai tanggung jawab untuk menyekolahkan adik-adiknya hingga lulus dulu, maka dari itu aku bicarain untuk nunda momongan dan ternyata Kumala juga berpikiran seperti itu. Aku merasa Kumala banyak berubah sejak malam kami melakukan hubungan suami-istri dan sekarang malah membahas soal anak yang memang sudah jelas alasan dari awal kami menunda punya anak kerna Kumala masih sibuk dengan pekerjaannya.
"Kamu kok belum tidur Mas. Ada yang di pikirin ya?" Tanya Kumala yang saat ini memfokuskan pandangannya ke arahku.
Aku hanya mentap matanya lalu menariknya pelan untuk masuk ke dalam pelukanku. Tak lupa juga ku hirup wangi rambutnya. Jujur posisi ini sangat menenangkan dan juga sangat nyaman untuk kembali pulang ketika banyak masalah. Perlahan Kumala kembali melonggarkan pelukannya.
"Mas, kamu masih kepikiran ya sama yang aku bicarain tadi di pantai. Gak usah terlalu di pikirin Mas. Lagi pula kan aku bilangnya kalau semisalnya bukan beneran kejadian. Tau gitu tadi aku gak usah bicarain itu sama kamu kalau ujungnya kamu malah kepikiran."
"Apaan sih kamu. Orang aku lagi gak mikirin itu." Elakku agar Kumala tidak merasa bersalah karna sudah berbicara seperti itu.
"Aku itu lagi mikirin kerjaan aja kamu taukan kalau aku lagi proses cari patner untuk ngisi showroom jadi Gio udah ngasih banyak tawaran yang aku sendiri lagi pertimbangi. Aku gak mau salah langkah buat ambil keputusan yang besar. Kalau dulu aku buka bengkel itu bisa di bilang cuma ngandeli modal sendiri tanpa campur tangan patner lain tapi kalau untuk buka showroom mobil kan aku harus cari patner yang emang udah berpengalaman biar lebih kondusif kedepannya." Ujarku mengeluarkan unek-unek yang selama ini aku pendam.
"Kerjaan di bengkel juga lagi rame-ramenya. Tangan kanan aku baru aja ngundurin diri karna mau balik kampung dan juga dia mau menetap di kampung setelah menikah jadi bengkel sulit aku pegang sendiri kalau gini ceritanya. Ini juga lagi akhir bulan banyak dari pelanggan yang meriksa mobil di bengkel biasanya aku sendiri yang nanganin tapi kali ini susah buat aku pegang semuanya."
-oOo-
Kumala POV
Perubahan sikap Mas Nehan setelah mengangkat telpon dari pantai tadi sangat terlihat. Mas Nehan seperti banyak pikiran yang dapat terlihat dari gambaran wajahnya. Begitu juga saat di kamar Mas Nehan langsung naik ke tempat tidur dan juga langsung tidur tanpa ada pillow talk seperti biasanya.
Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 10 malam tapi aku sama sekali belum memiliki niat untuk tidur. Karna melihat Mas Nehan yang dari tadi terlihat menjadi sangat pendiam seperti gambaran Mas Nehan saat awal menikah.
Tapi rasa penasaranku akhirnya terjawab karna Mas Nehan menceritakan kronologi tentang pekerjannya yang Alhamdulillah makin lancar tapi malah buat Mas Nehan ke teteran sendirian. Sejujurnya aku mau aja membantu Mas Nehan tapi aku sendiri punya tanggung jawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Kita -END-
ChickLitKumala bukan terlahir dari keluarga kaya atau miskin. Ayahnya seorang petani dan juga mempunyai beberapa ternak yang di jadikan tabungan untuk sekolah anak-anaknya, sedangkan sang ibu menjadi ibu rumah tangga setelah menikah. Sedari kecil kumala ha...