1. Berandalan

104K 1.1K 22
                                    

⚠️Warning!

TERDAPAT ADEGAN KEKERASAN DI CERITA INI. JUGA KALIMAT FRONTAL DAN KATA KATA KASAR YANG SEBAIKNYA HANYA DIBACA UNTUK KAMU YANG BERUSIA 18 TAHUN KEATAS.

SAYA TIDAK MENYEDIAKAN KONTEN PORNO/SEX DICERITA SAYA. TOLONG DICERMATI SEBELUM MEMBACA.

Wp sekarang nggak aman. Nggak adil banget Evander dihapus. Kalo masalah adegan kekerasan yang dianggap melanggar pedoman konten, seharusnya nggak ada cerita genre dark/action. Musnahin aja semuanya!

***

Zantares pikir, menghadapi tingkah gila tetangganya itu sudah berakhir sejak dua tahun lalu tepat di hari kelulusan SMA mereka.

Membuat tekanan darah naik, adu bacot diiringi umpatan saat batas kesabarannya berada dititik maksimal itu seharusnya tidak lagi menguasai Zantares. Dia telah bebas, namun apa ini?

Tetangga bodohnya itu malah tanpa keraguan saat menanggalkan kaosnya, dia seakan tidak peduli saat bagian privasi itu langsung disambut dinginnya AC. Juga mungkin gadis yang bernama Sheiril itu sudah tidak peduli jika ia nyaris telanjang dihadapan Zantares Pramudana Lukan,---- musuh abadinya semasa SMA jika saja Sheiril tidak menggunakan tantop.

"ANJING! LO GILA!"

Umpatan itupun lolos juga. Mata Sheiril berkaca kaca, ia memperlihatkan tatapan semenyedihkan mungkin pada Zantares. Tatapan paling rapuh yang Sheiril harap bisa meruntuhkan pondasi pria itu.

"Tadi lo bilang mau bantuin gue, Res. Kok plinpan gitu sih?"

"Ya lo minta bantuan kira kira lah bego!" Sembur Zantares galak. "Gue kira lo minta ngerjain tugas, kepala lo habis terbentur apa gimana, hah?!"

Sheiril mengerucutkan bibirnya, perlahan ia mendekat pada Zantares yang dengan sigap pria itu dorong kepalanya menggunakan telunjuk hingga Sheiril terdorong mundur kembali. "Jangan gila lo! Lo pikir gue cowok apaan?!"

"Ihh, gue nyuruh lo kesini itu buat bantuin gue. Bukan ngomel terus sejak tadi. Ayolah Res, bantuin gue, ya ya...." gadis itu memohon, tangannya ditangkupkan di dada. Celakanya hal itu membuat Zantares kian melotot.

Zantares menjambak rambutnya, ia melewati Sheiril untuk bisa mencapai sofa dan duduk disana. Kepalanya pening menghadapi tetangganya itu, yang tumben sekali bersikap tak normal.

Apa maksudnya coba buka baju didepannya? Ayolah Zantares tidak sepolos itu, dan Sheiril tengah mengujinya.

Sheiril ikut duduk disisi Zantares masih dengan menggunakan croptop hitam tanpa kaos. Dia membawa laptop, memangkunya dan diserongkan kearah Zantares agar pria itu bisa melihat layar. "Ini loh, bagian ini kayak nggak hidup, nggak ada jiwanya. Kak Yaya bilang gue kurang pengalaman."

Zantares melirik frustasi. "Nggak usah nulis kek gitu bisa kan? Lo pikir itu tulisan manusia yang mau dibuat hidup?! Rombak, nggak usah aneh-aneh."

"Nggak bisa gitu Res, novelnya kan mau terbit. Hampir mau po juga. Ya udah kalo lo nggak mau bantu, gue minta bantuan Ajil aja kali ya, semoga dia mau." Kepala Sheiril ditoyor tepat setelah gadis itu menyelesaikan ucapannya. Sheiril mengaduh memegangi kepala, dan si pelaku tampak tak bersalah. Malah Zantares sudah menatapnya tajam.

"Mau dimulai dari mana?"

"Hah?"

"Dimulai dari mana, bodoh?!"

Sheiril mengerjap, dia meneleng dan baru paham jika Zantares sudah mau membantunya.

"Ouh, dimulai dari ciuman dulu deh kayaknya. Gue nggak paham ciuman panas itu gimana soalnya." Sheiril menutup laptopnya, meletakkannya di lantai. Gadis itu kemudian menghadap Zantares, lalu menangkup pipi pria itu, kepalanya dimiringkan. "Ginikan caranya?" Sheiril masih bertanya, tatapan Zantares masih sama. Pria itu juga tidak bergerak seolah membiarkan saja tubuhnya dijadikan percobaan.

My Favorite Sin ✔️(full Ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang