24. Tawuran⚠️

8.6K 205 16
                                    


Sedang di tempat berbeda Zantares baru memutar balik laju motornya setelah mengecoh puluhan sepeda motor. Bermaksud menjadikan dirinya tumbal agar para geng motor itu mengejarnya.

Dia sangat terlambat saat tiba. Zantares melihat Sheiril berada di gendongan Sky, dan sadar hal buruk sudah terjadi.

"Shei."

Zantares berniat mengambil alih tubuh Sheiril, namun dipukul mundur dengan ucapan Sky. "Nggak berguna. Mundur. Atau lo yang bakal gue mampusin."

Sky membawa tubuh Sheiril kearah mobil, dimana Jamal sudah menunggunya. Jangan tanya bagaimana bisa pria itu bisa ada disana, itu sudah tugas Jamal untuk tetap mengikuti Sky kemanapun, dan apapun yang terjadi. Jamal dibayar Emran untuk itu.

Kali ini Sky tidak meradang melihat Jamal, kacung itu cukup berguna disituasi genting saat ini. Jamal membuka pintu, Sky sudah akan masuk namun Zantares tidak memudahkan niatnya tersebut.

"Gue yang akan mampusin lo, kalo lo berani bawa Sheiril. Minggir." Tidak satupun yang mengalah, Sky mengeratkan pegangannya, dan Zantares berkeinginan menerjangnya detik ini.

"Lo ngerti bahasa manusia kan?" Sky bertanya. "Lo yang bikin Sheiril dalam bahaya."

Sheiril terganggu, dia menahan sakit dan kedua pria ini masih beragumen. Dengan tenaganya yang lemah Sheiril menjulurkan kedua tangannya pada Zantares. "Jangan berantem." Percayalah Sheiril dihantam rasa sakit dipipinya saat mengeluarkan dua kata tersebut. Zantares memiliki kesempatan merampas paksa tubuh Sheiril, menggendongnya dan naik kedalam mobil.

"Jalan."

Jamal gelagapan, dia diberi pilihan sulit antara memilih perintah kedua anak majikannya. Mana yang harus ia patuhi?

Zantares bisa memecatnya, itu bukan perkara sulit. Lalu Sky, wajah pria itu tidak bersahabat. Dia bisa mati ditangannya.

Selagi Jamal berpikir, Sky menutup pintu mobil, dia memberi titah. "Bawa Sheiril ke rumah sakit, pastikan dia baik-baik saja."

Selayaknya orang tolol, Jamal mengagguk berulang kali. Jamal berlari saat memutari mobil untuk menyetir, dan Sky berbalik saat mobil tersebut pergi.

Kemarahannya belum hilang, dia menuju motor miliknya dan mengambil sebuah tongkat bisbol yang berada diaspal. Matanya memindai komplotan Toni yang berdiri pucat, menghitung mereka satu persatu.

Sam yang menyadari situasi merentangkan tangan, mendorong dada Sky agar tidak melanjutkan apapun yang berada diotaknya. "Udah, Sky. Udah. Mereka gue yang urus."

Sky seolah tuli, dia menghempas tubuh Sam, untuk tetap melangkah kearah orang orang itu.

"Sky, kita nggak ada urusannya sama lo!"

"Kalian maju, atau gue?!"

Sky mengayunkan tongkatnya. Membuat mereka bergidik takut. Diam bukan solusi, dan meladeni kegilaan Sky untuk bertarung juga bukan pilihan.

***
Pukul sepuluh malam Pelita terbangun dari tidurnya, meski kantuknya belum benar benar hilang tapi dia memaksakan diri untuk bangun.

Pelita memakai sweeter rajut untuk melapisi tubuh atasnya agar tidak kedinginan, kancing kancingnya dibiarkan terbuka dan memamerkan perut ratanya yang hanya terbalut crop kaos.

Gadis itu buru buru memasang sepatu, lalu berlarian menuruni tangga begitu keluar dari kamar. Pelita sudah izin untuk keluar sebelumnya dengan alasan ingin bertemu ibunya. Bu Sukma memperbolehkan asal Pelita diantar oleh supir.

My Favorite Sin ✔️(full Ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang