Sheiril tertidur nyenyak, mungkin karena ada Sky jiwa tersesat yang biasanya usil mengganggunya takut. Atau barang kali sudah kabur menghuni ruangan lain di rumah ini. Bisa jadi kan?Pagi ini Sheiril sarapan bersama kedua orangtuanya. Dia akan berangkat agak siang ke kampus, menikmati waktu senggangnya dengan menulis novel baru karena novel yang sudah ia garap sebelumnya telah di terbitkan.
Atau mungkin Sheiril akan mencari cara membantu mencarikan tempat tinggal untuk Sky sebelum sang Papi menyadari keberadaan pria itu.
Untuk saat ini masih aman, Papi jarang di rumah karena harus bekerja. Sementara Mami pasti mempunyai kesibukan bersama Bunda. Seperti rencana wanita itu yang katanya akan memanen buah buahan di kebun belakang. Juga rencana lainnya khas ibu ibu pada umumnya. Seperti mengikuti kelas zumba, ikut berkumpul bersama ibu ibu kompleks untuk memasak. Atau mengikuti senam yang diketuai bu RT setempat.
"Mau ikut Papi ke kantor?" Dirga sepertinya masih sangat merindukan sang putri, lihatlah bagaimana wajah memelas bapak satu anak itu. Jika biasanya Sheiril akan mengiyakan karena bisa bermanja manja pada sosok yang paling melindunginya itu, kali ini Sheiril terpaksa menggeleng.
"Janji lain kali ya, Pi."
"Yahh, padahal Papi pengen ngajak adek makan es cream."
Sheiril mengecup pipi Papi disertai kekehan. Siapa yang akan menyangka jika tubuh besar yang ditakuti orang orang kantor ini sangat hangat terhadap keluarganya. Tidak hanya memanjakan Sheiril yang notabenenya sang putri, namun juga memanjakan sang istri. Terbukti bagaimana Dirga sekarang beralih merayu istrinya tersebut agar menemaninya ke kantor.
Ada ada saja Tuan Dirga ini.
"Dek, please jangan cepet dewasa. Tetep jadi putri kecilnya Papi."
Airin menggeleng melihat kelakuan suaminya. Kalimat serupa sampai ia hafal diluar kepala lantaran tak pernah absen Dirga lontarkan. Sekarang saja Dirga sudah memangku Sheiril, memeluki tubuh itu seakan takut kehilangan.
Dapat dimaklumi sebenarnya. Ayah mana sih yang tidak trauma melihat putrinya sekarat terlindas mobil. Bukti kelalaian mereka sebagai orang tua pun terpangpang jelas.
Sheiril membalas pelukan Papi mesti kedua lengannya tidak sampai, dia menerima kecupan bertubi dipipinya sampai ia terkikik geli akibat jambang tipis sang Papi. Dan mungkin tidak akan berhenti disana jika Airin tidak tinggal diam menggeplak lengan suaminya.
"Papi cepet berangkat deh, nanti telat."
"Nggak ada sejarahnya Papi telat ke kantor. Perusahaan aja punya Papi."
"Ya karena itu, karena Papi pemilik perusahaan jadi harus ngasih contoh yang baik buat bawahan. Emang Papi mau semua karyawan datang telat?"
Kalau nyonya rumah sudah nyerocos panjang, Dirga tahu ia tidak boleh membantah. Jatah malamnya bisa dipangkas habis jika dia meladeni berdebat. "Iya sayang, iya cantiknya Papi."
Dirga menurunkan Sheiril kembali ke kursinya agar anak gadisnya bisa melanjutkan sarapan. Dirga menghadap sang istri yang merapihkan pakaiannya, sebelum sama sama keluar rumah. Sheiril melambai pada keduanya, tak mungkin juga Papi menungguinya sampai selesai makan. Karena jujur saja Sheiril memang sengaja berlama lama di meja makan agar tidak perlu ke kamar. Canggung sekali berada satu ruangan dengan Sky, pria itu tengah mandi dan katanya akan keluar rumah saat mulai sepi.
Sheiril sendiri masih belum mandi, rambutnya digelung asal dan dijepit menggunakan jedai.
Sheiril menyantap nasi gorengnya sambil bermain ponsel ketika Mami kembali datang dan mulai membereskan alat makan. Keluarganya tidak seperti keluarga Zantares yang royal mempekerjakan banyak pekerja. Papi hanya mempekerjakan tukang kebun, supir, satpam dan dua pembantu wanita untuk beberes rumah. Jika ada acara atau rumah memang harus dibersihkan Mami biasanya menyewa jasa pembantu di rumah Zantares.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite Sin ✔️(full Ver)
ChickLitTumbukan terakhir sengaja dihantamkan ke lantai, dekat area kepala. Melenceng sedikit dipastikan korban akan mengalami cedera serius. Dua laki-laki dengan tinggi serupa namun memiliki bobot berat yang berbeda itu sama sama terengah. Peluh bercucura...