***Bunyi derit jendela yang tak tertutup rapat berhasil membuat angin menyelinap masuk, menyapu juntaian gorden hingga bergerak gerak.
Kelopak matanya merekat sempurna, Sheiril mungkin tak sadar saat seseorang masuk, lalu merangkak naik keatas kasur, mengukung tubuh gadis itu yang sangat terlelap tidurnya.
Jari jari membelai struktur wajahnya, menyusuri dari kening sampai bibirnya. Kemudian mengganti jari dengan bibir, menjilat dengan lidah, merasai permukaannya yang kenyal. Tak cukup disitu, bibirnya berganti memberi tekanan, mengulum bibir bawahnya hingga saat terlepas terdengarlah bunyi kecapan.
"Cantik."
Manik biru safir itu mengamati wajah damai Sheiril, terlihat memuja dengan tatapan sedih. "I'm here, sweet heart." Bisiknya lirih. Dia bergeser, tidur disamping Sheiril. Lengannya terulur dibawah tengkuk gadis itu, menariknya merapat pada dadanya.
Sheiril tersentak, dia membuka mata lebar dan terduduk meneliti sekitar ruangan yang kosong. Hanya mimpi, semua yang ia rasakan sesaat yang lalu hanya mimpi kan? Terkanya mulai bimbang.
Dia menyibak selimut, memakai kaki palsu sekaligus sandal miliknya, lalu turun dari ranjang untuk mengecek jendela seperti biasa ketika terbangun secara tiba-tiba seperti ini. Hanya untuk memastikan gerendel terkait sempurna dan mendesah lega saat ia mengintip dibalik gorden.
Sheiril menutup gorden lagi, keningnya mengernyit, membuka lagi gorden untuk mengintip sekali lagi keluar. Dari tempatnya dia melihat sepasang kaki berbalut sepatu, tidak cukup jelas karena terhalang ayunan kursi yang sengaja diletakkan di balkon.
"Mas Ares? Ngerokok mungkin." Sheiril menarik gorden lebih banyak, semakin jelas ia melihat kaki terjulur diatas lantai. Yakin bahwa itu Zantares, Sheiril membuka pintu setelah sebelumnya memutar kunci. Tapi sebelum melangkah keluar Sheiril memperbaiki penampilannya.
"Mas Ares?"
Sheiril memanggil, mendekat kearah kursi ayunan. Langkahnya memelan sebab Sheiril kini melihat dengan jelas seorang pria tergelatak, posisinya tengkurap, memakai hoodie dan topi serba hitam sehingga Sheiril tidak bisa melihat wajahnya.
Takut jika itu benar-benar Zantares, Sheiril mendekat, satu kakinya terulur untuk membangunkan pria itu. "Ya ampun, jangan bilang Mas Ares mabuk lagi dan tidur disini?" Sheiril mengeluh, ia memukul lebih keras lagi punggung pria itu dengan kakinya.
"Bangun Mas, sana tidur di kamar."
Dalam keadaan sadar saja Zantares mampu membuatnya hampir telanjang. Jadi Sheiril tidak mau hal buruk menimpanya jika ia nekat mendekat.
Pria dibawah sana bergerak, dari mulutnya keluar ringisan, juga erangan kesakitan. Panik terjadi sesuatu Sheiril langsung duduk di lantai, sekuat tenaga dia membalik tubuh pria itu agar terlentang. Dan Sheiril hampir menjerit jika saja sebuah tangan tidak segera membekap mulutnya.
"Ssshhh, tolongin gue." Sheiril memberontak, menggigit telapak yang membekap nya sebelum mendorong penyusup yang sudah dipastikan bukan Zantares itu kasar.
"Arrrrgh." Pria itu berguling memegangi lengannya yang baru saja terhempas kasar. Sheiril sendiri sudah berdiri, melangkah mundur hingga berada diambang pintu. Melihat pria itu terus mengerang lirih, dan darah kemudian mengotori lantainya Sheiril berbalik untuk kabur dan memberitahu orangtuanya. Namun pergerakannya terhenti saat mendengar suara familiar itu.
"Please, bantuin gue buat sembunyi disini sebentar aja Shei. Jangan sampai ada orang lain yang tau."
"Ngapain Kak Sky di kamar aku?" Sheiril bertanya juga begitu ia bisa menguasai ketakutannya. Dia meremat handel pintu erat, masih belum mengendurkan kewaspadaannya. Meski Sky kini terlihat lebih seperti orang yang hampir sekarat, Sheiril tidak bisa begitu saja percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite Sin ✔️(full Ver)
ChickLitTumbukan terakhir sengaja dihantamkan ke lantai, dekat area kepala. Melenceng sedikit dipastikan korban akan mengalami cedera serius. Dua laki-laki dengan tinggi serupa namun memiliki bobot berat yang berbeda itu sama sama terengah. Peluh bercucura...