***Zantares dan Sky duduk disofa panjang dengan jarak jauh. Ujung bertemu ujung. Ekspresi keduanya dingin, tak ada yang tumbang disana, itu membuktikan seberapa besarnya tenaga mereka.
Wajah sama sama lebam. Jika Zantares babak belur karena dihajar Sky, maka berbeda dengan Sky. Laki laki itu justru babak belur karena menerima pukulan amarah Dirga. Hebatnya lagi, saat dikeroyok pun Sky masih bisa melakukan perlawanan. Namun saat Dirga yang menonjoknya pemuda itu hanya pasrah.
Dirga punya alasan saat melayangkan pukulan. Beliau seorang ayah yang tak terima kamar putrinya dimasuki sembarangan, dengan alasan apapun. Terlebih bapak satu anak itu tak pernah mengenal Sky sebelumnya.
Di ruang tamu itu Dirga berdiri melipat tangan. Setelah amarahnya mereda kini Dirga siap mendengarkan penjelasan keduanya. Mula mula matanya menyorot pada Sky, pria berperawakan tinggi, kulit sedikit gelap namun tidak hitam. Tubuh bongsor, dan kedua kelereng sewarna biru safir itu mengingatkannya pada warna mata sang sahabat. Yang tidak lain adalah ayah dari Zantares sendiri. Emran Pramudana Lukan.
"Perkenalkan diri kamu, juga hubungan kamu dengan putri saya."
Punggung Sky sedari tadi menegak, kedua tangannya tersimpan diatas pangkuan. Dia yang sedari tadi menatap lantai, kini mendongak menatap berani pada ayah dari gadis yang dirinya inginkan. "Saya Sky. Saya dan Sheiril pernah berhubungan dekat, dan niat saya datang untuk memperbaiki hubungan kami lagi."
Dirga mengabaikan desisan muak Zantares, selagi Zantares tidak berulah tak masalah. "Kalian berpacaran?"
Terlalu geli untuk di dengar, pacaran itu untuk remaja ingusan. Namun Sky tetap mengangguk mantap.
Tatapan Dirga beralih pada sang putri yang memilih memalingkan muka. Anak gadisnya itu tengah mendekap bantal sofa, disampingnya duduk sang istri. Dirga sangat kecewa ia tidak diberi tahu soal kekasih yang sedang menjalin hubungan dengan putrinya tersebut.
"Saya punya pintu, ada satpam yang akan menyambut diluar. Tidak bisakah kamu datang bertamu dengan sopan dan bertemu dengan saya terlebih dulu. Dimana adab kamu? Begitu cara kamu mendatangi anak gadis saya?"
"Maaf Om." Sky tidak melakukan pembelaan sama sekali. Dirga pernah muda, sedikit banyak ia mengerti.
"Lalu apa alasan kamu memukuli Zantares?"
Sky menyeringai. "Dia melecehkan Sheiril."
Zantares bangkit, berikut dengan kepalan tangannya yang turut terangkat, siap memukul. Namun Dirga berseru menahan. "Zantares, duduk."
Zantares terpaksa menghempaskan kembali bokongnya ke sofa, giginya bergemeletuk menahan amarah. Sementara Sheiril sudah meringis ditempat, bibir mungilnya menggigiti ujung bantal yang ia dekap. Berharap dalam hati Sky tidak bicara hal yang aneh. Apalagi tentang kejadian kemarin."Jelaskan?" Dirga duduk disebrang kedua pemuda tersebut.
"Saya melihatnya memaksa Sheiril."
"Memaksa your eyes?!" Bentak Zantares tak terima. Mereka berciuman dengan menggebu gebu, sama sama menginginkan. Sky memutar lehernya, membalas tatapan tajam Zantares tanpa gentar.
"Lo bahkan ngasih dia jus yang sudah tercampur obat perangsang, Lo gila?"
"Jus apa Mas? Jus kemarin pagi?" Mami menyela ingin tahu. Menuntut jawaban dari Zantares.
"Dan apa maksudnya dengan obat perangsang?!"
"Enggak enggak, bukan gitu Mi." Sheiril berdiri, tangannya mengibas juga menggeleng ribut menyangkal pada kedua orang tuanya. "Bukan salah Mas Ares, itu Orion salah ngasih. Aku juga nggak minum, belum!" Suara Sheiril memekik kelimpungan, ia tidak mau pembahasan ini semakin melebar kemana-mana. Sementara Zantares sudah mengepalkan tangan. Bagaimana bisa Sky tahu sementara jus itu saja belum Sheiril minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite Sin ✔️(full Ver)
ChickLitTumbukan terakhir sengaja dihantamkan ke lantai, dekat area kepala. Melenceng sedikit dipastikan korban akan mengalami cedera serius. Dua laki-laki dengan tinggi serupa namun memiliki bobot berat yang berbeda itu sama sama terengah. Peluh bercucura...