18. Kangen

13.2K 323 13
                                    


Satu minggu berlalu.

Ezra menghubungi Winter, menjelaskan apa yang terjadi di Lintasan tepat di malam itu juga.

Pelita dibawa ke rumah sakit meskipun gadis itu baik-baik saja. Ditemani para sahabatnya: Winter, Janari, Benua, Sabrina dan Aram.

Samudra Biru, Farlan dan Rega menerima amukan ketiga cowok yang berada dibarisan depan melindungi Pelita. Bukan tanpa alasan mereka sebegitunya pada Pelita. Itu di karenakan Sabrina merupakan sepupunya, dan Benua berstatuskan pacar Sabrina.

Sedang Winter dan Janari, keluarga mereka saling berhubungan baik dengan keluarga Pelita. Ayah Pelita langsung yang menitipkan gadis itu kepada mereka.

Dan terlepas dari semua itu mereka telah bersahabat baik sejak lama.
Jadi tidak heran bila Winter meradang mendapati rahang Pelita membiru, pun kedua lengannya. Apalagi ditambah kesaksian beberapa orang yang mengatakan Pelita hampir dicekoki alkohol.

Seminggu itu Pelita tak diizinkan berbicara ataupun berteman dengan Samudra dan kedua temannya yang lain. Ketiganya dianggap lalai, seberapa pun Pelita menjelaskan bahwa itu bukan salah mereka. Tetap tidak ada pengaruhnya.

Lebih dari itu, atas apa yang terjadi dan dialaminya. Pelita hanya memikirkan satu nama.

Dia, Sky.

Cowok itu tak pernah tersenyum, tak pernah menyapa. Matanya yang sekelam malam itu selalu menatap Pelita tajam. Tubuh bongsornya menakutkan, ia seperti akan meremukkan lawannya dalam sekali cengkeraman dan itu terbukti benar.

Okey. Pelita akui ia sering melihat kemarahan jenis serupa. Tapi ini berbeda, Sky seperti kingkong besar yang mengamuk malam itu.

Dia tidak mengenal kata perempuan, dia abai pada kondisi Anggie yang memucat ketakutan. Pun luka mengenaskan dengan beling yang menancap di betis perempuan itu.

Juga bagaimana laki-laki itu mencekik Rangga, dan menghajarnya membabi buta.

Jika teman satu perkumpulannya saja diperlakukan sedemikian. Bagaimana dengan orang lain?
Bagaimana dengan Pelita yang sedari awal telah mencari gara gara dengan Sky?

Pelita bingung. Ada yang salah dengan otaknya selama seminggu belakangan ini. Karena meskipun dia tahu seperti apa perangai Sky, Pelita dengan bodohnya malah ingin bertemu kembali dengan tubuh bongsor itu.

Dia merindukannya.

Rindu itu membuat Pelita datang ke restoran dimana ia pernah melihat Sky bekerja disana. Sayangnya menurut manager restoran, Sky bukanlah pekerja tetap. Dia hanya akan datang saat ingin saja, tidak ada kontak untuk menghubungi cowok itu.

Tak mau menyerah akhirnya Pelita mendatangi sebuah halte. Emma pernah bercerita tentang halte menakutkan yang mengantarkan temannya itu pada kesulitan karena bertemu beberapa berandalan hingga dibawa paksa ke basecamp berandalan tersebut.

Emma mengatakan dia bertemu Ezra di dalam basecamp, dan Winter pun mempertegas bahwa Ezra adalah ketua Cakrawala. Dengan begitu besar kemungkinan Sky juga pasti bersama mereka di basecamp Cakrawala.

Dengan pemikirannya itulah sepulang sekolah Pelita meminta supir yang menjemputnya melewati halte tersebut. Mobil sempat berhenti beberapa saat tapi Pelita tidak menemukan Sky selain beberapa pelajar SMA yang merokok disana.

Keesokan harinya Pelita juga melewati halte tersebut dan tetap tidak ada Sky disana.

Dan di hari hari berikutnya Pelita juga menyuruh supir berhenti sesaat di dekat halte. Namun tetap dia tidak menemukan keberadaan Sky.

"Dia nggak ada." Gumamnya sambil melongok keluar jendela mobil yang sengaja ia turunkan kacanya. Pelita menghembuskan napas, menutup kaca sebelum duduk kembali dengan benar.

My Favorite Sin ✔️(full Ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang