Pagi-pagi buta, sekelompok OSIS telah membentuk barisan teratur di pintu gerbang sekolah. Mereka bersiap-siap untuk melaksanakan operasi penertiban kebersihan dan kerapian.
Diana, gadis berambut hitam sepunggung, berdiri dengan penuh keyakinan di depan gerbang. Wajahnya terlihat tegas, memancarkan aura keberanian khas Ketua OSIS SMK Prima.
Dengan seksama, Diana memperhatikan setiap siswa yang memasuki area sekolah. Tak peduli apakah mereka berjalan kaki atau mengendarai motor, pandangan Diana tidak pernah meleset dari mereka.
Suara deru motor memecah keheningan pagi, menarik perhatian Diana dari pandangan murid-murid yang berlalu-lalang. Dia memalingkan wajahnya ke arah sumber suara, dan di hadapannya terlihat seorang pria berjaket hitam memasuki kawasan sekolah tanpa menggunakan sepatu.
Diana mengeluarkan senyum simpulnya. Matanya menatap Karla, teman OSIS-nya yang juga berjaga di sebelahnya.
Dengan penuh semangat, Diana berkata, "Gue ke parkiran dulu."
"Ngapain ke parkiran, dah?" Karla memandang Diana yang melarikan diri dari area gerbang dengan kening mengkerut.
Dengan santai, Wisnu, bendahara OSIS, menjawab, "Biasa, Bruh. Targetnya udah datang."
Diana mendekati Fiano yang sedang melepaskan jaketnya di parkiran. Ketika ia sudah berada di dekatnya, Diana menepuk bahu cowok itu.
"Cok!"
Diana membulatkan mata. "Heh, mulutnya ramah amat, Mas!"
"Refleks," ujar Fiano. "Lagian lo ngapain, dah? Pagi-pagi udah ganggu mata aja."
"Ya, elah, santai, sih. Sensi amat," ujar Diana.
"Ngapain lo ke sini? Kalau mau ganggu gue minimal tau waktu, lah," ujar Fiano dengan kepercayaan diri yang overdosis.
"Dih. Apa-apaan!" Diana menyentak. "Lagian siapa yang mau ganggu lo? Gue cuma mau kasih tau, kalau habis ini lo harus ke BK."
Fiano mengerutkan keningnya. "Ngopo reng BK?(Ngapain ke BK?)"
"Pakai nanya! Lihat, noh, kaki lo telanjang! Ini nggak hujan, ya. Jadi lo kena point," kata Diana.
Fiano menatap kakinya lalu kembali menatap Diana. "Gue keburu, Cok. Jadinya nggak sempat pakai sepatu. Daripada gue telat, mending nggak pakai sepatu," jelasnya.
"Nggak ada alasan. Ambil sepatu lo, terus ke BK," perintah Diana dengan nada yang tak ingin di bantah.
"Apaan, sih, ogah!" ujar Fiano. "Biarin gue pergi, nanti gue beliin somay," tawar Fiano.
Diana menggeleng tegas. "Walaupun gue pecinta somay bang Ujang, itu tetap nggak bakal bisa jadi sogokan buat kesalahan lo."
"Ya, udah, yang lain, dah. Apapun itu, asal lo lepasin gue," bujuk Fiano.
"Yakin?"
"Iyo, yakin."
"Balas perasaan gue."
Fiano yang mendengar itu melotot. Ia berbalik, membuka jok motornya lalu mengeluarkan sepatunya.
Cowok itu kembali menatap Diana dan berkata, "Mending ke BK!"
Fiano berjalan sambil memegang sepatunya, meninggalkan Diana yang tersenyum kecil melihatnya.
✧✧✧✧
Diana melangkah tergesa-gesa di lorong sekolah, matanya terpaku pada layar ponsel. Ia memperhatikan setiap kata dalam laporan penting yang baru saja diterimanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diana & Kisahnya
Teen FictionDiana Candramaya, siswi SMK Prima yang menjabat sebagai ketua OSIS, terlibat dekat dengan Fiano Arsatya, si ketua PMR yang menjadi misi organisasinya. Namun, masalah muncul ketika Diana justru benar-benar menyukai Fiano. Jabatannya yang menjadi ket...