"Diana!"
Diana yang baru saja pulang dari sekolah dan hendak membuka pintu rumahnya menoleh ke arah teras rumahnya ketika seseorang memanggil namanya. Di depannya berdiri Tante Amara, ibu dari Riana, dengan wajah ramah dan kantong plastik putih yang tergantung di tangannya.
Diana mendekat dan menyapa Tante Amara dengan senyum. "Ada apa, Tante?"
Tante Amara memberikan barang yang dibawanya sambil menjelaskan, "Ini, ada titipan dari abangmu."
Diana menerima kantong plastik tersebut dan mengernyitkan keningnya dengan rasa penasaran. "Titipan apa, ya, Tante?"
"Tante juga nggak tahu. Tadi ada kurir datang ke rumah dan bilang itu untuk kamu. Jadi Tante nggak berani buka," jelas Tante Amara.
Diana mengangguk. "Terima kasih, Tante."
Tante Amara tersenyum. "Sama-sama," balasnya. "Oh iya, kamu ada masalah sama Riana, Nak?"
Diana terdiam mendengarnya, bingung harus menjawab apa.
"Kalau ada masalah, selesaikan dengan baik, ya. Jangan biarkan pertengkaran berlarut-larut," kata Tante Amara sambil mengusap bahu Diana dengan penuh perhatian.
"Iya Tante. Cuma masalah kecil. Biasalah, kadang-kadang anak perempuan suka marah-marah," ucap Diana sambil tertawa kecil.
Tante Amara tersenyum. "Kalau begitu, Tante pulang dulu. Kalau kamu mau makan, tinggal datang aja. Tadi Tante lupa nggak bawa.*
Diana hanya mengangguk. "Sekali lagi, terima kasih, Tante."
Setelah Tante Amara pergi, Diana masuk ke dalam rumah. Dia membuka kantong plastik tersebut, penasaran dengan isinya.
Diana tersenyum lebar saat melihat isi kantong tersebut. Ternyata, itu adalah sebuah kado dari abangnya. Tanpa ragu, ia segera mengambil handphone-nya, yakin bahwa abangnya pasti telah mengirimkan pesan kepadanya. Dan benar saja, pesan masuk dari abangnya muncul di layar. Dengan cepat, Diana merespons pesan tersebut dengan penuh kegembiraan.
Dengan penuh antusiasme, ia mulai membuka kado yang diberikan oleh abangnya. Rupanya, di dalamnya terdapat sebuah hoodie zipper berwarna abu-abu.
Ketukan pintu yang tiba-tiba membuat Diana terkejut. Ia langsung bergerak menuju pintu untuk membukanya. Dan betapa terkejutnya, ketika ia melihat tampang Fiano terpampang jelas di hadapannya.
"Selamat ulang tahun," ucap Fiano sambil mengulurkan bucket permen tusuk rasa coklat dan sebuah kantong plastik. "Gue nggak mampu beli kue, jadi gue beli sate. Lumayan, lah, buat ganjal perut."
Diana terdiam, terpaku oleh kejutan yang tak terduga dari cowok itu. Kata-kata tak mampu keluar dari bibirnya, begitu besar keheranannya. Dengan wajah penuh keheranan, ia menerima hadiah itu.
"Lo tau dari mana gue ulang tahun?" tanya Diana dengan rasa penasaran yang tak tertahankan.
Fiano menjawab dengan senyuman misterius, "Rahasia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Diana & Kisahnya
Fiksi RemajaDiana Candramaya, siswi SMK Prima yang menjabat sebagai ketua OSIS, terlibat dekat dengan Fiano Arsatya, si ketua PMR yang menjadi misi organisasinya. Namun, masalah muncul ketika Diana justru benar-benar menyukai Fiano. Jabatannya yang menjadi ket...