"Gimana, nih, Na? Belum ketemu juga jalan keluarnya," kata Karla dengan nada frustasi, membuat Diana yang sedang mengecek laporan menatapnya.
Saat ini, semua anggota sedang berkumpul di ruang OSIS. Rutinitas mereka adalah selalu berkumpul di ruang itu untuk membahas masalah yang menimpa organisasi.
"Jangan nyerah dulu. Gue yakin, sebentar lagi ketemu, kok, solusinya," kata Diana dengan penuh keyakinan, mencoba memberi semangat kepada anggota-anggotanya
"Masalahnya sampai kapan kita kayak gini? Cara lo deketin Fiano juga belum ada hasil," sahut Rendra, salah satu anggota yang biasanya pendiam.
"Susah cari informasi dari Fiano. Kalau gue deketin dia di UKS, dia pasti suruh gue keluar. Kan lo semua tau sendiri peraturan setiap organisasi gimana," ujar Diana.
Anggota yang lain menghela napas mendengar penjelasan Diana. Konflik antara OSIS dan PMR benar-benar membuat situasi tegang. Fitnah tentang dana PMR yang diduga diambil oleh OSIS telah merusak hubungan antara kedua organisasi tersebut.
Di tengah keheningan, tiba-tiba Aldino datang dan melempar beberapa laporan ke arah Diana. Hal itu membuat semua anggota terkejut dan menatap mereka berdua.
"Lo bisa sopan, nggak, sih?" tanya Diana dengan dahi tertekuk.
"Lo udah jadi ketua tapi nggak ada kemajuan apa-apa. Mending turun aja dari jabatan lo," keluh Aldino.
"Lo salahin gue?"
"Kenapa? Nggak terima? Kita udah berbulan-bulan menyelidiki kasus ini, tapi nggak ada hasil sama sekali!" gertak Aldino. "Terus hasil dari lo deketin Fiano apa?"
Diana bangkit dari kursinya dengan menggebrak meja. "Lo pikir gampang berinteraksi sama Fiano, hah? Lo nggak tau, gue harus menurunkan harga diri gue cuma buat kejar-kejar dia!"
"Buat apa lo kejar-kejar dia, anjing?"
"Kalau nggak kayak gitu, gimana gue bisa dapat informasi dari dia, sialan!" bentak Diana dengan emosi yang memuncak.
Semua anggota berdiri, merasa khawatir walaupun mereka sudah terbiasa dengan konflik antara kedua remaja itu. Mereka tahu pasti akan ada pertengkaran jika keduanya bertemu.
"Eh, udah, dah! Kenapa malah berantem? Kita satu keluarga, jadi jangan kayak gini. Kalau kalian berdua nggak bisa mengendalikan emosi, kita hancur semua nanti," ucap Karla dengan suara tenang, mencoba untuk menengahi.
Aldino menghela napas kasar, lalu meninggalkan ruang OSIS dengan menghantam pintu. Diana yang melihat itu mengumpat di dalam hati. Ia kembali duduk dengan wajah yang penuh frustrasi.
Kalau saja Fiano tidak mengetahui tentang laporan keuangan, Diana tidak akan sampai harus mengejar-ngejar cowok itu dengan segala kesulitan yang ia hadapi.
✧✧✧✧
"Sekretaris PMR itu siapa, Ma?" tanya Diana sambil mengalihkan pandangannya ke temannya yang sedang membaca buku.
Emma menoleh dari bukunya dan menjawab, "Itu Kak Raisa, anak kelas dua belas perhotelan dua."
Mendengar itu, Diana langsung membuka aplikasi chat-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diana & Kisahnya
Novela JuvenilDiana Candramaya, siswi SMK Prima yang menjabat sebagai ketua OSIS, terlibat dekat dengan Fiano Arsatya, si ketua PMR yang menjadi misi organisasinya. Namun, masalah muncul ketika Diana justru benar-benar menyukai Fiano. Jabatannya yang menjadi ket...