DUA PULUH ENAM

24 5 7
                                    

Dua minggu telah berlalu tanpa adanya komunikasi antara Diana dan Fiano. Keduanya sibuk dengan urusan masing-masing, menjalani kehidupan mereka sendiri.

"Gimana hubungan lo sama Fiano?" tanya Riana pada Diana, ketika mereka duduk di bangku kantin.

Diana mengangkat bahunya. "Asing kayaknya," jawabnya singkat.

Sebenarnya, Diana tidak ingin menjauh dari Fiano, tetapi teguran yang diterimanya dari pembina OSIS membuatnya terpaksa menjauh.

"Gara-gara foto?" tanya Riana tiba-tiba, membuat Diana yang sedang menyantap bakso menoleh padanya.

"Kok lo tau tentang itu?"

Riana menghela napas pelan. "Siapa yang nggak tau? Masalah itu udah kesebar di DA," jawab Riana.

Riana memang seorang yang aktif di Pramuka dan baru beberapa bulan lalu ia mengakhiri masa jabatannya.

Wajah Diana tampak lesu. "Gue harus gimana? Gue nggak mau jauh dari Fiano, tapi keadaan maksa gue buat jauh dai dia," keluhnya.

Riana mengangguk simpatik. "Lupain aja, lah," kata Riana. "Cowok bukan Fiano doang."

"Tapi yang kayak Fiano cuma satu," sahut Diana yang tampak berat melepaskan Fiano.

"Mau gimana lagi? Mau nggak mau lo harus ikhlasin dia."

Diana menghela napas berat mendengarnya, merasakan beban emosional yang semakin sulit.

"Oh, ya, ngomong-ngomong." Diana meletakkan sendoknya di mangkuk. "Yara siapa?"

Riana meneguk air yang ia sedot dan terkejut. "Yara? Yara Sabrina Maharani?" tanya Riana, dan Diana mengangguk sebagai jawabannya.

"Teman sekelas gue. Kenapa?" tanya Riana dengan rasa ingin tahu.

"Dia aktif di bidang apa?" tanya Diana dengan rasa penasaran, membuat Riana tertawa mendengarnya.

"Aktif? Jangankan aktif, ikut organisasi aja enggak," jawab Riana sambil menyibak rambutnya ke belakang. "Dia cenderung pendiam dan kutu buku."

"Dia dekat sama Fiano?" tanya Diana, mencoba mencari informasi.

Riana menggelengkan kepalanya. "Jangankan dekat, berinteraksi aja nggak pernah kalau di kelas."

Dengan kening yang sedikit berkerut, Diana mencoba memahami. Bagaimana mungkin mereka tidak pernah berinteraksi? Padahal saat di UKS, mereka terlihat sangat akrab.

"Diana?" panggil seseorang, membuat Diana bahkan Riana menoleh ke sumber suara.

"Ikut gue bisa?" tanya Fiano pada Diana.

✧✧✧✧

Diana melangkah masuk ke UKS, diikuti oleh Fiano. Rupanya, Fiano sengaja membawa Diana ke sana, karena tempat itu memberikan privasi bagi mereka untuk berbicara.

"Apa ini?" tanya Fiano sambil menyerahkan beberapa foto kepada Diana.

Dengan hati-hati, Diana mengamati foto-foto tersebut. Ia terkejut karena foto-foto itu persis sama dengan yang diberikan oleh Pak Teguh. Bagaimana mungkin Fiano memiliki semua foto itu?

"Lo yang masukin ke tas gue?" tanya Fiano dengan suara penuh keheranan.

Diana merasa terkejut dan sedikit kesal. "Buat apa gue masukin foto-foto nggak jelas kayak gitu ke tas lo?" tanyanya dengan nada yang sedikit meninggi.

"Lo kan selalu ganggu kehidupan gue," ujar Fiano. "Lo nggak mau gue jauh dari lo, makanya lo lakuin segala cara biar gue nggak bisa lupa sama lo."

"Apaan, deh? Gue nggak mungkin lakuin hal bodoh kayak gitu," elak Diaan. "Mikir, dong, gimana caranya gue masukin foto itu ke dalam tas lo, sedangkan dua Minggu terakhir kita nggak pernah ketemu?"

Diana & Kisahnya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang