Waktu pulang sekolah tiga puluh menit lagi. Setelah hampir dua jam berdiskusi, akhirnya para anggota OSIS siap melaksanakan aksi mereka untuk memasuki gudang penyimpanan. Namun, hanya anggota OSIS kelas XI saja yang melancarkan aksi ini, karena anggota kelas X masih ada pembelajaran.
Mereka membagi tugas dengan cermat. Sekitar tiga anak bertugas berjaga di luar bagian depan gudang, sementara empat anak lainnya berjaga di luar bagian belakang. Sedangkan Diana dan Fiano, bertugas mencari barang bukti di dalam gudang.
Para anggota yang berjaga di luar membawa alat pembersih sebagai penutup untuk mengelabui orang lain seolah-olah mereka sedang membersihkan area sekitar.
"Buruan, No!" desak Diana sambil melihat Fiano yang sedang berusaha membuka jendela dengan hati-hati.
Fiano tidak menjawab. Ia terus berusaha membuka jendela. Setelah berhasil, mereka segera bersiap-siap untuk masuk ke dalam gudang. Namun, mereka terkejut ketika mendengar suara seseorang yang menghentikan mereka.
"Gue ikut masuk," ucap Aldino sambil mendekat ke arah mereka berdua.
Diana mengerutkan keningnya. "Ngapain?"
"Nggak mungkin kalian berduaan di dalam gudang, 'kan?" tanya Aldino dengan sebelah alis terangkat.
"Ya, udah masuk," perintah Fiano pada Aldino. "Lo bantu Diana masuk dari dalam."
Aldino dengan sigap memasuki gudang melalui jendela. Sementara itu, Fiano membantu Diana dengan menggendongnya, dan Aldino menerimanya di dalam gudang. Fiano sendiri masuk terakhir untuk melengkapi aksi mereka.
Diana melihat sekeliling dengan heran. Di dalam gudang ini, debu berterbangan di udara, menunjukkan bahwa gudang ini tidak pernah dibersihkan. Diana bertanya-tanya mengapa gudang ini terlihat begitu tidak terawat. Namun, dia tidak punya waktu untuk berpikir panjang karena tugas mereka menuntut pergerakan cepat.
Hal lain yang membuat Diana terkejut adalah ventilasi di gudang ini ditutup dengan triplek. Ini menyebabkan gudang menjadi gelap meskipun masih siang hari.
Di dalam gudang, setiap barang diberi label dengan nama organisasinya masing-masing. Ini memudahkan mereka dalam mencari barang yang mereka butuhkan. Mereka langsung menuju tempat yang bertuliskan "Laporan Organisasi PMR" yang terletak di rak kayu tempat laporan-laporan tersebut disimpan.
"Na? Suara gue jelas nggak?" tanya Wisnu melalui panggilan grup OSIS.
"Aman. Jelas, kok," jawab Diana sambil terus membolak-balik laporan di depannya.
Mereka mengandalkan senter dari ponsel milik Fiano untuk menerangi jalan mereka saat mereka terus mencari bukti yang mereka butuhkan di tengah kegelapan gudang.
Aldino terus mencari di sekitar gudang. Dia berjalan menuju meja yang memiliki tulisan "Bukti Pencairan Dana" dengan besi sebagai penyangganya. Sementara itu, Diana dan Fiano tetap berada di satu tempat yang sama.
Fiano mencari dengan teliti. Walaupun dirinya tidak tahu isi laporan dulu, namun ia melihat dari tahun pembuatan laporan. Setelah lama mencari, akhirnya Fiano menemukannya. Laporan itu ditumpuk dengan laporan-laporan sekitar tiga tahun lalu, membuat keningnya berkerut dalam.
Fiano tak ambil pusing. Cowok itu menyerahkan laporan yang pegang pada Diana agar gadis itu membuka isinya.
Saat gadis itu sedang mengecek laporan, tiba-tiba ia tertawa pelan, membuat Fiano terkejut melihatnya.
"Kesurupan lo?" tanya Fiano heran.
"Lihat, nih," kata Diana sambil menunjukkan laporan yang berisi lembar pengesahan kepada Fiano. "Gue yakin, kalau pak Rudi, tuh, ada sangkut pautnya sama masalah ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Diana & Kisahnya
Teen FictionDiana Candramaya, siswi SMK Prima yang menjabat sebagai ketua OSIS, terlibat dekat dengan Fiano Arsatya, si ketua PMR yang menjadi misi organisasinya. Namun, masalah muncul ketika Diana justru benar-benar menyukai Fiano. Jabatannya yang menjadi ket...