"Hallo, Fiano!"
Fiano, yang sedang memeriksa obat-obatan di rak, terkejut dan hampir menjatuhkan beberapa botol saat Diana tiba-tiba muncul dan berjongkok di sebelahnya.
"Biasa aja kalik mukanya." Diana cengengesan.
Fiano mengubah ekspresinya, sedikit bingung. "Ngapain, sih?"
Diana menjawab dengan santai, "Kaya biasa, kok. Jadi, kapan kita jadian?"
Fiano mengernyitkan dahinya, beralih kembali ke obat-obatan di depannya. "Lo kalau ke sini cuma mau ganggu, mending keluar," perintahnya.
"Ih. sensi amat, sih, Mas. Masih pagi ini," celetuk Diana. "Gue lupa nggak bawa permen, nih. Jadinya nggak punya sogokan."
Fiano mengabaikan Diana dan tetap fokus pada tugasnya. Sedangkan Diana, ia menatap setiap inci wajah Fiano. Matanya terpaku pada hidung cowok itu. Melihat hidung mungil Fiano, Diana tiba-tiba tertawa, membuat Fiano akhirnya menoleh ke arahnya.
"Kenapa lo? Kesurupan?" tanya Fiano.
"Enak aja! Mana ada setan yang mau masuk ke dalam tubuh gue?" Diana masih berjongkok di sebelah Fiano. "Minder, tuh, setan, sama kecantikan gue."
"Bukan minder. Setan mana mungkin masuk ke sesama setan?" balas Fiano, membuat Diana mendengus.
Fiano bangkit dari tempatnya dan duduk di meja yang berseberangan dengan rak obat, sambil mencatat data obat yang baru saja dia periksa.
"No. Lo nggak kasihan apa sama gue setiap hari harus cape gara-gara kejar lo terus?" tanya Diana dengan nada sedikit protes.
"Nggak ada yang suruh."
"Ya, kan, gue punya inisiatif, Mas," ujar Diana. "Memangnya lo, diam-diam doang," gumam Diana sambil duduk di sofa UKS.
"Apa lo bilang?" tanya Fiano dengan sebelah alis terangkat.
Diana menyengir. "Lo pesek, lucu."
Fiano terkejut mendengar komentar tersebut. Ini kali pertama seseorang mengomentari hidungnya dengan cara seperti ini.
"No?" panggil Diana, membuatnya tersadar dari lamunannya yang aneh. Diana menatap Fiano dengan rasa penasaran yang tak tersembunyi. "Suka, kan, lo sama gue? Udah langsung jadian aja, Mas. Jangan lama-lama. Keburu gue sama orang lain nanti."
Fiano masih tetap diam, tanpa memberikan jawaban.
"Oh, ya, ngomong-ngomong, dulu lo minta pengesahan laporan kegiatan kemah ke siapa?" tanya Diana yang sudah malas berbasa-basi.
"Gue nggak tau."
"Lha, kok, nggak tahu, sih?" tanya Diana terkejut. "Lo, kan, ketuanya? Harusnya lo tau setiap rinci dari laporan itu!"
Fiano mengangkat alisnya dan menatap Diana dengan tatapan menantang. "Kok ngatur?"
"Ya, gimana, sih? Kalau lo nggak tau, terus gue cari info apa sama lo?" Diana mengeluarkan perkataan tanpa berpikir.
Fiano tertawa sinis, yang membuat Diana langsung menutup mulutnya. Fiano menutup buku yang sedang ia pegang lalu mendekati Diana.
"Udah gue duga, kalau lo deketin gue cuma pengen cari tau tentang kasus kemah, kan?" tanya Fiano.
Diana, yang melihat Fiano semakin mendekat, bangkit dari tempat duduknya. Ia merasa gelisah dan enggan menatap langsung mata Fiano, jadi ia memutuskan untuk melihat sekeliling UKS.
"Mau sampai kapan lo cari bukti buat membenarkan tindakan salah organisasi lo, Diana? Sesusah apa terima kalau OSIS itu memang salah?" tanya Fiano dengan nada meremehkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diana & Kisahnya
Novela JuvenilDiana Candramaya, siswi SMK Prima yang menjabat sebagai ketua OSIS, terlibat dekat dengan Fiano Arsatya, si ketua PMR yang menjadi misi organisasinya. Namun, masalah muncul ketika Diana justru benar-benar menyukai Fiano. Jabatannya yang menjadi ket...